Rabu, 20 Juni 2012

Pakaian Kering


http://static.republika.co.id/uploads/images/headline/abu-nawas-dan-khalifah-harun-ar-rasyid-ilustrasi-_110803175534-308.jpg
Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana oleh Abu Nawas yang
tanpa bisa dicegah oleh Baginda, sejak saat itu pula Baginda ingin
menangkap Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara. Sudah menjadi hukum bagi
siapa saja yang tidak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak
disangsikan lagi ia akan mendapat hukuman. Baginda tahu Abu Nawas amat
takut kepada beruang.



Suatu hari, Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar
bergabung dengan rombongan Baginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang.
Abu Nawas merasa takut dan gemetar tetapi ia, tidak berani menolak titah
Baginda. Dalam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yang cerah
berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa
hormat Abu Nawas mendekati Baginda.



“Tahukah mengapa engkau aku panggil?” tanya Baginda tanpa sedikit pun
senyum di wajahnya.


“Ampun Tuanku, hamba belum tahu.” kata Abu Nawas


“Kau pasti tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Hutan masih jauh dari
sini. Kau kuberi kuda yang lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku
akan menunggang kuda yang cepat. Nanti pada waktu santap siang kita
berkumpul di tempat peristirahatanku. Bila hujan turun kita harus
menghindarinya dengan cara kita masing-masing agar pakaian kita tetap
kering. Sekarang kita berpencar.”



Baginda menjelaskan. Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. Abu
Nawas kini tahu Baginda akan menjebaknya. Ia harus mancari akal. Dan ketika
Abu Nawas sedang berpikir, tiba-tiba hujan turun. Begitu hujan turun
Baginda dan rombongan segera memacu kuda untuk mencapai tempat perlindungan
yang terdekat. Tetapi karena derasnya hujan, Baginda dan para pengawalnya
basah kuyup. Ketika santap siang tiba Baginda segera menuju tempat
peristirahatan.



Belum sempat baju Baginda dan para pengawalnya kering, Abu Nawas datang
dengan menunggang kuda yang lamban. Baginda dan para pengawal terperangah
karena baju Abu Nawas tidak basah. Padahal dengan kuda yang paling cepat
pun tidak bisa mencapai tempat berlindung yang paling dekat. Pada hari
kedua Abu Nawas diberi kuda yang cepat yang kemarin ditunggangi Baginda
Raja. Kini Baginda dan para pengawal-pengawalnya mengendarai kuda-kuda yang
lamban.



Setelah Abu Nawas dan rombongan kerajaan berpencar, hujan pun turun seperti
kemarin. Malah hujan hari ini lebih deras daripada kemarin. Baginda dan
pengawalnya langsung basah kuyup karena kuda yang ditunggangi tidak bisa
berlari dengan kencang. Ketika saat bersantap siang tiba, Abu Nawas tiba di
tempat peristirahatan lebih dahulu dari Baginda dan pengawalnya. Abu Nawas
menunggu Baginda Raja. Selang beberapa saat Baginda dan para pengawalnya
tiba dengan pakaian yang basah kuyup.



Melihat Abu Nawas dengan pakaian yang tetap kering Baginda jadi penasaran.
Beliau tidak sanggup lagi menahan keingintahuan yang selama ini
disembunyikan. “Terus terang begaimana caranya menghindari hujan , wahai
Abu Nawas.” tanya Baginda.


“Mudah Tuanku yang mulia.” kata Abu Nawas sambil tersenyum.



“Sedangkan aku dengan kuda yang cepat tidak sanggup mencapai tempat
berteduh terdekat, apalagi dengan kuda yang lamban ini.” kata Baginda.



“Hamba sebenarnya tidak melarikan diri dari hujan.Tetapi begitu hujan turun
hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipatnya, lalu
mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai hujan berhenti.” Diam-diam Baginda
Raja mengakui kecerdikan Abu Nawas. []



Sumber: Tidak Diketahui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar