Rabu, 31 Juli 2013

Kisah Inspirasi : Petarung Dengan Satu Jurus

Chen adalah seorang remaja pria yang tinggal di Hawaii. Tidak seperti orang normal, ia hanya mempunyai tangan kiri. Tangan kanan nya tidak ada sejak lahir. Karena keadaannya yang cacat itu banyak remaja pria lain yang mengejek dan sering mengolok-oloknya, bahkan ada yang suka memukul dan mendorong kepalanya.


kisah kisah inspirasi
Suatu hari, saat pulang sekolah ia diejek dan digoda beberapa remaja pria, peristiwa itu menarik perhatian seorang tua yang kebetulan lewat. Pria tua itu kemudian mengusir semua remaja yang menghina Chen, ia merasa kasihan pada Chen, kemudian ia berkata “Aku akan mengajarimu Judo supaya tidak ada yang berani mengganggumu lagi”. Chen bingung juga karena ia hanya mempunyai satu tangan, bagaimana mungkin bisa mempelajari Judo. Pria tua itu akhirnya mampu meyakinkan Chen bahwa ia mempunyai jurus judo khusus untuk orang bertangan satu. Akhirnya Chen setuju untuk belajar Judo dari orang tua tersebut dan mulai keesokan harinya sepulang sekolah, ia pergi ke rumah orang tua tersebut untuk belajar Judo.
Orang tua tersebut mengajari Chen sebuah jurus yang ternyata sangat sulit dikuasai, sampai beberapa bulan pun Chen masih belum menguasainya dengan baik. Sampai akhirnya memasuki bulan ke enam barulah Chen mampu menguasainya dengan lumayan baik, Chen sangat gembira dan ia meminta kepada orang tua itu untuk mengajarinya jurus lainnya. Orang tua tersebut menggelengkan kepalanya dan berkata “Kamu sudah bisa menguasai jurus itu? Bagus, kalau begitu lakukan jurus tersebut dengan LEBIH CEPAT dan LEBIH BAIK“.

Chen terus belajar dengan tekun dan akhirnya ia bisa menguasai jurus itu dengan semakin baik, tapi ia bosan juga, pikirnya kok jurus itu-itu aja sih, kapan nih belajar jurus lainnya? Akhirnya ia berkata “Guru, saya sudah menguasai jurus itu dengan baik, ajarkan dong jurus yang lain”. Orang tua yang merupakan gurunya tersebut berkata “Kamu merasa sudah menguasai dengan baik? Baiklah kalau begitu 3 bulan lagi kamu ikut pertandingan”. Chen merasa ragu, bagaimana mungkin ia yang bertangan satu harus bertanding melawan musuh yang bertangan dua dalam suatu pertandingan? Tapi ia berpikir tidak ada salahnya dicoba, dalam pemikiran Chen dalam 3 bulan ini pasti gurunya mengajarkan jurus-jurus baru untuk menghadapi pertandingan.

Seminggu, dua minggu, sebulan berlatih, Chen makin heran, gurunya tidak mengajarkan jurus baru sama sekali, ia hanya disuruh belajar menguasai jurus tunggal itu dengan gerakan yang semakin cepat dan semakin baik. Akhirnya Chen tidak sabar dan protes “Guru, mengapa guru tidak mengajarkan jurus baru apapun kepada ku, masa aku harus bertanding dengan SATU TANGAN dan SATU JURUS saja”. Gurunya tetap tidak mengajarkan jurus baru apapun sampai 3 bulan waktu berlalu dan tiba saatnya bertanding.

Chen mengawali pertandingan penyisihan pertama dengan gugup, tapi karena latihannya sudah sangat matang, akhirnya ia bisa menang juga. Pertandingan kedua dan ketiga ia menangkan juga dengan jurus yang sama. Sampai tiba saatnya ia ke semi final. Chen sangat gugup, katanya “Guru, cepat ajarkan aku  jurus yang baru. Aku sudah menang 3 kali menggunakan 1 jurus yang sama, musuh pasti sudah bisa membaca jurusku, musuhku kali ini sang  juara bertahan, ia sangat hebat, cepat guru, ajarkan aku”. Sang guru dengan tenang berkata “Yakin saja, Kamu pasti menang”. Chen semakin gugup, sampai akhirnya tiba saat pertandingan. Sang lawan memang sangat hebat, berkali-kali ia dapat menghindari kuncian jurus Chen, tapi akhirnya sampai suatu saat ia sedikit lengah dan Chen dapat memanfaatkan kesempatan yang hanya sepersekian detik itu untuk memasukkan jurus satu-satunya yang ia miliki. Chen menang lagi!

Saat finalpun tiba. Chen mempunyai kepercayaan diri yang sudah membubung tinggi, lawannya malah sudah keder duluan, akhirnya ia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah dan Chen menjadi juara!! Ya, hanya dengan SATU TANGAN dan SATU JURUS, ia bisa mengalahkan lawan-lawannya yang punya tangan normal dan beragam jurus.

Chen kemudian pulang ke rumah dan berpesta dengan keluarga dan teman-temannya. Kemudian ia menjumpai gurunya dan pergi berjalan-jalan dengan gurunya itu. Sambil berjalan mereka membahas kemenangan Chen. Chen merasa penasaran dan bertanya pada gurunya “Guru, bagaimana aku bisa menang melawan mereka yang normal dengan satu jurus saja? Rasanya sungguh tidak masuk akal”. Gurunya menjawab “Karena engkau mempunyai tekad baja, kemauan yang kuat, dan satu lagi, jurus yang kuajarkan itu adalah jurus yang sangat sulit diantisipasi dan sangat sulit menguasainya, satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari kuncian itu adalah dengan MENGUNCI BALIK TANGAN KANAN MU“  —  (???)

Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas :
  1. Sesuatu yang dipikir banyak orang sebagai kelemahan, dapat dimanfaatkan menjadi sebuah keunggulan yang nyata. 
  2. Dalam dunia nyata misalnya, tidak diperlukan banyak jurus/pekerjaan untuk menang/sukses. Kuasailah satu bidang sehingga anda benar-benar menjadi sangat ahli di bidang tersebut. Satu bidang yang anda kuasai dengan sangat baik sudah cukup untuk membuat anda hidup layak (menang). Kalau anda tidak bisa menang di suatu bidang yang umum maka buatlah KATEGORI/JURUS sendiri dimana anda lah yang menjadi NOMER SATU di kategori tersebut.
Kisah diambil dari http://pengharapan.com/judo-satu-tangan.html
Foto dari www.defeatdiabetes.org
http://www.kisahinspirasi.com/2012/08/petarung-dengan-satu-jurus.html

Secukupnya Tapi Mendalam..

Judul di atas adalah sikap Rasulullah ketika terjadi peristiwa yang ibarat danau, airnya telah dibuat beriak oleh satu peristiwa yang terjadi. Para sahabat di sekeliling beliau, siap memberikan respon dan reaksi, tapi respon dan reaksi yang paling baik datang dari Rasulullah. Tidak kurang, tidak lebih, secukupnya tapi mendalam, kena.

Satu hari, di Masjid Nabi, Rasulullah dan para sahabatnya sedang berkumpul dalam halaqah, majelis ilmu, membahas sesuatu. Masjid Nabi, lantainya masih pasir, tak ada ubin, apalagi sajadah. Dan mereka duduk, shalat, ruku’ dan sujud di atasnya.

Ketika kelompok manusia terbaik ini berkumpul dan mempelajari ilmu dan perintah Allah, tiba-tiba datang seorang lelaki Badui, lelaki desa nan udik ke dalam Masjid Nabi. Kita semua mengetahui kisahnya. Sebagian besar kaum Muslimin bahkan telah hapal ujung ceritanya. Tapi mari, sekali lagi kita belajar dari sudut pandang yang sedikit lain.

Lelaki Badui ini, tak datang untuk bergabung dalam halaqah nan mulia. Lelaki ini terus berjalan, menuju ujung ruangan, di pojok bangunan Masjid Nabi. Di sana, dia tengok kanan dan kiri. Mengangkat kainnya dan berjongkok di ujung ruangan untuk menuntaskan hajatnya. Lelaki Badui ini buang air kecil, buang air kecil!

Para sahabat yang berada di masjid dan sedang berhalaqah, seketika bergejolak. Mereka hendak berdiri, entah dengan niat melakukan apa di hati masing-masing. Para sahabat marah. Dan kemarahan mereka sangat wajah, ini Masjid Nabi, bukan tempat buang hajat. Para sahabat berhamburan, berdiri, segera berjalan menghampiri lelaki Badui yang sedang menuntaskan hajatnya tadi. Di wajah-wajah mereka, para sahabat mulia itu, nampak kemarahan yang siap meledak.

Tapi Rasulullah memanggil dan menenangkan semua sahabat yang sudah siap mengambil aksi. “Jangan, biarkan dia. Jangan menganggunya. Biarkan dia menyelesaikan kencingnya,” ujar Rasulullah saw.

Setelah lelaki Badui ini menyelesaikan urusannya, Rasulullah memanggilnya dengan nada lembut. Padahal, para sahabat, semuanya, sudah berada pada titik didih. Lelaki Badui ini datang dan berjalan pelan menghampiri  Rasulullah. Beliau menangkap atmosfer kemarahan yang mengepungnya. Tapi hanya Rasulullah yang ditujunya.

Dengan halus, ketika lelaki Badui ini berada di depan beliau, Rasulullah berkata, “Sesungguhnya, masjid ini dibangun bukan untuk itu (maksudnya untuk buang hajat). Masjid ini dibangun untuk shalat dan membaca al Qur’an.”

Hanya itu, tidak kurang, tidak berlebihan. Singkat, tapi tepat sasaran.

Lelaki Badui ini paham, dan lalu pergi meninggalkan Masjid Nabi. Tak lama waktu shalat tiba, dan Rasulullah memimpin para sahabat untuk menunaikan shalat. Dan yang menarik, lelaki Badui ini bergabung bersama untuk shalat jamaah. Dan Rasulullah pun memimpin shalat.

kisah inspirasi islami
Seperti biasa, Rasulullah melakukan shalat. Sampai ketika bangkit ruku’, Rasulullah mengucapkan , “Sami’Allahu liman Hamidah.” Allah mendengar orang yang memuji-Nya.

Para sahabat kemudian menjawab dengan ucapan, “Rabbana walakal Hamdu.” Tuhan kami, segala puji hanya untuk-Mu.

Di luar dugaan, lelaki Badui, ya betul, lelaki Badui yang tadi, menambahkan doanya lebih panjang dari para sahabat.  “Rabbana walakal Hamdu. Allahumarhamni wa Muhammadan, wala Tarham ma’ana ahadan.”  Tuhan kami, segala puji hanya untuk-Mu. Ya Allah, sayangilah aku dan Muhammad. Dan jangan sayangi orang-orang selain kami berdua.

Doa ini dibaca dengan lantang, sampai-sampai Rasulullah mendengarnya. Dan tentu saja, para sahabat yang ada juga mendengarnya. Memang lelaki Badui ini, yang seringkali disebut tidak berpendidikan dan memilik karakter unik, telah menyalahi rukun dari bacaan shalat. Tapi pelajarannya yang seringkali kita tidak perhatikan adalah, lihatlah isi doanya. Doa yang mencerminkan, bahwa Rasulullah telah menguasai hatinya. Doa yang memperlihatkan, bahwa dia juga menolak, sekurang-kurangnya tak mau dengan para sahabat yang ada.

Lelaki Badui ini, yang mohon maaf, sekali lagi kelompok ini sering  disebut sebagai kelompok masyarakat yang tidak berpendidikan, telah menempatkan Rasulullah di tempat yang sangat berpengaruh dalam hidupnya, dalam pikirannya, dalam doanya, dalam permintaannya kepada Allah. Sehingga dia berharap hanya Rasulullah dan dirinya saja yang dirahmati Allah. Dan tentu saja, ketika seseorang menempati posisi yang istimewa, maka istimewa pula letak nasihatnya.

Selepas shalat, Rasulullah berbalik badan. Lalu beliau memanggil lelaki Badui ini dan berkata singkat, “Engkau telah membatasi sesuatu yang sangat luas.” Ya, singkat, sesuai dengan kebutuhan bagi seorang lelaki Badui yang tentu saja tingkat pemahamannya tidak sama dengan sahabat-sahabat utama seperti Abubakar, Umar bin Khattab atau sahabat yang lain.

ditulis oleh ust. Herry Nurdi
gambar dan artikel dari http://penerang.com/2012/04/18/secukupnya-tapi-mendalam/
http://www.kisahinspirasi.com/2012/09/secukupnya-tapi-mendalam.html

Soal Ujian

Ini kisah tentang Riri,  salah seorang mahasiswi yang sedang menyelesaikan kuliah semester akhir di sebuah Universitas Negeri. Riri  mengambil jurusan disebuah fakultas yang cukup favorit, yaitu Fakultas Kedokteran. Sebuah fakultas – menurut keyakinannya – yang dapat membuat hidupnya lebih baik di masa mendatang. Bukan kehidupan yang hanya baik untuknya, tetapi juga buat keluarganya yang telah berusaha susah payah mengumpulkan uang, agar ia dapat meneruskan dan lulus dari kuliahnya dengan baik.

Kakaknya pun rela untuk tidak menikah tahun ini, karena ia harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membiayai tugas akhir dan biaya-biaya laboratorium serta praktikum yang cukup tinggi untuk Riri.

Kini tiba saatnya Riri harus mengikuti ujian semester akhir, mata kuliah yang diberikan oleh dosennya cukup unik. Saat itu sang dosen ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan.

“Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.” cerita Riri menirukan kata dosennya kepada mahasiswa beberapa waktu lalu.

Satu per satu pertanyaan pun dia lontarkan,  para mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu mungkin dalam kertas ujian mereka.

Ketakutan dan ketegangan Riri saat ujian terjawab saat itu, pasalnya 9 pertanyaan yang dilontarkan oleh sang dosen lumayan mudah untuk dijawab olehnya. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar ia tulis di lembar jawaban.

Hingga sampailah pada pertanyaan ke-10.“Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.

“Coba tuliskan nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di gedung Jurusan ini !” kata sang dosen sambil menggerakkan tangannya menunjuk keseluruh ruangan kuliah.

Sontak saja mahasiswa seisi ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini, pikir Riri dalam benaknya.

“Ini serius !” kata sang dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang ! ”. lanjutnya mengingatkan.

Riri tahu persis siapa orang yang ditanyakan oleh dosennya itu. Dia adalah seorang ibu tua, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung. Dan ia juga mungkin satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran tempat Riri kuliah. Ibu tua itu selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswi di sini. Ia senantiasa menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong. Tapi satu hal yang membuat Riri merasa konyol, justru ia tidak hafal nama ibu tua tersebut !!! Dan dengan terpaksa ia memberi jawaban ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini. Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu.

Sambil menyodorkan kertas jawaban, Riri mencoba memberanikan diri bertanya kepada dosennya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini ?.

“Justru ini adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini” kata sang dosen.

Mendengar jawaban sang dosen, beberapa mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu berbicara. “Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau D,” ungkap sang dosen.

Semua berdecak, Riri pun bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?” Jawab sang  dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Lalu sang sang dosen pergi  membawa tumpukan kertas jawaban ujian itu sambil meninggalkan para mahasiswa dengan wajah yang masih tertegun.
******
Peduli merupakan langkah awal untuk menjadi pemberi manfaat bagi orang lain serta penyelesai masalah di masyarakat. Dan peduli, sudah seharusnya menjadi milik semua orang, bukan hanya dokter. Jadi, soal ujian Riri nomor ke-10 di atas, kiranya juga menjadi soal ujian untuk kita semua. Maka seberapa pedulikah kita ? sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada disekitar kita. Semoga cerita di atas menjadi hikmah untuk kita.

Wallahu’alaum bishowab
-->

Jendela Kereta Api

Hari itu, di kereta api terdapat seorang pemuda bersama ayahnya. Pemuda itu berusia 24 tahun, sudah cukup dewasa tentu.

Di dalam kereta, pemuda itu memandang keluar jendela kereta, lalu berkata pada Ayahnya.
"Ayah lihat, pohon-pohon itu sedang berlarian"

Sepasang anak muda duduk berdekatan. Keduanya melihat pemuda 24 tahun tadi dengan kasihan. Bagaimana tidak, untuk seukuran usianya, kelakuan pemuda itu tampak begitu kekanakan.

Namun seolah tak peduli, si pemuda tadi tiba-tiba berkata lagi dengan antusiasny,
"Ayah lihatlah, awan itu sepertinya sedang mengikut kita!"

Kedua pasangan muda itu tampak tak sabar, lalu berkata kepada sang Ayah dari pemuda itu.
"Kenapa ANda tidak membawa putra Anda itu ke seorang dokter yang bagus?

Sang Ayah hanya tersenyum, lalu berkata. "Sudah saya bawa, dan sebenarnya kami ini baru saja dari rumah sakit. Anak saya ini sebelumnya buta semenjak kecil, dan ia baru mendapatkan penglihatannya hari ini"

Sahabat, setiap manusia di planet ini memiliki ceritanya masing-masing. Jangan langsung kita men-judge seseorang sebelum kita mengenalnya benar. Karena kebenaran boleh jadi mengejutkan kita. Selalu berprasangka baik kepada setiap orang, karena itu yang diajarkan nabimu, dan itulah cara yang baik untuk hidup...

Apakah Anda punya kisah yang mirip dengan cerita diatas? mari dibagi...
Klik like/share jika Anda suka :)

cerita diterjemahkan dari islamicthinking.tumblr.com , gambar dari kuncitransformasi.blogspot.com
http://www.kisahinspirasi.com/2012/12/jendela-kereta-api.html

Selasa, 30 Juli 2013

Citra Diri

Alkisah dalam sebuah seminar di kampus, seorang perempuan muda tampil berdiri di atas panggung untuk sharing melalui tulisan. Namanya Huang Mei Lian, kelahiran Taiwan. Waktu kecil ia terkena lumpuh otak, karena lahir prematur, kekurangan oksigen dan pendarahan di otak, yang telah merampas keseimbangannya dalam bergerak, serta merampas kemampuannya untuk berbicara.

Namun, ia tidak terkalahkan oleh kesulitan yang dialaminya. Bahkan, dia sangat berani menempuh hidupnya yang penuh ketidakmungkinan. Dengan perjuangan keras, Huang Mei Lian berhasil mendapatkan gelar PhD atau  “Doktor bidang seni” dari sebuah universitas di California, AmerikanSerikat. Dia biasa menggunakan tangannya sebagai kuas, dan menggunakan warna-warni ceria dalam lukisannya, yang menyampaikan kepada kita semua, akan “keindahan dan kekuatan alam semesta”, serta makna “kehidupan yang penuh warna”.

Pada sesi Tanya Jawab, seorang mahasiswa mengangkat tangan, mengajukan pertanyaan. “Doktor Huang, Anda dari kecil telah menghadapi keadaan yang begitu sulit. Bagaimana cara Anda menerima diri sendiri? Apakah cacat fisik yang Anda miliki itu,  tidak pernah membuat Anda kesal atau menyesali diri?”

Para mahasiswa dan dosen yang hadir di seminar itu terkejut. Mereka khawatir pertanyaan itu akan menyinggung perasaan Huang Mei Lian, serta merasa was was, apakah dia bersedia menjawab pertanyaan tersebut.

“Bagaimana anggapan saya tentang diri saya?” Huang Mei Lian menulis dengan huruf besar dan tegas di papan tulis yang disediakan. Setelah selesai menulis pertanyaan itu, dia berhenti sejenak. Ia menoleh ke belakang, melihat ke arah mahasiswa yang mengajukan pertanyaan tersebut, kemudian tersenyum. Ia membalikkan badan lagi ke arah papan tulis, lalu mulai menuliskan dengan cekatan dan rapi:

- Saya, Huang Mei Lian, imut..
- Kaki saya sangat panjang dan sangat cantik..
- Papa dan mama saya sangat mencintai saya.
- Tuhan sangat mengasihi saya.
- Saya bisa melukis dan lukisan saya disukai banyak orang.
- Saya bisa menulis, yang membuat saya memiliki banyak teman
- Saya mempunyai seekor kucing yang lucu.


Ruangan tersebut hening, tidak ada seorang pun yang berkata-kata. Huang Mei Lian kembali menoleh dan melihat reaksi para pengikut seminar, dan kemudian kembali menghadap papan tulis untuk menambahkan tulisannya sebagai sebuah kesimpulan singkat.

“Saya hanya melihat dan bersyukur pada apa yang saya miliki. Saya tidak melihat dan tidak menyesali apa yang tidak saya miliki.”

Dengan spontan, tepuk tangan yang meriah kemudian bergema di gedung seminar tersebut. Mei Lian membungkukkan badannya di atas panggung. Senyum penuh kebanggaan yang manis dan ceria, terpampang jelas di wajahnya.

Pembaca yang bijaksana,

Sering kali manusia mengukur kebahagiaan dengan cara yang kurang tepat. Kita merasa pantas berbahagia pada saat kita mampu mendapat apa yang kita inginkan. Kadang kita lupa bersyukur dan berbahagia karena apa yang telah kita punya.  Dengan keterbatasan fisik, Huang Mei Lian tidak pernah menyesali yang tidak dipunyai dan selalu bersyukur serta fokus pada apa yang dimiliki. Sungguh sebuah inpirasi yang bijaksana.

Mari, kita selalu mensyukuri, apa pun keadaan kita hari ini. Seperti pepatah Tiongkok kuno mengatakan: "Kelahiranku di dunia ini pasti punya makna.”


www.andriewongso.com

Putri Indonesia yang Menaklukkan Hollywood


Siapa bintang Hollywood asal Indonesia? Saat ini yang tengah naik daun adalah Tania Gunadi. Perempuan kelahiran Bandung 29 Juli 1983 ini banyak terlibat dalam film-film serial televisi di sana. Keberhasilannya menginspirasi banyak orang karena datang dari Indonesia dengan modal nekat.

Awal kiprahnya boleh dibilang tak sengaja. Tahun 2000 ia mendapatkan lotere green card (paspor hijau) yang membawanya ke Amerika. Ia tinggal di Los Angeles di mana kakaknya sudah lebih dulu berada di sana. Sambil melanjutkan sekolah ia bekerja di Pizza Hut dengan tugas menyapu lantai, membersihkan dapur, dan membuat pizza. Bahasa Inggrisnya pun masih belum bagus.

Suatu kali temannya memberi info bahwa ada audisi di Disney Channel untuk iklan Disneyland. Menurut temannya, Tania hanya perlu “berteriak” dalam audisi itu. Karena terpengaruh temannya ia mencoba ikut. Ternyata ia diterima. Jadilah Tania berperan dalam iklan tersebut. Sejak itu tekadnya makin bulat untuk jadi artis Hollywood. Namun itu tak mudah. Pernah suatu ketika dalam satu audisi seorang produser menyebutkan ia tak punya bakat. Terlebih-lebih bahasa Inggrisnya yang belepotan. “Lebih baik kamu cari pekerjaan lain,” ujar Tania pada VOA Indonesia menirukan produser itu.

Meski begitu ia tak patah semangat. Bahasa Inggrisnya terus ia fasihkan dan aktingnya terus ia asah. Usaha itu akhirnya membuahkan hasil.  Tahun 2001 ia mendapatkan peran kecil di sebuah film televisi berjudul A Real Job. Tahun 2002 perannya makin meningkat dengan main di serial Even Stevens yang diputar di Disney Channel. Setelah itu ia berperan dalam serial Always Sunny in Philadelphia, Boston Public, The Inside, Aaron Stone, dan sebagainya. Kebanyakan hanya berperan untuk satu atau dua episode. Namun di Aaron Stone ia mendapat peran besar sebagai Emma dan main dalam 35 episode.

Tahun 2010 ia ambil bagian dalam serial Transformers: Prime. Serial ini diputar sejak November 2010 di Hub Network dan berakhir pada Juli 2013 ini. Namun karena film animasi ia hanya sebagai pengisi suara. Selain di serial televisi Tania juga menjadi bintang iklan otomotif dan perusahaan ritel di sana. Keberhasilan Tania membuktikan bahwa jika berbekal tekad kuat, Hollywood yang oleh kebanyakan orang dianggap tak mungkin ditembus, terbukti bisa ia taklukkan.


_____
Foto: Alloy.com
www.adnriewongso.com

Selasa, 23 Juli 2013

Kisah Sepatu Dan Sandal Jepit

Disebuah toko sepatu dikawasan perbelanjaan termewah di sebuah kota, Nampak di etalase sebuah sepatu dengan anggun diterangi oleh lampu yang indah. Dari tadi dia Nampak jumawa dengan posisinya, sesekali dia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memamerkan kemolekan designnya, haknya yang tinggi.

Pada saat jam istirahat, seorang pramuniaga yang akan makan siang meletakkan sepasang sandal jepit tidak jauh dari letak sang sepatu.


“Hai sandal jepit, sial sekali nasib kamu, diciptakan sekali saja dalam bentuk buruk dan tidak menarik”, sergah sang sepatu dengan nada congkak.
Sandal jepit hanya terdiam dan melemparkan sebuah senyum persahabatan.

“Apa menariknya menjadi sandal jepit?, tidak ada kebanggaan bagi para pemakainnya, tidak pernah mendapatkan tempat penyimpanan yang istimewa, dan tidak pernah disesali pada saat hilang, kasihan sekali kamu”, ujar sang sepatu dengan nada yang semakin tinggi dan bertambah sinis.

Sandal jepit menarik nafas panjang, sambil menatap sang sepatu dengan tatapan lembut, dia berkata “Wahai sepatu yang terhormat, mungkin semua orang akan memiliki kebanggaan jika memakai sepatu yang indah dan mewah sepertimu. Mereka akan menyimpannya ditempat yang terjaga, membersihkannya meskipun masih bersih, bahkan sekali-sekali memamerkan kepada sanak keluarga maupun tetangga yang berkunjung ke rumahnya”. Sandal jepit berhenti sejenak dan membiarkan sang sepatu menikmati pujiannya.

“Tetapi sepatu yang terhormat, kamu hanya menemaninya di dalam kesemuan, pergi ke kantor maupun ke undangan-undangan pesta untuk sekedar sebuah kebanggaan. Kamu hanya dipakai sekali saja. Bedakan dengan aku. Aku siap menemani kemana saja pemakaiku pergi, bahkan aku sangat loyal meski dipakai ke toilet ataupun kamar mandi. Aku memunculkan kerinduan bagi pemakaiku. Setelah dia seharian dalam cengkeraman keindahanmu, maka manusia akan segera merindukanku. Karena apa wahai sepatu? Karena aku memunculkan kenyamanan dan kelonggaran. Aku tidak membutuhkan perhatian dan perawatan yang special. Dalam kamus kehidupanku, jika kita ingin membuat orang bahagia maka kita harus menciptakan kenyamanan untuknya”, Sandal jepit berkata dengan antusias dan membiarkan sang sepatu terpana.

“Sepatu ! Sahabatku yang terhormat, untuk apa kehebatan kalau sekedar untuk dipamerkan dan menimbulkan efek ketakutan untuk kehilangan. Untuk apa kepandaian dikeluarkan hanya untuk sekedar mendapatkan kekaguman.” Sepatu mulai tersihir oleh ucapan sandal jepit.

“Tapi bukankah menyenangkan jika kita dikagumi banyak orang”, jawab sepatu mencoba mencari pembenar atas posisinya. Sandal jepit tersenyum dengan bijak “Sahabatku! Ditengah kekaguman sesungguhnya kita sedang menciptakan tembok pembeda yang tebal, semakin kita ingin dikagumi maka sesungguhnya kita sedang membangun temboknya”.

Dari pintu toko nampak sang pramuniaga tergesa-gesa mengambil sandal jepit karena ingin bersegera mengambil air wudhu. Sambil tersenyum bahagia sandal jepit berbisik kepada sang sepatu.

“Lihat sahabatku, bahkan untuk berbuat kebaikan pun manusia mengajakku dan meninggalkanmu”.

Sepatu menatap kepergian sandal jepit ke mushola dengan penuh kekaguman seraya berbisik perlahan “Terima kasih, engkau telah memberikan pelajaran yang berharga sahabatku, sandal jepit yang terhormat”.


http://islamitubaik.blogspot.com/2013/01/kisah-sepatu-dan-sandal-jepit.html

Bejo sang pembeli Nasi kuah

Bejo menyinggahi warteg yang dindingnya hampir lapuk dan bermaksud memesan makanan.

"Bu, pesan nasi sebungkus + kuah sayur ya."
Ibu : "Itu aja nak? Lauknya apa?"
"mmm.. Ga usah pake lauk bu." Jawab Bejo pelan.

Ibu penjual warteg dan suaminya saling berpandangan sejenak, lalu menuruti keinginan Bejo.
Besoknya, Bejo dtg lagi memesan nasi dan kuah tanpa lauk.
Ibu warteg bertanya kenapa dia tdk pernah memesan lauk utk campuran nasinya.


Bejo menjawab : "Iya Bu, duit saya cuma cukup segitu. Saya nge kost disini, sambil kuliah di univ xxx jurusan Teknik Sipil. Nanti kalau bulan muda saya beli nasi campur lauk deh bu. Hehehe."

Ibu setengah baya ini terdiam, dia bermaksud membungkus makanan Bejo sambil menyelipkan ayam goreng dlm bungkusan. Ada iba dlm hati Ibu dan Bapak yg setengah baya ini.

Besoknya Bejo dtg lagi mengucapkan terimakasih, dan begitulah kejadian berlalu, hampir 3kali seminggu sang Ibu warteg yang murah hati itu menyelipkan lauk di pesanan Bejo tanpa harus membayar.

Enam bulan berlalu bahkan bertahun-tahun, ternyata Bejo sudah tak pernah lagi mengunjungi warteg tersebut.
Mungkin Bejo sudah tamat kuliah. Ibu dan Bapak penjual warteg pun sudah tidak berjualan lagi, mereka hanya tinggal di rumah tua yang sudah usang itu dan hanya berharap bantuan dari anak mereka yang disekolahkan diluar kota.

Kadang sesekali si Bapak mengingat Bejo si pembeli nasi dan kuah itu dan bertanya pada istrinya bagaimana kira2 nasibnya. Tapi mereka tidaklah tau.

Suatu hari ada seorang pemuda mendatangi rumah tersebut, dan meminta Ibu dan Bapak tua ini mendatangi Bos pemuda itu.

Ibu dan Bapak heran karena mereka tidak merasa punya anak atau saudara seperti yg dimaksud pemuda itu. Namun mereka menurut saja.

Pemuda itu mengantar Ibu dan Bapak tua ke rumah Bos yang dimaksud pemuda. Ibu dan Bapak tua itu tercengang kaget melihat sosok yang mapan dan berwibawa berdiri didepan mereka, orang yang dikatakan Bos itu memeluk mereka sambil berkata :

"Bu, Pak.. Saya adalah Bejo, pemuda kurus yang dulu sewaktu kuliah suka membeli nasi+kuah diwarteg kalian. Saya sudah menamatkan S2 saya dari luar negeri berkat beasiswa, dan skrg dipercaya mengelola beberapa proyek dibeberapa kota."

Bejo menambahkan lagi "Terimakasih buat bantuan kalian dulu, yang suka memberi makan gratis pada saya, saya berhutang budi pada Ibu dan Bapak. Kalau tidak keberatan, tinggallah bersama saya karna sesungguhnya sejak kecil saya telah kehilangan ibu, dan setahun yang lalu saya kehilangan ayah saya."

========

HIKMAH: Jangan mengharap balasan dari seseorang ketika anda membantunya meski pada dasarnya balasan atas kebaikan kita itu pasti ada ( Walau Bukan Dari Orang Tersebut ). Bantulah jika mampu membantu, tak peduli besar atau kecil. Karena sesungguhnya memberi adalah menabung, dimana kita akan menuai apa yang kita perbuat.


http://islamitubaik.blogspot.com/2013/06/kisah-inspirasi-islam-bejo-sang-pembeli.html

Minggu, 21 Juli 2013

Resep Sukses dan Kaya Napoleon Hill (19)

19. Bagaimana Seseorang Memenangkan Promosi

Carol Downes melepaskan pekerjaan sebagai karyawan teller bank. Kemudian dia bergabung dengan WC Durant, yang baru saja mendirikan perusahaan otomotif yang secara berangsur-angsur kemudian menjadi General Motors. Setelah bekerja selama enam bulan, Downes merasa sudah tiba waktunya bagi dia untuk mendapatkan promosi. Downes menghadap Durant dan menanyakan bagaimana ia bisa meningkatkan pelayanannya kepada perusahaan, apa kesalahan dan kebaikan yang telah diperbuatnya dalam pekerjaan. Akhirnya Downes bertanya, “Posisi lebih tinggi apa yang sesuai dengan kualifikasi saya sekarang ini?”

Durant bingung dengan begitu banyak pertanyaan Downes. Durant hanya menjawab pertanyaan terakhir. “Anda di sini dipilih untuk mengawasi instalasi mesin-mesin dan peralatan, tanpa ada janji untuk dipromosikan atau dinaikkan penghasilnnya,” kata Durant.

Durant juga memberi gambar cetak biru yang memperlihatkan di mana mesin-mesin itu harus diinstalasi. Kata Durant, “Inilah instruksi-instruksi yang harus Anda ikuti. Sekarang, saya ingin melihat apa yang dapat Anda lakukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.”

Downes mengambil gambar rancang biru tersebut dan segera menemukan bahwa dia bahkan tidak mengerti maksud dari gambar itu, karena belum pernah belajar tentang tekniknya. Di sinilah Downes memperlihatkan kualitas kepemimpinannya. Dari pada harus mengakui bahwa dia telah mengambil terlalu banyak dibandingkan kemampuan yang dimilikinya, Downes pergi mencari oang yang bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut. Itulah esensi kepemimpinan.

Downes mengontrak konsultan teknik untuk mengawasi instalasi mesin-mesin di bawah pengarahannya dan dia membayar biaya konsultan teknik itu dengan uang miliknya sendiri. Ketika dia berjalan ke kantor Durant untuk melaporkan bahwa pekerjaannya telah selesai  --semingu sebelum batas waktu – Downes melewati sejumlah ruang kantor para eksekutif. Dia sangat terkejut ketika di salah satu ruangan dia membaca tanda: CAROL DOWNES, DIREKTUR UTAMA.

Durant memberi tahu Downes bahwa dia dipromosikan untuk menduduki jabatan tersebut dengan gaji cukup tinggi karena memang sesuai dengan pekerjaannya. “Ketika saya memberimu gambar cetak biru, saya tahu bahwa kamu tidak akan bisa membaca gambar tersebut,” kata Durant. “Tetapi saya ingin melihat bagaimana kamu mengatasi situasinya. Akal pikiran yang kamu gunakan untuk menemukan seseorang yang bisa mengerjakannya menunjukkan bahwa kamu memiliki potensi menjadi eksekutif yang baik. Kalau kamu kembali dengan berbagai alasan dan bukan menyelesaikan pekerjaan tersebut, maka saya sudah memecatmu.”

Downes kemudian menjadi jutawan (dolar). “Saat terakhir kali saya bertemu dengannya,” kata Napoleon Hill, “dia sudah pensiun, tetapi sesungguhnya dia melayani sebagai penasehat Southern Governors Association. Ternyata Downes masih bisa melangkah lebih jauh lagi dan banyak menikmati kehidupannya.


_______
Sumber: A Year of Growing Rich - Napoleon Hill

Foto ilustrasi: business.mega.mu 
www.andriewongso.com

Jumat, 19 Juli 2013

Belajar dan Belajar Lagi


Baru-baru ini di sekolah, Adi, siswa kelas 4 SD, mendapat penghargaan sebagai “murid dengan kemampuan membaca terbaik di kelas”. Dalam sebuah acara yang dihadiri guru, siswa, dan orangtua murid, Adi dan teman-teman lain yang berprestasi, menerima piagam penghargaan di atas panggung, diiringi tepuk tangan meriah oleh semua orang yang hadir di situ. Betapa bahagia dan bangganya Adi! Inilah piagam pertama yang diterimanya.

Begitu tiba di rumah, Adi langsung ke belakang; menemui dan menyombongkan diri di hadapan pembantu rumahnya. Sambil menyodorkan piagam yang terbingkai indah, ia berkata lantang, "Mbaaak, coba lihat! Kalau mau, mbak juga bisa membaca sebaik aku lho!"

Si mbak terdiam sambil memandang pigura di tangannya agak lama dengan tatapan kagum dan berucap riang, "Wah hebat, Mas Adi. Mbak orang kampung, nggak sekolah. Makanya nggak bisa membaca dan menulis seperti Mas Adi. Selamat ya, Mas.."

Mendengar kalimat itu, Adi langsung berlari ke ruangan keluarga dan berkata dengan bangga kepada ayahnya. "Ayah, kasihan si mbak ya. Mbak nggak pernah sekolah dan nggak bisa membaca. Padahal Adi baru berumur 9 tahun, tapi Adi bukan hanya pandai membaca, bahkan mendapat penghargaan pula. Duuuh, aku jadi ingin tahu, bagaimana ya perasaan mbak dan orang-orang yang buta huruf lainnya kalau membuka buku tetapi tidak bisa membacanya sama sekali?"

Tanpa menjawab sepatah kata pun, sang ayah menuju rak buku dan mengambil sebuah buku, lalu membuka sembarang halaman dan memberikannya kepada Adi.

"Adi, coba lihat buku ini. “

Adi terdiam memandangi buku yang diberikan ayahnya, dan saat itu juga kesombongannya pun langsung menguap.

“Adi tidak bisa membaca satu huruf pun, Yah…”

Sang ayah melanjutkan berkata, "Buku ini ditulis dalam aksara Mandarin. Nah, sekarang Adi sudah bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh Mbak dan orang-orang yang buta huruf lainnya kan? Adi, sekolah memang tempat untuk belajar tetapi tidak perlu disombongkan. Kamu masih muda. Masih banyak sekali hal-hal baru yang harus kita pelajari di luar sekolah. Setiap orang, jika mampu dan mau belajar dengan giat, pasti bisa berprestasi. Tetapi akan lebih baik lagi kalau mampu berprestasi tanpa menyombongkan diri dan tidak perlu menghina orang lain yang tidak mampu. Adi mengerti?"

Seumur hidupnya, Adi tidak pernah melupakan pelajaran dari sang ayah. Jika perasaan sombong datang, dia dengan tenang akan mengingatkan dirinya, "Ingat, Adi, masih banyak aksara di luar sana yang tidak bisa kamu baca.”

Pembaca yang Bijaksana,

Setiap manusia dikarunia bakat yang berbeda-beda. Kita semua mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, saat kita memunyai kelebihan,  pengalaman, atau skill tertentu bukan berarti  kita lebih segalanya dari orang lain. Apalagi  kita merasa sombong dan melihat orang lain lebih rendah.

Begitu sebaliknya pada saat  orang lain memiliki kelebihan, kekuatan, dan keterampilan tertentu bukan berarti kita kalah segalannya dari mereka, kita harus tetap sadar dan percaya bahwa ada kelebihan yang kita miliki.

Maka kita perlu selalu mengingatkan pada diri sendiri, saat kita punya kelebihan tidak perlu tinggi hati. Saat kita punya kelemahan tidak harus rendah diri, selalu siap belajar dan belajar lagi. Sehingga kita akan selalu mampu mengaktualisasikan diri dengan semaksimalnya dan meraih sukses yang luar biasa!


www.andriewongso.com

Selasa, 16 Juli 2013

Rekor Baru Terbanyak Bermain Angklung

Angklung makin mendunia. Alat musik dari bambu asal Priangan ini memiliki daya tarik tersendiri karena mengajak “belajar” kerjasama tim para pemainnya. Tantangan itu makin menarik karena jumlah pemainnya bisa mencapai ribuan. Bahkan bisa lebih dari 5000 orang.

Berapa jumlah pemain angklung terbanyak yang menjadi rekor dunia? Rekor yang tercatat sebelum ini adalah di Washington DC pada 9 Juli 2011 dengan peserta 5.182 orang. Majalah LuarBiasa pernah memecahkan rekor bermain angklung terbanyak pada November 2009 dalam seminar The Power of Harmony for Success & Happiness, dengan jumlah peserta seminar dan sekaligus pemain angklung mencapai 4000-an orang.

Tapi baru-baru ini Kedutaan Besar RI di Beijing mencoba membuat rekor baru. Bekerjasama dengan Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (PPIT) mereka memainkan angklung dipimpin oleh Daeng Udjo dengan  menyanyikan lagu Manuk Dadali, Yueliang Daibiao Wo De Xin, dan We Are The World.

Berapa jumlah pesertanya? Ternyata bisa mencapai 5.393 orang. Mereka terdiri dari pelajar, sejumlah pengusaha dan perwakilan perusahaan di China, mahasiswa dan pelajar Indonesia di China, dan warga Indonesia di China. Jumlah peserta sebanyak itu menjadi rekor baru.

www.andriewongso.com

Dave Tally, Gelandangan Jujur

Apa yang Anda lakukan jika menemukan tas ransel berisi uang sebanyak puluhan juta rupiah di stasiun kereta api, dalam keadaan sangat memerlukan uang? Mengambil "rezeki nomplok" itu, atau berusaha mengembalikannya ke si pemilik dengan ikhlas? Dave Tally, seorang gelandangan dari negara bagian Arizona, AS, memilih yang terakhir.

Kantor berita Associated Press pada 10 Desember lalu menuturkan bahwa tunawisma asal Kota Tempe itu menemukan tas berisi uang sebesar US$ 3.300, atau sekitar Rp. 29,7 juta pada awal bulan November. Saat itu, Tally baru saja membetulkan sepeda tuanya dan uang di kantongnya sudah habis. Namun tanpa pikir panjang, Tally langsung memberikan tas tersebut ke sebuah komunitas pelayanan tunawisma di kotanya. Pria berusia 49 tahun itu tidak mengambil sepeserpun dari uang tersebut.

Sam Summer, salah satu petugas di komunitas tersebut, kemudian berusaha melacak biodata pemilik ransel dari laptop dan usb flash drive yang juga ada di dalamnya. Usahanya menemui titik terang lima hari kemudian. Rupanya pemilik tas tersebut adalah Bryan Belanger, seorang mahasiswa di Universitas Negeri Arizona. Ia tanpa sengaja meninggalkan ranselnya di stasiun KA, tempat Tally biasa ‘mangkal\', ketika hendak membeli mobil bekas. Kemudian bersama Stephen Spark, staf komunitas pelayan tunawisma lainnya, Tally mengembalikan uang itu kepada Belanger. Bisa dibayangkan, betapa gembiranya Belanger, ketika menerima kembali uangnya.

Teman-teman yang Luar Biasa!

Kisah kejujuran Tally ini sampai ke telinga staf radio KTAR pada Desember ini,  setelah ibu Belanger menghubungi mereka. Nah begitu beritanya disiarkan, Tally langsung menjadi pembicaraan seluruh kota. Pria itu dipuji sebagai pahlawan para tunawisma karena telah mengubah citra mereka yang buruk.
 
Kemudian, dewan kota Tempe yang tersentuh dengan kejujurannya, membuat rekening sumbangan. Warga kota pun berbondong-bondong memberikan sumbangan, sebagai tanda penghargaan. Jumlahnya melebihi uang dia temukan, yaitu senilai US$ 8.000 (Rp 72 juta). Dan, tidak sedikit warga kota yang menawarkan pekerjaan kepada Tally, agar dapat hidup mandiri.

Seorang dokter gigi bahkan memberikan perawatan gigi, plus memasangkan gigi palsu gratis kepada Tally. Seakan-akan belum cukup, seorang pengacara juga menawarkan jasa kepadanya untuk menangani kasus-kasus lama yang menimpanya.

Sekadar tahu, dulunya Tally adalah seorang pengawas di sebuah perusahaan kontraktor. Dia kehilangan pekerjaannya pada 1999, ketika didakwa mengendara dalam keadaan mabuk. Karena itu juga, dia kehilangan izin mengemudinya. Tally sendiri mengaku, dia memang pernah kecanduan alkohol dan obat-obatan. Namun sejak 2003, ia sudah "bersih".

Lalu mengenai kejadian luar biasa ini, ia berkomentar, "Saya tidak menyangka semua berakhir seperti ini. Saat menemukan tas berisi uang itu, saya hanya berpikir bahwa itu bukan uang saya dan saya tidak berhak menggunakannya. Tas tersebut harus dikembalikan pada pemiliknya dan semuanya akan selesai. Begitu saja, sederhana kok."

Untuk warga kota yang menyumbangkan dana, ia sangat berterima kasih dan mengatakan bahwa ia akan menggunakan uang itu untuk merencanakan hidupnya. Selama ini, ia ingin membuka satu pusat pelatihan komputer. Ia juga akan memilih baik-baik, aneka pekerjaan yang ditawarkan kepadanya.

www.andriewongso.com

Gelandangan yang Jadi Pengusaha Sukses

Frank O’Dea adalah contoh sukses dari orang yang berhasil mengelola harapan hari esok, bekerja dengan visi hidup lebih baik, dan keberaniannya untuk “take action”, tulis sebuah media online Kanada menggambarkan kisah lelaki itu. O’Dea berhasil mengubah hidupnya dari anak gelandangan menjadi pengusaha sukses Kanada.

O’Dea lahir di Montreal pada tahun 1945. Meski berasal dari keluarga sederhana orangtuanya mengajarkan moral dan nilai-nilai kehidupan yang tinggi. Sayangnya meski pada awalnya berjalan baik, pada perkembangan berikutnya ia terlibat dalam kehidupan negatif. Di masa remajanya O’Dea kecanduan alkohol. Kehidupan itu menghancurkan masa mudanya. Untuk menyembuhkannya sang ayah sampai mengurungnya di rumah. Tak ada keluarga yang boleh menemaninya.

O’Dea akhirnya malah kabur dari rumah dan memilih hidup menggelandang di jalanan. Kadang ia tidur di selter bis, kadang di emperan barak tentara. Tak jarang harus tidur di trotoar. Sampai akhirnya ada seorang pemilik toko di Toronto yang merasa iba kepadanya. Ia diminta bekerja di tokonya. Gajinya US$5 sehari sebagai tukang bersih-bersih toko. Meski sudah bekerja, kebiasaannya minum-minum tak bisa dienyahkan begitu saja.

Suatu kali ia mendengar dari radio ada sebuah lembaga nirlaba yang menawarkan program penyembuhan kecanduan alkohol. Entah dari mana dorongannya, tiba-tiba pengumuman itu seperti ditujukan kepada dirinya. Maka ia pun ikut program itu. Inilah titik baliknya. Saat itu usianya 23 tahun dan ia merasakan bahwa untuk menyongsong masa depannya yang lebih baik, ia harus berubah.

Sambil ikut program itu ia menjual mesin penyortir koin ke gereja-gereja. Dari uang yang sedikit demi sedikit dikumpulkannya kemudian ia mencoba berbisnis. Tahun 1970 ia membuka gerai kafe di Scarborough Town Centre, Toronto. Pada awalnya menawarkan kopi dengan harga murah. Sampai akhirnya di tahun 1975 ia menemukan ide yang berbeda. Saat itu ia ingin mengubah sasaran pasarnya dengan menawarkan kopi premium pada pelanggannya. “Saya mengubah hubungan antara kafe dan pelanggannya,” katanya. “Orang-orang itu membeli kopi kami karena kopinya memang enak. Karena kualitasnya tinggi mereka mau membayar dengan harga lebih mahal,” katanya. Kafe itu ia beri nama The Second Cup.

Tak lama kemudian ia bisa mendirikan kafe serupa di beberapa tempat. Bahkan ia akhirnya bisa mengelola sampai ratusan kafe di seantero Kanada. “Saya berkali-kali gagal,” katanya memberi pengakuan. “Sukses itu terjadi karena trial and error dan mencurahkan segala upaya dan waktu,” katanya. Dengan semangat itu ia membuktikan bahwa meski hidupnya pernah berantakan dengan tekad yang kuat akhirnya bisa sukses.


________
www.andriewongso.com
Foto: TheTelegram.com

Jumat, 12 Juli 2013

BAHAYANYA TIDUR SETELAH MAKAN SAHUR

[ Muslim WAJIB Baca !! ]

Tidur setelah sahur memang tidak haram tetapi banyak ulama berpendapat bahwa tidur setelah makan sahur sebaiknya tidak di lakukan. Nabi Muhammad SAW telah memberikan tuntunan bahwa makan sahur jangan ditinggalkan dan dianjurkan untuk diakhirkan waktunya jadi sampai menjelang subuh atau waktu imsyak..

Rasulullah SAW tidak langsung tidur setelah makan. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya bisa juga dengan shalat.

Rasulullah SAW bersabda : "Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah SWT dan shalat, serta janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian menjadi keras."(HR Abu Nu'aim dari Aisyah r.a.).

Dari sisi ilmu gizi dan kesehatan, tidur setelah makan sangat tidak dianjurkan bahkan dalam kategori dilarang karena dampak buruknya sangat banyak antara lain Menurut Pramono, ahli gizi dari RSUD Ulin Banjarmasin perut akan jadi buncit karena saat tidur tubuh jadi hemat energy dan secara otomatis lemak akan mudah tertimbun di perut kita.

Akan terjadi refluks, karena makanan belum dicerna maka bisa berbalik dari lambung ke kerongkongan (atau biasa disebut refluks) karena pengaruh gravitasi akibat kita tidur. Jika terjadi refluks maka asam lambung akan naik dan melukai kerongkongan. Karena mengalami luka, kerongkongan akan terasa panas seperti terbakar, dan mulut pun terasa pahit.

Tidur sehabis sahur juga bisa mengakibatkan gangguan pencernaan. Normalnya isi lambung/maag akan kosong kembali sekitar dua jam setelah kita makan, tapi kalau posisi tubuh kita berada pada posisi baring, maka proses pengosongan lambung/maag akan terhambat/terlambat. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya gangguan pencernaan seperti mencret atau sembelit tergantung bahan makanan yang kita makan.

Meningkatnya risiko terkena stroke karena berdasarkan penelitian ditemukan bahwa orang yang memiliki jeda paling lama antara makan dan tidur mempunyai risiko terendah untuk mengalami stroke.

"seandainya kita masih ingin tidur setelah makan sahur, sebaiknya diatur saja minimal 2 jam setelah makan sahur baru tidur," saran Pramono seperti dituliskannya di grup facebook Gerakan Sadar Gizi. (Sumber : tribunnews.com)