Minggu, 06 Mei 2012

Kyai Bisri dan Tukin

Simbah Kakung (Kyai Mustofa Bisri):

http://teronggosong.com/wp-content/blogs.dir/1/files/kyai-bisri-mustofa.jpg

Santri yang ikut ‘ndalem’ rata-rata kalau tidak menghibur ya menjengkelkan kyainya, Kyai Bisri Mustofa.
Tapi Tukin lain. Dia adalah seorang santri ‘ndalem’ yang sekaligus menghibur dan menjengkelkan.
Pulang dari menghadiri hajatan, Kyai Bisri meletakkan payung di depan pintu. Setelah hujan reda, beliau menyuruh Tukin untuk memasukkan payung.
“Kin, payung itu bawa masuk!”
Inggih;” kata Tukin sambil lari ke dalam, bukannya ke luar rumah.
“Lho, payung di luar itu lho!” teriak Kyai Bisri heran.
“Inggih;” jawab Tukin masih terus menuju ke dalam rumah.
“Lho kok kamu malah kesana itu mau apa?” tanya Kiai Bisri bingung.
“Mau cari obeng;” jawab Tukin kalem.
“Obeng untuk apa?” tanya Kiai Bisri semakin bingung.
“Untuk nyopot pintu ini, ‘Yai. Payungnya kan lebar, kalau pintu nggak dicopot, nggak bisa masuk.”
“MasyaAllah, Tukin, Tukin;” teriak Kiai Bisri sambil tertawa, “mengapa nggak telingamu saja yang dicopot?!?”
Ganti Tukin yang bingung.

Yahya Cholil Staquf:

Tukin memang ajaib!
Dulu Mbah Bisri Mustofa punya kebiasaan, setiap hendak pergi keluar kota selalu terlebih dahulu “pamit” kepada cucu-cucunya sambil membagi uang receh. Suatu ketika uang receh tak ada. Maka dipanggillah Tukin untuk ditugasi menukarkan uang. Karena tak mau ambil resiko membuat kesalahan, Tukin pun terlebih dahulu mengklarifikasi,
“Uang receh yang bundar-bundar itu?”
Jengkel mendapat pertanyaan konyol, Mbah Bisri menjawab sekenanya, “Bukan! Yang kotak-kotak!”
Tukin berangkat. Ditunggu sampai lama, Tukin tak juga kembali, sehingga Mbah Bisri gelisah. Cucu-cucu pun mulai rewel karena uang tak kunjung dibagi.
Apa yang terjadi ketika Tukin akhirnya muncul?
Uang utuh yang belum ditukar dikembalikan kepada Mbah Bisri,
“Yang kotak-kotak tidak ada. Adanya bundar-bundar semua…”


sumber: www.teronggosong.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar