Kamis, 26 September 2013

Anggrek dan Pohon di Hutan


Alkisah, di sebuah hutan, terdapat sebuah bunga anggrek yang tumbuhnya menempel pangkal batang sebuah pohon besar. Anggrek sangat nyaman bersama sang pohon karena selain bisa mendapat makanan yang cukup, ia juga terlindung dari teriknya sinar matahari dan derasnya air hujan yang mengguyur.

Namun, suatu kali, bencana besar datang. Angin bertiup kencang saat itu, disertai hujan sangat lebat. Tiba-tiba petir menyambar. ”Blaaarr!!” dengan kerasnya, tepat di di pohon besar tempat anggrek bernaung.

Batang yang tadinya besar dan kokoh, kini patah beberapa bagian. Pohon yang tadinya jadi rumah si anggrek, telah hancur, hampir berantakan.

Anggrek menangis sejadi-jadinya, ketakutan akan masa depannya. “Pohon… kamu selama ini yang melindungi aku dari panas dan hujan. Kenapa kamu jadi begini? Kamu juga baik mengizinkan aku mengambil sebagian makanan dari batangmu. Sekarang…Kamu sendiri hanya tersisa beberapa daun hijau di sebagian sisa batangmu. Siapa lagi yang akan melindungiku?”

Pohon yang tersisa, melihat anggrek terus menangis, menyapa sahabatnya itu. “Wahai anggrek. Jangan menangis. Aku pun mengalami kejadian yang sangat menyulitkan. Tapi, aku bersyukur bisa tetap hidup meski hanya dengan sedikit sisa daun di batangku ini. Aku yakin, dengan sisa ini, aku akan tetap bisa kembali tumbuh, meski tak sesempurna dulu lagi. Begitu juga kamu. Lihatlah, kilau mentari pagi yang kini langsung mengenaimu. Kamu tampak semakin indah, ditambah embun yang menempel di tubuhmu. Panas mentari dan hujan yang langsung mengenaimu, pasti akan membuatmu semakin subur, cantik dan berbunga lebih banyak. Tentunya akan makin banyak yang mengagumi keindahanmu.”

Anggrek tersentak dengan ucapan pohon sahabatnya itu. Ia kini sadar. Ujian semalam ternyata malah membuka hal lain yang tak pernah terpikirkan selama ini. Anggrek yang indah, ternyata jauh lebih indah saat terkena pancaran mentari langsung. Air yang mengenainya langsung, juga membuat anggrek tumbuh lebih subur.

Sahabat ,

Sama dengan kita yang sering terlena di zona nyaman, kadang tidak lagi merasa harus belajar dan memperbaiki diri. Makin nyaman seseorang, ia tak mau lagi beranjak pergi.

Padahal, di luar sana, kadang tersedia peluang yang jauh lebih indah, lebih menyenangkan, lebih menghasilkan, banyak yang masih bisa digali. Hal itulah yang kadang-kadang membuat seseorang menjadi berhenti, melambat, dan malah akhirnya kemudian terlibas oleh kemajuan zaman atau perubahan yang terjadi.

Peristiwa yang disebut musibah atau bencana sering diperlukan hadir untuk mengingatkan kita agar mawas diri dan mulai belajar lagi. Pada saat awal kejadian, sangat wajar kita mungkin “menangis” seperti sang anggrek. Namun perlu kita yakini, bahwa itu semua datang untuk membawa kita jadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Mari, terus bersiap diri. Evaluasi setiap hari, lakukan pembelajaran tiada henti. Tidak takut ancaman dan cobaan yang bisa datang setiap saat. Sebab seringkali di sanalah pertumbuhan mental sedang terjadi untuk menyongsong sukses yang akan kita raih.

www.andriewongso.co

Selasa, 17 September 2013

Cara Mudah untuk Bahagia

Alkisah, ada seorang raja berkuasa yang ingin mencari kebahagiaan. Maka, dipanggillah orang pintar di kerajaan untuk mencarikan bahagia untuk raja. Setelah berpikir, beberapa hari kemudian, orang tersebut mendatangi raja sembari membawakan sebuah berlian sangat elok yang keindahannya mengundang decak kagum banyak orang.

“Baginda, terimalah batu permata terindah di dunia ini. Baginda akan jadi raja terhebat dengan permata satu-satunya di dunia ini. Baginda pasti akan bangga, dan itu pasti mendatangkan bahagia yang Baginda cari.” Baginda menerima berlian itu dengan senang hati. Beberapa hari, berlian itu dipakainya sebagai penghias mahkota. Sangat elok.

Namun, suatu ketika, saat raja mengaguminya, ia melihat sedikit cacat di berlian tersebut. Hatinya kecewa. Bahagia yang dirasakan, tiba-tiba lenyap begitu saja. Maka, segeralah dipanggil orang pintar lain untuk mencarikan bahagia. Orang pintar tersebut segera menunaikan perintah raja. Beberapa saat berlalu, hingga orang itu datang meminta sang raja untuk membuat pesta. Dalam pesta itu, banyak relasi dari berbagai penjuru negeri datang. Gelak tawa dan rasa suka karena banyak teman baru membuat sang raja bahagia. Ia senang, punya banyak keluarga baru yang membuatnya terus tertawa dan senang. Karena itu, raja meminta agar pesta bukan hanya sesaat, melainkan hingga beberapa waktu lamanya.

Namun, lama-kelamaan, karena terus berpesta, orang-orang pun mulai bosan. Mereka pun satu per satu meninggalkan arena pesta hingga akhirnya, pesta bubar dan membuat raja kembali bersedih. Rasa bahagia ternyata hanya dirasakan raja sebatas ketika pesta tiba. Begitulah, sang raja kemudian terus mencari bagaimana agar rasa bahagia dimilikinya. Berbagai orang pintar terus diundangnya.

Barangkali, hingga saat ini, Anda termasuk orang yang terus mencari-cari kebahagiaan. Kadang hilang, kadang pergi, kadang datang kembali, kadang lenyap tak berjejak lagi. Itulah ketika bahagia kita rasakan sebagai sebuah “benda”. Bahagia selalu diharapkan datang, padahal sejatinya ia selalu ada bersama kita.

Padahal sebenarnya, bahagia itu sederhana. Bahagia “hanya sebatas” pada apa yang kita pikirkan semata. Ibarat mendapat hadiah, kita pasti bahagia. Namun ketika tahu hadiah itu tak seperti yang kita harapkan, lantas segera berubah jadi kecewa. Padahal, kita sebenarnya tetap mendapat hadiah. Inilah “anomali” rasa bahagia yang kerap membuat banyak orang merasa, bahagia harus terus dicari. Itu jugalah, yang membuat “definisi” tiap orang terhadap nilai kebahagiaan tampak berbeda-beda, padahal sebenarnya esensinya senada.




www.andriewongso.com

Rabu, 11 September 2013

Universitas Airlangga Kukuhkan Doktor Termuda

  • Universitas Airlangga Kukuhkan Doktor Termuda  
TEMPO.CO, Surabaya - Mohammad Yusup Alamudi, 32 tahun, berhasil menggondol gelar doktor termuda di lingkungan kampus Universitas Airlangga. Dihadapan 10 penguji, Yusup mampu mempertahankan desertasinya dengan baik dan mendapat predikat cumlaude.
Yusup menyajikan desertasi berjudul »Mekanisme Proteksi dan Daya Hambat Vaksin Flu Burung H5N1-RG Unair Terhadap Virus Flu Burung Sub Clade 2.1.3”. Ia berhasil membuktikan produk vaksin yang beredar di Indonesia belum cukup aman digunakan.
Semua penguji mengaku baru mengetahui efektivitas temuan Yusup setelah dipaparkan panjang lebar. "Vaksin H5N1 harus perlu diteliti lagi, apalagi korban flu burung di Indonesia paling banyak. Penelitian ini pakai teknologi 2 dimensi," kata Yusup usai mengikuti ujian terbuka doktoral di aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Selasa, 10 September 2013.
Pria yang menderita polio sejak usia 2 tahun itu mengatakan, hasi risetnya merupakan langkah awal menuju perubahan paradigma yang lebih baik. Saat ini, pemerintah cenderung memakai penelitian 1 dimensi untuk produk vaksin impor.
Vaksin tersebut bukannya tidak aman, tapi vaksin yang beredar saat ini ditemukan ada komponen antigen dan antibodi yang lepas. Padahal vaksin untuk manusia wajib zero tolerance. Artinya, ada kelemahan hasil penelitian vaksin lewat teknologi 1 D karena masih memberi ruang untuk berpisah antar protein. Semua vaksin bisa diteliti menggunakan teknologi 2 D.
Sehari-hari Yusup adalah peneliti di Pusat Penelitian Flu Burung (AIRC) Unair yang fokus meneliti virus flu burung. Di bawah asuhan Direktur AIRC, Chairul Anwar Nidom, Yusup berjibaku menciptakan varian virus flu burung. Keterbatasan fisik tak menghalangi Yusup menyelesaikan program doktoralnya. "Alhamdulilah bisa menyandang doktor termuda di Unair. Semua atas bantuan berbagai pihak," katanya.
Ketua penguji, Teddy Ontoseno, mengatakan salut melihat perjuangan Yusup yang memiliki semangat meski dihadapkan dengan keterbatasan fisik. Selain berhasil menyandang doktor termuda di Unair, Teddy menegaskan riset Yusup bisa diterapkan dan tepat guna.
Unair menyarankan pemerintah mulai mengubah riset 1 D untuk semua macam vaksin. Sebab, riset 1 D masih memberi ruang kelemahan dari vaksin yang dihasilkan. "Apalagi kita masih impor vaksin sebanyak 60 persen. Ini bahaya, ternyata vaksin impor tidak menjamin aman," ucap Teddy.

DIANANTA P. SUMEDI
http://id.berita.yahoo.com/universitas-airlangga-kukuhkan-doktor-termuda-103703018.html

Jumat, 06 September 2013

Makna Cinta Sejati

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30, seorang kakek berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Saya menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk dan mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Saya merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang, saya sempatkan untuk memeriksa lukanya. Nampaknya cukup baik, sudah kering dan tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, saya putuskan untuk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya, saya bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru. Lelaki tua itu menjawab "tidak". Dia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari.

Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer. Lalu saya bertanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir. Saya sangat terkejut dan berkata,

“Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?”

Dia tersenyum sambil tangannya menepuk tangan saya dan berkata, “Dia memang tidak lagi mengenali saya, tetapi saya masih mengenali dia, kan..?”

Saya terus menahan air mata sampai kakek itu pergi. Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.

Bagi saya pengalaman ini juga menyampaikan satu pesan penting: "Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, melainkan dapat berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki."

www.andriewongso.com

Rabu, 04 September 2013

Biasa Menjadi Luar Biasa

Dalam bekerja, setiap orang seringkali melakukan tugas atau pekerjaan yang sama. Semakin sering melakukan suatu pekerjaan yang sama, semakin lancar kita mengerjakannya.

Berbeda dengan ketika kita pertama kali melakukannya. Entah itu pekerjaan mengetik, membuat proposal, membuat laporan, membuat analisa bisnis, memimpin rapat hingga pekerjaan menyetir, membersihkan ruangan, ataupun membuat kopi. Pertama kali melakukannya, mungkin kita merasa sulit, bingung, rumit, belum tahu harus bagaimana, atau agak lamban karena belum biasa. Tapi lama kelamaan, kita semakin cepat bekerja, pekerjaan juga terasa semakin ringan.

Akan tetapi setelah pekerjaan menjadi biasa, seringkali timbul perasaan “meremehkan”, timbul perasaan “malas” dan “bosan”. Inilah yang menjadi masalah karena kita tidak akan bisa mencapai hasil yang lebih. Segala sesuatu hanya menjadi hal yang biasa.

Membuat Hal Biasa Menjadi Luar Biasa

Ada seorang karyawan bernama Susi harus menyiapkan seluruh acara untuk kunjungan direksi dari kantor pusat luar negeri selama beberapa hari di Indonesia. Seperti biasa, dia memesan hotel, mengatur jadwal harian, mengatur meeting, mengatur jadwal pemakaian ruangan, membuat undangan meeting, menyiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan, memesan makanan, mengatur waktu santai dan waktu istirahat, mengatur siapa saja yang harus menemani para direksi, dan puluhan persiapan lainnya, termasuk besarnya biaya yang harus dialokasikan untuk setiap aktivitas.

Seperti biasa, Susi sangat sibuk. Tiap hari pulang malam, bahkan suatu hari ia bekerja hingga pukul sepuluh malam. Maklum, dia hanya bekerja sendirian. Suatu pagi atasannya memanggilnya dan bertanya, "Susi, kenapa kamu kerja sampai larut malam begitu? Kan kamu sudah biasa menangani acara seperti ini? Bekerja seperti biasa saja !"

"Memang saya sudah biasa menangani acara seperti ini. Acara yang lebih besar juga sering. Tapi saya tidak mau menganggap acara ini sesuatu yang biasa pak. Saya ingin menjadikan acara yang biasa dilakukan setiap enam bulan ini menjadi luar biasa bagi semua orang. Jadi saya harus bekerja lebih baik daripada sebelumnya," jawab Susi dengan tenang. Dia menyukai pekerjaannya. Dia mengerjakannya dengan senang.

"Wah. Bagus sekali pendapat kamu," kata atasannya agak heran. Dalam hatinya dia berkata, "Mengapa tidak semua orang berpandangan seperti ini—mengubah semua pekerjaan yang biasa-biasa saja bisa diubah menjadi luar biasa? Wow! Pantas saja, setiap acara yang ditanganinya pasti hasilnya luar biasa. Seandainya semua karyawan memiliki pandangan seperti ini, pasti hasilnya luar biasa!"

Bekerja dengan Senang

Kunci menjadikan segala sesuatu luar biasa adalah menyukai pekerjaan. Lakukan segala sesuatu dengan senang. Lakukan dengan segenap hati. Jika Anda melakukan pekerjaan dengan senang dan dengan segenap hati, maka tidak ada yang terasa berat.

Salah seorang staf kami, sebut saja namanya Ati, baru bekerja sekitar dua minggu. Suatu hari, saya ke kantor pagi-pagi dan meninggalkan beberapa lembar kerja yang perlu difotokopi dan diantar ke hotel tempat kami mengadakan training. Saya pun meninggalkan catatan kecil di meja.

Tak berapa lama, saya menerima SMS. Ternyata dari Ati. Waktu saya baca SMS-nya, ternyata dia salah kirim. Seharusnya SMS itu dikirim ke pacarnya, namun salah kirim ke saya. Bunyinya begini, “Mas, udah sampai mana? Aku baru sampai kantor nih. Tapi sebel deh, pagi2 udah dapat kerjaan. Disuruh fotokopi. Udah gitu, disuruh anter ke hotel lagi. SEBEELLL DEH!“

Saya sampai tertegun setelah membaca SMS tersebut. Terkejut. Serasa tidak percaya. Kira-kira semenit kemudian ada SMS lain darinya. Waktu saya buka, ternyata hanya berbunyi, “Maaf bu. Salah kirim“.

Saya semakin tertegun. Akhirnya saya telepon dia. Saya berkata, “Saya ingin berbicara masalah isi SMS dari Ati tadi.“

"Oh iya. Maaf bu. Tadi di angkutan kota ada copet sih, jadi saya sebel.“ Hah? Kok jadi masalah copet? Gubrak...!

Saya hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa dia tidak menyukai pekerjaannya. Baru fotokopi dan antar ke hotel yang dekat saja sudah merasa berat, sudah menjadi beban baginya, sudah sebal. Bagaimana jika harus keluar kota? Ke hutan? Ke perkebunan kelapa sawit? Bertugas hingga jauh malam? Semua tugas dan pekerjaan akan menjadi beban dan terasa sangat berat.

Cara Mencintai Pekerjaan

1. Hargai pekerjaan yang Anda miliki. Tidak semua orang bisa mendapatkan pekerjaan itu dan bisa menikmatinya.
2. Cari sisi positif dalam mengerjakan apapun. Minimal, kita bisa memberi manfaat bagi keluarga, teman, dan orang lain.
3. Cari dan temukan hal-hal yang menyenangkan dalam mengerjakan segala sesuatu. Misal menambah pengalaman, menambah teman, mencoba tempat makan baru, memesan makanan kesukaan dekat kantor, bertemu dengan sahabat, bisa belajar sesuatu yang baru, mengejar prestasi, membeli hadiah kecil bagi diri sendiri jika pekerjaan sudah selesai, mencari ide kreatif, dan sebagainya.

Jika Anda tidak menyukai pekerjaan Anda dan merasa terjebak karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang Anda sukai, maka ingatlah satu hal. “Jika Anda tidak bisa mendapatkan yang Anda suka, maka sukailah yang sudah anda dapatkan.“ Bersyukurlah Anda bisa bekerja. Banyak orang yang ingin bekerja tapi belum juga mendapatkan pekerjaan. Salah satu perusahaan yang saya tahu, baru saja menerima 32 karyawan baru dari 6000 pelamar.

Bersyukurlah untuk segala sesuatu yang sudah Anda dapatkan.. Just be thankful! Love your job! Salam Sukses Spektakuler dari Lisa Nuryanti!!!




Selasa, 03 September 2013

Ulat dan Pohon Mangga

 
 
Suatu kali, seekor ulat tampak kelaparan. Di depannya, tampak pohon mangga yang sedang menghijau dengan dedaunan segar. Ulat yang sedang kelaparan pun menghampiri pohon mangga tersebut, lalu segera memanjat untuk memakan dedaunan itu.

“Hei ulat, sedang apa kamu?” tegur pohon mangga.

Ulat, saking laparnya, lupa meminta izin kepada pohon mangga. “Maaf, aku ke sini hanya ingin memakan sedikit dari bagian daunmu. Aku sangat lapar,” jawab ulat memelas.

“Asal kamu tahu saja ya. Di sini tanahnya tandus. Daun-daun yang ada di batangku ini tidak banyak. Kalau kamu makan di sini, lalu daunku banyak yang mati, bagaimana aku akan hidup kelak?” tolak pohon mangga dengan halus. “Dan, kalau sampai daun-daunku ini habis, maka aku tak akan bisa berbunga . Aku hanya akan jadi pohon tua tanpa bisa berbuah. Pemilik pohon akan menebangku.”

Ulat mengangguk, tanda mengerti kegelisahan pohon mangga. “Baiklah kalau kamu takut. Aku akan pergi, meskipun sebenarnya aku sudah tak kuat lagi. Aku benar-benar lapar dan butuh makan,” jawab ulat dengan nada berat. Terseok-seok, ia pun hendak pergi mencari makanan lain.

Melihat itu, pohon mangga merasa tidak tega. Ia pun akhirnya memanggil ulat kembali. “Wahai ulat, kalau kamu pergi dengan keadaan itu, kamu bisa mati. Aku pun tidak tega. Maka, makanlah daunku. Tapi, pastikan jangan sampai membuat aku mati. Makan seperlumu saja.”

Ulat pun sangat berterima kasih kepada pohon mangga karena ia bisa kembali makan. “Terima kasih, pohon mangga yang baik. Aku tidak akan melupakan jasamu. Aku berdoa, semoga hujan segera turun, sehingga membuat tanah kembali subur dan daunmu lebih lebat lagi,” ucap ulat dengan tulus.

Rupanya, doa si ulat dikabulkan. Tidak beberapa lama, mendung tampak memayungi bumi. Matahari yang tadi sangat terik, pelan-pelan tertutupi awan yang siap menumpahkan hujan. Angin yang bertiup pun segera membawa hawa sejuk yang diiringi rintik hujan. Pohon mangga bersorak kegirangan. Ia kembali mendapat kesejukan sehingga tanah tandus di sekitarnya kini menyediakan air yang berlimpah untuk membuatnya subur kembali.


Beberapa waktu kemudian, tampak pohon mangga makin menghijau dan rimbun daunnya. Tetapi, hingga beberapa lama, pohon mangga itu rupanya belum berbuah juga.

Suatu kali, ulat yang sudah cukup lama hidup dengan memakan daun pohon mangga, berubah menjadi kepompong. Pada saatnya kemudian, ulat menjadi kupu-kupu indah.

“Wahai pohon mangga temanku yang baik, kali ini tiba giliranku membantumu. Aku akan terbang mencari saripati mangga lain untuk aku bawa kemari. Semoga bisa membuatmu berbuah lebat, seperti keinginanmu.”

Begitulah, mereka saling membantu. Serbuk saripati mangga yang dibawa kupu-kupu setiap kali terbang, menjadikan pohon mangga memiliki buah ranum dan manis. Sang pemilik pohon itu pun makin menyayangi pohon mangga. Ia rutin memberikan pupuk tanaman terbaik. Kini, pohon mangga yang dulu tumbuh seadanya dan bahkan nyaris mati, bisa tumbuh subur berkat kebaikannya membantu sang ulat.


Keindahan saling tolong-menolong, tergambar jelas dalam kisah di atas. Perbuatan baik memang pasti akan mendapat balasan kebaikan.

Demikian juga dalam kehidupan di dunia ini. Kita memang tidak pernah tahu, tidak pernah mengerti, mengenai timbal balik suatu kebaikan. Tapi, hampir selalu pasti, kebaikan itu akan membawa lebih banyak keberkahan. Kadang, datangnya pun tak kita duga-duga. Kadang di saat kesulitan, tiba-tiba ada saja yang membantu kita. Kadang, apa yang kita sebut sebagai “kebetulan” sebenarnya merupakan “buah” dari kebaikan yang dulu pernah kita lakukan.

Di sinilah, konteks keikhlasan dan ketulusan dalam membantu orang lain akan membawa keberkahan dan kebahagiaan. Mungkin tidak selalu “dibalas” secepat yang kita harapkan. Tetapi saat kita “melupakan”, bisa jadi berbagai kebaikan malah datang tanpa kita harapkan. Itulah Hukum Tuhan yang universal.

Karena itu, terus bawa dan tularkan kebaikan ke mana pun dan di mana pun kita berada. Mari berbagi dengan apa yang kita bisa. Baik tenaga, pikiran, waktu, atau materi. Semua itu akan menjadi “modal” sekaligus “tabungan” yang akan mengantarkan kita pada hidup penuh keberuntungan. Hidup penuh kelimpahan.


www.andriewongso.com