Selasa, 11 Maret 2014

Kontrol Emosi


Di suatu pagi yang sibuk, seorang pemuda tampak tergesa-gesa menyetop sebuah taksi di jalan. Sebuah taksi berhenti menghampiri pemuda tersebut.

“Selamat siang. Hendak pergi ke mana Dik?” sapa sang sopir ramah.

“Ke gedung jalan utama, tolong cepat ya pak, hampir terlambat nih!” seru si pemuda.

“Baik. Saya cari jalan alternatif biar bisa lebih cepat sampai.”

Saat mobil bergegas meluncur, tiba-tiba sebuah mobil dari arah berlawanan melintas dengan kencang. Hampir saja terjadi senggolan. Sopir taksi yang kaget menginjak rem mendadak. Begitu pun si pemuda, merasa sangat terkejut.

Sopir mobil yang hampir menyerempet segera berteriak kasar, memaki sopir taksi yang dianggap berbuat salah. Mendengar umpatan kasar itu, penumpang taksi di belakang ikut marah.

“Ladeni, Pak. Orang dia yang salah kok malah maki-maki. Dasar nggak tahu aturan!”

Sopir taksi membuka jendela dan menjawab dengan jawaban yang mengejutkan.
“Silakan lewat Pak. Hati-hati di jalan!”

Si pemuda terheran-heran berkata, “Bapak, kok bisa sabar gitu siiih….?”

Dengan senyum tertahan, sang sopir menjawab. “Saya bisa saja ikut marah dan emosi, tapi buat apa? Kita kan mau buru-buru.. Kalau berantem bisa jadi malah terlambat. Saya sih memilih jadi 'truk bak sampah' saja. Menampung  buangan ‘sampah’ dari orang, tapi kan itu sementara. Semua akan berlalu di tempat pembuangan akhir. Dengan begitu, semua masalah kan bisa diselesaikan dengan damai, kan?”

Apakah kita tidak boleh marah? Pasti boleh. Tapi harus belajar untuk marah yang terkendali, dan tanpa ditumpangi dengan kebencian dan dendam. Emosi marah yang terkendali adalah gejolak rasa yang dilandasi dengan niat baik.

Tanyakan ke diri sendiri, apakah dengan marah bisa menyelesaikan masalah? Atau sebaliknya, dengan marah akan menambah parah?

Mari, hadapi semua dengan ketenangan hati, keluasan jiwa, dan terangnya pikiran. Kalau pun terpaksa menerima ‘sampah’—baik berupa masalah, halangan, atau rintangan—kita justru akan jadi insan yang kreatif sehingga bisa “mendaur-ulang” sampah jadi barang penuh berkah. Sehingga kita senantiasa bisa menjadi pribadi yang terkendali dan penuh suka cita.


www.andriewongso.com