Minggu, 10 Juni 2012

Belajar Rendah Hati





Minggu, 3 Oktober 2010 | 04:04 WIB
http://kfk.kompas.com/image/preview/aW1hZ2VzL3Nma19waG90b3Mvc2ZrX3Bob3Rvc18xMzAzODk0MzA0X3VvZmJkakxSLmpwZw%3D%3D.jpg
Rara memasang muka cemberut pagi ini. Dia tak tersenyum ketika Ciku, kucing
kesayangannya, berguling-guling mencoba menangkap ekornya sendiri.

Dia tidak tertawa ketika menonton film kartun kesayangannya. Rara tertekad
hari ini adalah hari ngambek sedunia.

Rara sebenarnya ceria, hanya saja dia suka cemberut jika keinginannya tidak
dituruti. Seperti kali ini, Rara menginginkan tas ransel beroda. Namun, Ibu
dan Ayah tidak mau mengabulkannya.

BULAN lalu Rara minta cat kamarnya yang sebelumnya berwarna biru diubah
menjadi ungu. Rara juga minta dibelikan sepatu. Baru dua minggu yang lalu
Rara meminta satu set boneka Barbie

Kali ini, Ayah dan Ibu bersikap tegas tidak membelikan tas ransel beroda
karena tas Rara masih bagus.

Sampai makan siang, Rara masih tetap cemberut meski Ibu membuat puding
cokelat kesukaannya. Tak lama kemudian Tante Asri datang. Tante Asri adalah
adik bungsu ibu Rara yang masih mahasiswa.

”Halo Rara cantik, kok cemberut?” sapa Tante Asri.

Rara tidak menyahut, justru suara Ibu yang terdengar menyahut dari dapur.

”Biasa, ngambek. Minta dibelikan tas ransel beroda.”

Tante Asri tersenyum sambil menggelengkan kepala.

”RARA… Rara..., sudah besar kok masih suka ngambek. Kamu harus mengerti
bahwa Ayah dan Ibu tidak bisa memenuhi semua keinginanmu, Rara.”

”Ya sudah, daripada cemberut ikut Tante saja yuk.”

Kemudian Tante Asri ke dapur dan terlihat bercakap-cakap dengan Ibu.

”Ayo Rara, ganti baju. Tante ajak jalan-jalan,” seru Tante Asri.

”Rara enggak mau ikut sebelum dibelikan tas itu,” jawab Rara.

”Bagaimana kalau dibalik. Kamu ikut dulu, baru Ibu belikan tas,” ucap Ibu.

Rara tertarik dengan tawaran Ibu, matanya berbinar dan senyumnya mengembang.

”Tetapi Ibu janji ya?” ucap Rara.

”Iya Rara, Ibu janji,” jawab Ibu.

TAK LAMA kemudian Rara sudah di mobil bersama Tante Asri.

Setelah satu jam bermobil, sampailah Rara dan Tante Asri di lorong jalan di
kolong jembatan. Sudah banyak teman-teman Tante Asri, berkaus putih sama
dengan yang dikenakan Tante Asri bertuliskan ”Aksi Peduli Anak Jalanan”.

Di sana banyak anak- anak seusia Rara duduk berkumpul mendengarkan
penjelasan dari salah satu teman Tante Asri.

Setelah mengenalkan Rara, Tante Asri menyuruh Rara bergabung bersama
anak-anak itu. Salah seorang teman Tante Asri memberinya sepotong papan
tripleks, kertas, dan spidol warna-warni.

DENGAN ragu-ragu, Rara mendekati tempat di mana puluhan anak-anak tengah
duduk. Sebelum ikut duduk, Rara menoleh ke arah Tante Asri, seolah meminta
persetujuan.

”Ayo Rara, tidak apa-apa, duduklah dan ikut menggambar bersama teman-teman
barumu,” ujar Tante Asri.

Rara kemudian duduk di samping beberapa anak yang duduk bergerombol.
Anak-anak tersebut juga mendapat peralatan menggambar yang sama dengan
Rara. Anak-anak itu berkaus kumal, beralas kaki sandal jepit usang.

Penampilan mereka seperti anak-anak yang biasa Rara lihat

di lampu merah ketika berangkat sekolah.

AWALNYA baik Rara terlihat canggung. Namun, dalam waktu sekejap mereka
segera akrab.

Saat menggambar, Rara mengambil penghapus.

”Waahhh, penghapusmu bagus sekali,” ujar satu anak paling kecil.

”Oh ya?” seru Rara heran. Apanya yang bagus,” kata Rara. Penghapusnya
berbentuk kodok.

”Iya bagus sekali,” tambah anak itu lagi sambil mengamati penghapus Rara
dengan mata berbinar-binar.

”Aku ingin penghapus seperti ini. Tetapi Ibu belum punya uang untuk
membelikannya,” ujar anak itu lagi dengan ceria.

”Kamu tidak marah kepada Ibumu ?” tanya Rara.

”Kenapa harus marah? Kalau aku marah, itu akan menambah beban Ibu, justru
aku harus membantu Ibu,” jawab anak itu.

RARA tertegun, terharu, sekaligus tersindir. Rara malu dengan apa yang
sering dia lakukan jika keinginannya tidak dituruti.

Tidak terasa waktu sudah sore, Tante Asri memanggilnya untuk pulang. Meski
berat hati berpisah dengan teman-teman barunya, Rara mengemasi
barang-barang dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Tak lupa, Rara
menghadiahkan penghapus kodok kepada anak kecil tadi.

”Bagaimana Rara, kamu senang?” tanya Tante Asri.

”Senang sekali Tante. Terima kasih sudah mengajak Rara hari ini, Rara jadi
punya teman baru dan pengalaman baru. Rara janji tidak akan ngambek lagi
jika Ayah dan Ibu tidak membelikan apa yang Rara minta. Besok lagi kalau
ada acara seperti ini jangan lupa ajak Rara lagi, ya, Tante?” pinta Rara.

”Iya sayang, pasti,” jawab Tante Asri.

SAMPAI di rumah, Rara langsung berlari memeluk Ibu.

”Ibu, Rara janji enggak akan ngambek lagi dan minta dibelikan barang baru
terus,” ujar Rara.

Ibu dan Tante Asri berpandangan.


*Marcella C Wijayanti Penulis Cerita Anak, Tinggal di Yogyakarta*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar