Jumat, 04 Mei 2012

Pilih Aku atau Hobimu

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUGpWk270ZboJdoJLzeq_H7GRn1_1xNdunia0PLAvUaj14E50XEbh85kbHUx1Jrpn4K7W2cchBs-OxJR8WYUik6BnUPPAFYS8tWCnF-bE0PcVcM22WqdISCp9_WI2lCiXi_ndIcwufYeU/s1600/main+game+1.jpg
"Ngegame melulu, kapan kamu ada waktu buat aku dan anak-anak!" protes Rini
kepada Ardo, suaminya, yang seakan larut dalam dunianya sendiri jika sudah
berada di depan layar komputer. Hobi Ardo bermain game dan surfing ke dunia
maya nyata-nyata semakin menggila hingga istrinya, Rini, melemparkan protes
keras. "Pilih aku atau komputermu itu!," teriak Rini mengancam Ardo.

Wajar, menilik setiap orang pasti memiliki hobi atau kesenangan yang lekat
dengan pribadinya. Melalui hobi seharusnya bisa membuat Anda lebih mudah
mengenal pasangan secara mendalam. Namun, jika kasusnya seperti Ardo dan
Rini, hobi ternyata bisa pula memicu timbulnya konflik internal di dalam
rumah tangga.

Bijaknya, menekuni hobi seharusnya bisa disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Saat masih lajang, menggilai hobi hingga rela mengeluarkan banyak
uang juga waktu yang tersita demi hobi, hal itu mungkin tak jadi masalah.
Namun, semuanya tentu akan berbeda ketika Anda sudah berumah tangga dimana
segala putusan, termasuk menyangkut pengeluaran untuk hobi tak bisa serta
merta diambil.

Bagaimanapun juga, pasangan perlu dilibatkan juga dalam pengambilan
keputusan tersebut. Oleh karena itu, tak ada salahnya jika hobi tersebut
juga ditinjau kembali, apakah menghabiskan banyak biaya dan seberapa
pentingnya hobi itu hingga harus terus ditekuni.

Waktu dan Uang

Hal terpenting yang harus dipertimbangkan untuk melanjutkan menekuni hobi
setelah menikah adalah masalah waktu dan uang. Jika keuangan rumah tangga
Anda tergolong berkecukupan atau mungkin berlebihan, tentu tak akan jadi
masalah bila Anda dan pasangan sama-sama ingin memuaskan hobi dan
kesenangan masing-masing.

Lain halnya bila perekonomian rumah tangga Anda sedang-sedang saja atau
pas-pasan. Ada banyak hal yang harus diprioritaskan, mengingat kebutuhan
rumah tangga menjadi hal yang mendesak untuk segera dipenuhi, sementara
keinginan (menekuni hobi, misalnya) masih bisa ditunda.

Namun, yang perlu diingat juga mengenai masalah waktu. Jangan sampai setiap
ada waktu luang, selalu dihabiskan untuk menekuni hobi hingga menyita waktu
dan perhatian Anda untuk keluarga dan anak-anak. Hal inilah yang lalu
memancing protes keras dari anggota keluarga bahkan bisa memicu timbulnya
konflik rumah tangga, seperti yang dialami Ardo dan Rini.

Bersikap adil sangat dibutuhkan jika Anda memang benar-benar ingin menekuni
hobi meski Anda sudah menikah. Jangan sampai komunikasi diantara anggota
keluaga menjadi terhambat karena waktu untuk saling bertemu dan mengobrol
dengan pasangan serta anak menjadi berkurang.

Melibatkan pasangan

Konsultan psikiater Dr Swapnil Deshmukh pernah mengatakan, “Dalam hubungan
jangka panjang, pasangan memang perlu untuk menyesuaikan diri dengan apa
yang disukai oleh pasangan mereka dan juga hal yang tidak disukainya. Hal
terpenting, cobalah untuk menjajal aktivitas yang disukai pasangan dan
nikmatilah. Sebagai contoh, jika suami menyukai bola, maka istri pun akan
berusaha menyukai hal yang sama agar dapat terkoneksi secara pribadi meski
ada perbedaan.”

Agar "connection" itu tercipta, kenapa tidak mencoba melibatkan pasangan
dalam menekuni hobi. Ikut menjajal hobi yang digemari pasangan, pun
ditengarai bisa meredam konflik bahkan membantu menciptakan suasana
harmonis di tengah rumah tangga Anda. Siapa tahu saja pasangan tertular
suka dan ikut menggemari hobi yang Anda tekuni.

Misalnya, pasangan Anda gemar memasak, sementara Anda ogah-ogahan memasak.
Cobalah ikut ke dapur, memasaklah bersamanya dan berikan pujian untuk hasil
masakannya yang lezat. Siapa tahu pula, bakat terpendam pasangan bisa
dimanfaatkan, dari sekedar hobi, berbuah menjadi satu cita-cita yang
terwujud, yaitu membuka restoran bersama.

Hobi berbeda

Tak harus memaksakan diri mengikuti hobi atau kesukaan pasangan hanya
karena cemas akan timbul konflik, karena yang terpenting ada rasa saling
menghargai dan tahu batas-batas dalam menekuni hobi tanpa mengesampingkan
tugas dan tanggung jawab di dalam rumah tangga.

Hobi yang berbeda justru bisa membawa suasana rumah menjadi lebih
bervariasi karena masing-masing dari Anda atau pasangan bisa saling
bertukar cerita tentang hobinya tersebut.

Bijaknya, untuk meminimalisir konflik, buatlah kesepakatan bersama,
misalnya, berapa lama waktu yang boleh dihabiskan oleh masing-masing pihak
untuk menekuni hobi, apakah akhir pekan boleh digunakan atau tidak untuk
melakukan kegiatan hobi, lalu kapan waktu untuk berdua maupun bersama
anak-anak.

Melibatkan anak

Tentunya kepentingan anak juga harus menjadi prioritas. Jangan sampai
karena hobi, kehadiran anak-anak dianggap mengganggu. Misalnya, Anda sangat
gemar mengumpulkan vas bunga antik. Tak pelak, Anda lantas merasa cemas
saat anak mulai berlarian di dalam rumah, hingga Anda begitu marah luar
biasa seolah-olah vas lebih berharga ketimbang anak.

Seyogyanya, Anda pun bisa mengajarkan anak untuk mengambil contoh dan
melihat manfaat dari hobi yang ditekuni kedua orang tuanya. Misalnya,
melihat ketekunan ayahnya yang senang mengumpulkan barang-barang kuno,
memberikan pelajaran berharga untuk si anak agar belajar merawat
barang-barang berharga mulai sejak dini.

Saling terbuka

Hobi dan kesenangan tak akan jadi masalah dalam pernikahan bila Anda
bersedia membicarakan hal ini dengan pasangan sebelum menikah. Apapun itu,
terbukalah tentang segala hal yang menjadi hobi atau kesenangan Anda dan
pasangan. Hal ini termasuk tentang bagaimana pengaturan waktu dan asal
pendanaannya, apakah boleh menyisihkan dari sebagian penghasilannya untuk
hobi. Juga tentang sebatas mana toleransi yang bisa dilakukan oleh
masing-masing pihak terhadap hobi pasangannya. Semuanya perlu dibicarakan
dari awal agar tidak timbul konflik.

Memang, segalanya akan lebih mudah jika Anda dan pasangan memiliki hobi
yang sama. Semuanya jadi terasa lebih menyenangkan utnuk dibagi dan
dibicarakan bersama. Namun, itu bukan harga mati, bahwa segalanya pasti
akan berjalan lancar-lancar saja. Anda dan pasangan tetap harus tahu batas.

Ingatlah, bila hobi mulai mengganggu intensitas kebersamaan Anda dan
pasangan, maka segeralah berhenti menekuninya. Entah soal waktu atau uang,
segeralah tanggap dengan alarm yang berdering. Anda harus segera menentukan
prioritas, apakah rumah tangga atau hobi? Tak sulit, kan!

(maya/CN19)



Sumber: SMCN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar