Sabtu, 08 November 2014

Atlet dan Ayahnya

Olimpiade Barcelona, 1992. Enam puluh lima ribu pasang mata hadir di stadion itu. Semua hendak menyaksikan event atletik besar di ajang olahraga terbesar di bumi ini.

Nama lelaki itu Derek Redmond, seorang atlet pelari olimpiade asal Inggris. Impian terbesarnya ialah mendapatkan sebuah medali olimpiade, apapun medalinya. Derek sebenarnya sudah ikut di ajang olimpiade sebelumnya, tahun 1988 di Korea. Namun sayang beberapa saat sebelum bertanding, ia cedera sehingga tak bisa ikut berlomba. Mau tak mau, olimpiade ini adalah kesempatan terbaiknya untuk mewujudkan mimpinya. Ini adalah hari pembuktiannya, untuk mendapatkan medali di nomor lari 400 meter. Karena ia dan ayahnya sudah berlatih sangat keras untuk ini.

Suara pistol menanda dimulainya perlombaan. Latihan keras yang dijalani Derek Redmond, membuatnya segera unggul melampaui lawan-lawannya. Dengan cepat ia sudah memimpin hingga ke meter ke 225. Berarti kurang 175 meter lagi. Ya, kurang sebentar lagi ia akan mendapatkan medali yang diimpikannya selama ini. Namun tak ada yang menyangka ketika justru di performa puncaknya, ketika ia sedang memimpin perlombaan tersebut, tiba-tiba ia didera cedera secara tiba-tiba di meter 225 tersebut, timbul rasa sakit luar biasa di kaki kanannya. Saking sakitnya, seolah kaki tersebut telah ditembak sebuah peluru. Dan seperti orang yang ditembak kakinya, Derek Redmond pun menjadi pincang. Yang ia lakukan hanya melompat-lompat kecil bertumpu pada kaki kirinya, melambat, lalu rebah di tanah. Sakit di kakinya telah menjatuhkannya.

Derek sadar, impiannya memperoleh medali di Olimpiade ini pupus sudah. Melihat anaknya dalam masalah, Ayahnya yang berada di atas tribun, tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke bawah tribun. Tak peduli itu menabrak dan menginjak sekian banyak orang. Baginya yang terpenting adalah ia harus segera menolong anaknya.

Di tanah, Derek Redmond menyadari bahwa impiannya memenangkan olimpiade pupus sudah. Ini sudah kedua kalinya ia berlomba lari di Olimpiade, dan semuanya gagal karena cedera kakinya. Namun jiwanya bukan jiwa yang mudah menyerah. Ketika tim medis mendatanginya dengan membawa tandu, ia berkata, "Aku tak akan naik tandu itu, bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan perlombaan ini" katanya.

Maka Derek pun dengan perlahan mengangkat kakinya sendiri. Dengan sangat perlahan pula, sambil menahan rasa sakit di kakinya, ia berjalan tertatih dengan sangat lambat. Tim medis mengira bahwa ingin berjalan sendiri ke tepi lapangan, namun mereka salah. Derek ingin menuju garis finish.

Di saat yang sama pula Jim, Ayah Derek sudah sampai di tribun bawah. Ia segera melompati pagar lalu berlari melewati para penjaga menuju Anaknya yang berjalan menyelesaikan perlombaan dengan tertatih kesakitan. Kepada para penjaga ia hanya berkata, "Itu anakku, dan aku akan menolongnya !"

Akhirnya, kurang 120 meter dari garis finish, sang Ayah pun sampai juga di Derek yang menolak menyerah. Derek masih berjalan pincang tertatih dengan sangat yakin . Sang Ayah pun merangkul dan memapah Derek. Ia kalungkan lengan anaknya tersebut ke bahunya.

"Aku disini nak" katanya lembut sambil memeluk anaknya, "dan kita akan menyelesaikan perlombaan ini bersama-sama"

Ayah dan anak tersebut, dengan saling berangkulan, akhirnya sampai di garis finish. Beberapa langkah dari garis finish, sang Ayah, Jim, melepaskan rangkulannya dari anaknya agar Derek dapat melewati garis finish tersebut seorang diri. Lalu kemudian, barulah ia merangkul anaknya lagi.

Enam puluh lima ribu pasang mata menyaksikan mereka, bersorak bertepuk tangan, dan sebagian menangis. Scene Ayah dan anak itu kini seolah lebih penting daripada siapa pemenang lomba lari.

Derek Redmond tak mendapat medali, bahkan ia didiskualifikasi dari perlombaan. Namun lihatlah komentar Ayahnya.

"Aku adalah Ayah yang paling bangga sedunia ! Aku lebih bangga kepadanya sekarang daripada jika ia mendapatkan medali emas sekalipun"

Dua tahun pasca perlombaan lari tersebut, dokter bedah mengatakan kepada Derek bahwa Derek tak akan lagi dapat mewakili negaranya dalam perlombaan olahraga.

Namun tahukah kalian apa yang terjadi ?

Lagi-lagi, dengan dorongan dari Ayahnya, Derek pun akhirnya mengalihkan perhatiannya. Dia pun menekuni dunia basket, dan akhirnya menjadi bagian dari timnas basket Inggris Raya. Dikiriminya foto dirinya bersama tim basket ke dokter yang dulu memvonisnya takkan mewakili negara dalam perlombaan olahraga.
-----------------------------------------------------------------------------------

Jika kasih ibu, adalah melindungi kita dari kelamnya dunia, maka kasih seorang Ayah adalah mendorong kita untuk menguasai dunia itu. Seorang Ayah akan senantiasa mendukung, memotivasi, men-support, dan membersamai kita dalam kondisi apapun. Ayah pulalah yang akan meneriakkan kita untuk bangkit, lalu memapah kita hingga ke garis finish. Karena mereka tak ingin kita menyerah pada keadaan, sebagaimana yang ia contohkan.

#Berdasarkan kisah nyata yang diambil dari Novel Inspiratif Sepatu Terakhir.

sumber : kisahinspirasi.com
Photo: Atlet dan Ayahnya

Olimpiade Barcelona, 1992. Enam puluh lima ribu pasang mata hadir di stadion itu. Semua hendak menyaksikan event atletik besar di ajang olahraga terbesar di bumi ini.

Nama lelaki itu Derek Redmond, seorang atlet pelari olimpiade asal Inggris. Impian terbesarnya ialah mendapatkan sebuah medali olimpiade, apapun medalinya. Derek sebenarnya sudah ikut di ajang olimpiade sebelumnya, tahun 1988 di Korea. Namun sayang beberapa saat sebelum bertanding, ia cedera sehingga tak bisa ikut berlomba. Mau tak mau, olimpiade ini adalah kesempatan terbaiknya untuk mewujudkan mimpinya. Ini adalah hari pembuktiannya, untuk mendapatkan medali di nomor lari 400 meter. Karena ia dan ayahnya sudah berlatih sangat keras untuk ini.

Suara pistol menanda dimulainya perlombaan. Latihan keras yang dijalani Derek Redmond, membuatnya segera unggul melampaui lawan-lawannya. Dengan cepat ia sudah memimpin hingga ke meter ke 225. Berarti kurang 175 meter lagi. Ya, kurang sebentar lagi ia akan mendapatkan medali yang diimpikannya selama ini. Namun tak ada yang menyangka ketika justru di performa puncaknya, ketika ia sedang memimpin perlombaan tersebut, tiba-tiba ia didera cedera secara tiba-tiba di meter 225 tersebut, timbul rasa sakit luar biasa di kaki kanannya. Saking sakitnya, seolah kaki tersebut telah ditembak sebuah peluru. Dan seperti orang yang ditembak kakinya, Derek Redmond pun menjadi pincang. Yang ia lakukan hanya melompat-lompat kecil bertumpu pada kaki kirinya, melambat, lalu rebah di tanah. Sakit di kakinya telah menjatuhkannya.

Derek sadar, impiannya memperoleh medali di Olimpiade ini pupus sudah. Melihat anaknya dalam masalah, Ayahnya yang berada di atas tribun, tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke bawah tribun. Tak peduli itu menabrak dan menginjak sekian banyak orang. Baginya yang terpenting adalah ia harus segera menolong anaknya.

Di tanah, Derek Redmond menyadari bahwa impiannya memenangkan olimpiade pupus sudah. Ini sudah kedua kalinya ia berlomba lari di Olimpiade, dan semuanya gagal karena cedera kakinya. Namun jiwanya bukan jiwa yang mudah menyerah. Ketika tim medis mendatanginya dengan membawa tandu, ia berkata, "Aku tak akan naik tandu itu, bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan perlombaan ini" katanya.

Maka Derek pun dengan perlahan mengangkat kakinya sendiri. Dengan sangat perlahan pula, sambil menahan rasa sakit di kakinya, ia berjalan tertatih dengan sangat lambat. Tim medis mengira bahwa ingin berjalan sendiri ke tepi lapangan, namun mereka salah. Derek ingin menuju garis finish.

Di saat yang sama pula Jim, Ayah Derek sudah sampai di tribun bawah. Ia segera melompati pagar lalu berlari melewati para penjaga menuju Anaknya yang berjalan menyelesaikan perlombaan dengan tertatih kesakitan. Kepada para penjaga ia hanya berkata, "Itu anakku, dan aku akan menolongnya !"

Akhirnya, kurang 120 meter dari garis finish, sang Ayah pun sampai juga di Derek yang menolak menyerah. Derek masih berjalan pincang tertatih dengan sangat yakin . Sang Ayah pun merangkul dan memapah Derek. Ia kalungkan lengan anaknya tersebut ke bahunya.

"Aku disini nak" katanya lembut sambil memeluk anaknya, "dan kita akan menyelesaikan perlombaan ini bersama-sama"

Ayah dan anak tersebut, dengan saling berangkulan, akhirnya sampai di garis finish. Beberapa langkah dari garis finish, sang Ayah, Jim, melepaskan rangkulannya dari anaknya agar Derek dapat melewati garis finish  tersebut seorang diri. Lalu kemudian, barulah ia merangkul anaknya lagi.

Enam puluh lima ribu pasang mata menyaksikan mereka, bersorak bertepuk tangan, dan sebagian menangis. Scene Ayah dan anak itu kini seolah lebih penting daripada siapa pemenang lomba lari.

Derek Redmond tak mendapat medali, bahkan ia didiskualifikasi dari perlombaan. Namun lihatlah komentar Ayahnya.

"Aku adalah Ayah yang paling bangga sedunia ! Aku lebih bangga kepadanya sekarang daripada jika ia mendapatkan medali emas sekalipun"

Dua tahun pasca perlombaan lari tersebut, dokter bedah mengatakan kepada Derek bahwa Derek tak akan lagi dapat mewakili negaranya dalam perlombaan olahraga.

Namun tahukah kalian apa yang terjadi ?

Lagi-lagi, dengan dorongan dari Ayahnya, Derek pun akhirnya mengalihkan perhatiannya. Dia pun menekuni dunia basket, dan akhirnya menjadi bagian dari timnas basket Inggris Raya. Dikiriminya foto dirinya bersama tim basket ke dokter yang dulu memvonisnya takkan mewakili negara dalam perlombaan olahraga.
-----------------------------------------------------------------------------------

Jika kasih ibu, adalah melindungi kita dari kelamnya dunia, maka kasih seorang Ayah adalah mendorong kita untuk menguasai dunia itu. Seorang Ayah akan senantiasa mendukung, memotivasi, men-support, dan membersamai kita dalam kondisi apapun. Ayah pulalah yang akan meneriakkan kita untuk bangkit, lalu memapah kita hingga ke garis finish. Karena mereka tak ingin kita menyerah pada keadaan, sebagaimana yang ia contohkan.

#Berdasarkan kisah nyata yang diambil dari Novel Inspiratif Sepatu Terakhir.

sumber : kisahinspirasi.com

Sabtu, 01 November 2014

Mengelola Emosi



Alkisah, ada pengusaha muda yang merupakan pelanggan sebuah kedai kopi di tengah kota. Semua karyawan di sana sampai bos pemilik kedai mengenal baik dan memberi pelayanan yang terbaik untuk pelanggan setia ini.

Hingga suatu sore, seperti biasa, pengusaha muda itu telah menempati meja sudutnya, terlihat menikmati sore itu dengan membaca pesan di ponselnya, sambil menunggu pesanannya. Tidak lama kemudian tampak pelayan mendatangi mejanya sambil membawa secangkir kopi panas. Tetapi karena kurang hati-hati dan tidak konsentrasi, saat mengangkat cangkir, kopi panas itu mendadak tumpah membasahi ponsel, baju, dan celana mahalnya.

“Heii!!! Aduuh panas... mata kamu ke mana!?” Serunya terkejuit, sambil berdiri. Tangannya sibuk membersihkan tumpahan kopi. Sesaat dia menatap marah kepada si pelayan yang ketakutan.

“Kamu orang baru ya! Keterlaluan! Ini handphone, baju, dan celana mahal tahu enggak? Pakai apa kamu gantiinnya, hah?!!” Teriakan marahnya membuat si pelayan gemetar terdiam dan seisi kedai menoleh.

Pemilik kedai pun segera berlari menghampiri, “Maaf Tuan, maaf. Ini kesalahan kami." Ia dengan sigap membersihkan pecahan cangkir dan tumpahan kopi, dan meminta pelayan lain untuk segera mengantarkan secangkir kopi gratis sebagai permintaan maaf.

“Ini pelayan baru. Tolong dimaafkan," kata owner, kepada pengusaha muda itu. "Dia baru dua hari kerja. Suaminya baru saja meninggal karena kebakaran di tempat tinggal mereka. Dia dan ketiga anaknya berhasil selamat dan saat ini mereka harus tinggal di tempat penampungan sementara. Saya menerima kerja juga karena kasihan. Mungkin dia masih belum pulih sehingga kehilangan konsentrasi dan melakukan kesalahan ini. Maaf sekali lagi, Tuan. Jika harus mengganti, saya yang bertanggung jawab." Mendengar keterangan itu, walaupun masih jengkel melihat celana dan baju putihnya yang terkotori oleh kopi, tetapi api kemarahan yang meluap tadi mendadak surut, malah berbalik empati dan mau mengerti.


Emosi negatif seperti marah, iri, benci dan sebagainya, sering menghampiri kita dengan memakai berbagai alasan untuk membenarkannya. Padahal kita tahu, emosi negatif mampu merusak akal sehat dan berpotensi melukai diri sendiri dan orang lain.

Mari ubah sudut pandang, cari alasan berbeda untuk mengelola emosi negatif menjadi positif, sehingga kehidupan kita tidak tergerogoti penyakit miskin mental, yang pasti merugikan diri sendiri.

http://www.andriewongso.com/articles/details/14037/Mengelola-Emosi

Jumat, 31 Oktober 2014

6 Cara Cegah Stroke

Stroke menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia dan Indonesia. Stroke adalah sebuah situasi dimana aliran darah menuju ke otak terhenti secara tiba–tiba.

Brett Kissela, dari University of Cincinnati College of Medicine, Ohaio, Amerika Serikat meneliti bahwa pengidap stroke meningkat di usia 20–54 tahun Karena pola hidup yang buruk. Bagaimana cara pencegahannya ?


1. Olahraga teratur

Olahraga terbukti membuat jantung lebih kuat sehingga mampu mengalirkan darah lebih optimal. Selain itu, olahraga bisa menurunkan tingkat kegemukan yang beresiko menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, dan lainnya. Aktivitas fisik yang ringan secara rutin akan mampu menurunkan resiko terjadinya stroke dan penyakit jantung.


2. Konsumsi makanan sehat

Mulailah jauhi makanan mengandung lemak dan kolestrol berlebih. Konsumsi buah dan sayuran lebih banyak setiap harinya untuk mendapatkan asupan betakaroten yang cukup.


3. Kontrol tekanan darah

Periksalah tekanan darah Anda secara berkala. Jika terdeteksi mengalami peningkatan, segeralah periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan.


4. Berhenti merokok

Rokok terbukti telah menjadi faktor meningkatnya resiko stroke. Selain itu, dengan menghentikan kebiasaan merokok juga dapat menurunkan resiko terjadinya kanker paru – paru.


5. Jauhi alkohol

Bagi sebagian orang, alkohol dapat membantu menghangatkan suhu tubuh, tapi tidak jika Anda mengonsumsinya berlebihan. Selain beresiko stroke lebih tinggi, orang yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan mengalami kerusakan pada hati dalam jangka panjang.


6. Konsumsi potassium

Penelitian mengungkapkan, bahwa mengonsumsi makanan mengandung potasium setiap hari, akan mengurangi resiko stroke hingga 40%. Kentang, alpukat, dan kedelai adalah jenis makanan yang kaya akan kandungan  potasium.

Jadi, mulailah mencegah resiko Anda sejak dini !

http://www.andriewongso.com/articles/details/13984/6-Cara-Cegah-Stroke

Hapus Takut dan Ragu Saat Alih Profesi



Alih profesi banyak hambatannya, mulai dari keraguan hingga ketakutan. Bahkan ketika profesi baru itu dianggap impian dan merupakan yang paling pas dengan kemampuan, rasa takut tetap menghantui. Bagaimana mengatasinya?

Banyak nasihat diberikan untuk memotivasinya, seperti sejumlah kata bijak ini. “Halangan terbesar untuk sukses adalah takut gagal”. “Satu-satunya kegagalan adalah takut mencoba”.  “Sebenarnya tak ada rahasia sukses, yang ada sukses merupakan hasil dari persiapan, kerja keras, dan belajar dari kegagalan.” “Kegagalan adalah jalan memutar, bukan jalan buntu.”  “Sukses bukanlah final, gagal tidaklah fatal.” Nah, kalimat mana yang paling ampuh menggugah Anda untuk kembali mencoba dan menghindari rasa takut gagal?

Masih belum merasa terpacu dengan kalimat-kalimat penyemangat tadi? Barangkali, kisah-kisah berikut bisa memberikan inspirasi yang berharga agar tetap yakin pada pilihan yang sudah kita ambil.

Ikuti Kata Hati

Tasia Malakasis bekerja sebagai sales dan marketing di sebuah perusahaan teknologi di New York. Suatu ketika ia melihat keju yang terbuat dari susu kambing merk Belle Chèvre di sebuah gerai. Ia mencicipinya dan langsung tertarik. Ternyata pabriknya tak jauh dari rumahnya di Alabama. Setelah mengunjungi pabrik itu, ia berpikir untuk mengubah masa depannya.

Dulu ia pernah sekolah kuliner namun suatu ketika berhenti karena merasa tak akan pernah bisa jadi chef. “Tetapi saya tahu passion saya di bidang makanan, hanya saja tidak tahu bagaimana merealisasikannya,” tuturnya. Kali ini ia seperti menemukan momentum setelah menemukan keju Belle Chevre itu. Ia kemudian memutuskan berhenti dari profesinya yang sudah ia jalani selama 15 tahun dan pulang ke Alabama.

Baginya, keputusan itu ibarat meloncat dari tebing ke jurang yang tak tahu seberapa dalamnya. “Tapi, saat itu saya tak punya rasa takut,” katanya. Padahal ia tak punya pengalaman di bidang bisnis makanan. Modalnya hanya mengikuti kata hati. Ia mengontak pendiri Belle Chevre dan meminta mengajarinya membuat keju. Mereka setuju. Kemudian mulailah ia belajar membuat keju di pabrik rumahan itu. Pelan-pelan ia pun menanam sahamnya di perusahaan itu dari hasil tabungannya.

Setelah sekian lama menekuni usaha itu, terbit ketidakyakinan, apakah pilihannya benar. Untuk mengatasi keraguan itu, ia mencoba fokus dan menebalkan keyakinannya bahwa pilihan mengikuti kata hati tersebut telah benar. Ia kemudian membaca banyak jurnal tentang bisnis makanan. Menganalisa kenapa ketakutannya itu timbul. Ia mengibaratkan pencariannya itu seperti sedang bermain puzzle. Keraguan itu ibarat kepingan-kepingan puzzle yang masih belum bertemu dengan tempatnya. Ternyata, katanya, meskipun pada awalnya ia merasa loncat ke jurang tanpa jaring, pada kenyataannya selalu ada jaring di sana. Pengalamannya di industri teknologi juga bisa berguna, seperti memanfaatkan jaringan, kenalan, dan sebagainya. Bahkan dari sanalah ia mendapat bantuan.

Kini Malakasis merupakan pebisnis keju kambing ternama di Amerika Serikat. Sejak ia mengakuisisi Belle Chèvre tahun 2007 sudah 50 penghargaan ia terima. Bisnisnya pun sukses. Kuncinya, ikuti kata hati dan yakin bahwa pilihan ini benar.

Fokus

Kerap kali peluang datang tak sengaja. Michelle Marciniak adalah seorang pebasket putri yang berprestasi di Universitas South Carolina, AS. Setelah berhenti sebagai pebasket ia memilih jadi asisten pelatih di universitasnya. Saat itu pelatihnya adalah Susan Walvius.

Namun suatu ketika Susan mundur sebagai pelatih. Michelle sebenarnya bisa bertahan sebagai asisten, akan tetapi pelatih baru ternyata membawa asisten sendiri. Akibatnya Michelle terdepak. Ia pun menganggur.

Michelle sangat mencintai basket. Namun suatu hal yang mengubah hidup terjadi ketika ia mengunjungi Susan Walvius. Saat itu ia membawa sepasang celana pendek basket yang terbuat dari bahan kain halus seperti sutra. Ia menghadiahkannya pada Susan. “Saya sangat menyukai celana pendek ini. Saya cuci dan pakai lagi, cuci lagi pakai lagi, sangat nyaman dipakainya,” katanya. Lalu Susan menyahut, “Saya bahkan bisa buat sprei dari bahan kain ini,” katanya.

Dari sanalah timbul ide bisnis. Mereka kemudian mengontak universitasnya untuk belajar membuat perencanaan bisnis. Beberapa bulan kemudian mereka membuat aneka produk dari fabric seperti sprei, sarung bantal, kaus singlet, dan sebagainya di bawah payung bisnis SHEEX dan menjualnya melalui internet pada tahun 2008.

“Saya sudah putuskan untuk menekuni bisnis ini apa pun kejadiannya. Sekali saya putuskan saya tak boleh menengok ke belakang lagi. Saya harus fokus dengan pilihan saya ini,” katanya. Untuk memperkuat keyakinannya, ia meminta nasihat dari para business adviser, dan merekrut orang-orang terbaik. Ia juga belajar dari buku-buku. Hal itulah yang membuatnya bisa menghapus keraguannya dan terus termotivasi menjalankan bidang barunya. Kini, dengan usahanya yang terus berkembang, ia menyebut bahwa fokus dan pantang menengok ke belakang jadi salah satu cara terbaiknya untuk mengatasi keraguan.

Buang Pilihan Gagal

Daryn Kagan adalah host terkenal di CNN. Ia memulai kariernya di televisi sejak tahun 1994 dengan sistem kontrak. Selama membina karier di sana, ia sukses membawakan berbagai program favorit. Karena dominannya peran Daryn, sampai-sampai ada media yang menyebutkan Daryn adalah CNN.

Namun karier tidak bisa dipegang selamanya. “Apapun karier kita suatu saat pasti ada akhirnya,” kata Daryn. Dan ternyata ujung karier Daryn di CNN begitu cepat. Tahun 2006 CNN menolak memperpanjang kontrak perempuan kelahiran tahun 1963 ini. Ia pun terpukul.

Untuk sementara ia bingung harus melakukan apa. Plan B-nya tidak dirancang dengan matang. Untuk menemukan apa yang harus dilakukan setelah tak lagi jadi host CNN ia kumpulkan segala hal yang bisa memberinya inspirasi. Ia beli buku catatan kecil (notes) dan sebar di mana-mana, di tempat tidur, di depan televisi, di mobil, dan tempat lain yang memungkinkan untuk memudahkannya mencatat tanpa perlu repot membawa-bawa. Ketika ia menangkap suatu ide, segera ia catat. Karena itu semua inspirasi yang ia lihat, ia dengar, ia pikirkan, dan sebagainya segera ia catat. “Tak perlu memilah-milah dulu, catat saja,” katanya.

Apa yang ia dapat dari semua itu? Inspirasi ternyata datang dari internet. Ketika itu Yahoo menurunkan program berita dari zona perang dengan judul  “In the Hot Zone”. Timbul idenya yang bertolak belakang dengan itu. Jika Yahoo menurunkan cerita mengerikan di medan perang ia punya ide menurunkan cerita positif yang inspiratif dari berbagai kalangan.

Dari situlah ia mendirikan DarynKagan.com, website yang memuat cerita-cerita inspiratif. “Saya tak punya pilihan lagi. Bahkan pilihan gagal pun tak ada,” tuturnya. Dari sanalah ia bekerja keras, mengumpulkan cerita dari mana-mana, melakukan reportase sendiri, menulis artikel sendiri, dan sebagainya. Pelan-pelan bisnisnya berkembang. Dari hanya sekadar website, ia kemudian bisa membuat buku inspirasi, film dokumenter untuk televisi, dan menjadi pemasok program untuk Radio Oprah. Ternyata dengan memutus alternatif lain dan bersikeras untuk tidak mau gagal dalam bisnis yang baru ia masuki, bisa membawanya ke tingkat sukses seperti sekarang. “Ternyata berhenti dari CNN merupakan hadiah bagi saya,” katanya.

Nah, dari tiga kisah inspirasi di atas bisa mendapatkan tiga pelajaran berharga: ikuti kata hati, fokus pada apa yang jadi pilihan, dan jangan beri pilihan gagal alias terus bekerja keras agar apa yang dilakukan berhasil diraih.

 http://www.andriewongso.com/articles/details/14022/Hapus-Takut-dan-Ragu-Saat-Alih-Profesi-

10 Manfaat Bersyukur



Kebanyakan orang menganggap bersyukur adalah masalah hubungan seseorang dengan Tuhannya. Semacam, jika hari ini bersyukur maka esok hari atau lusa Tuhan akan memberi kemudahan atau kelebihan sebagai balasannya. Atau jika di dunia tak dapat, Tuhan akan memberi pahalanya di akhirat kelak.

Ternyata syukur juga memberi manfaat langsung. Jadi tak perlu menunggu sampai meninggal dan berharap balasannya didapat di akhirat. Sepuluh manfaat syukur berikut ini ditemukan dari hasil penelitian:

1. Baik untuk kesehatan mental remaja
Hasil penelitian American Psychological Association menyebutkan, remaja yang bersyukur jauh lebih berbahagia. Mereka juga memiliki pandangan positif tentang kehidupan dan berperilaku lebih baik, serta lebih penuh harapan dari rekan-rekannya yang kurang bersyukur.

2. Mendorong hidup lebih tenteram
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang berpikiran positif akan mudah bersyukur. Jika mendapatkan sesuatu, mereka akan mensyukurinya dan membandingkannya dengan orang lain yang tak mendapatkannya. Hal inilah yang membuat hidupnya tenang dan tenteram.

3. Prestasi sekolah lebih baik
Anak sekolah yang bersyukur memiliki nilai lebih baik. Selain itu memiliki hubungan sosial dan kepuasan hidup yang lebih baik. Hasil penelitian juga menemukan bahwa remaja yang bersyukur jarang depresi dan iri hati. Ini terbawa hingga usia dewasa di mana hidup mereka lebih tenteram dan sejahtera.

4. Lebih mampu berteman
Berdasarkan penelitian, orang yang bersyukur memiliki kepribadian yang lebih baik, mudah menolong orang. Hal ini membuatnya mudah berteman.

5. Tidur lebih baik
Masalah tidur menjadi problem banyak orang yang pada akhirnya mengganggu kesehatan. Orang yang bersyukur cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih baik.

6. Memperkuat hubungan
Bersyukur atas apa yang dilakukan teman atau pasangan akan memperkuat hubungan di antara mereka.

7. Menyehatkan jantung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor kesehatan jantung ada hubungannya dengan emosi positif dan apresiasi seseorang. Karena itu sikap selalu bersyukur menjadi penting bagi penderita jantung.

8. Baik untuk moral tim
Penelitian menyebutkan, atlet cenderung lebih mudah terbakar emosinya, tetapi akan mengalami kepuasan hidup lebih tinggi jika bersyukur dan kepuasan itu akan merembet ke anggota timnya.

9. Berhubungan dengan sistem imun
Bersyukur berhubungan dengan sikap optimisme. Pada gilirannya sikap optimis itu akan membangun daya tahan tubuh (imunitas) yang lebih baik. Sebagai contoh, penelitian University of Utah menunjukkan bahwa mahasiswa hukum yang optimis memiliki lebih banyak sel darah putih untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya ketimbang mereka yang pesimis.

10. Melindungi diri dari emosi negatif dan kurang kontrol
Penelitian menunjukkan bahwa peristiwa negatif dapat meningkatkan rasa syukur dan rasa syukur dapat membantu meningkatkan perasaan memiliki dan menurunkan stres. Sebuah survei menunjukkan bahwa perasaan syukur (dari warga AS) sangat tinggi setelah peristiwa 9/11.

(Sumber: Huffingtonpost.com)
 http://www.andriewongso.com/articles/details/13990/10-Manfaat-Bersyukur

Kamis, 30 Oktober 2014

Sukses Berkat Kata-Kata Positif



Nama Demetrius Shealey, hampir tak ada yang tahu. Orang-orang lebih suka menyebutnya “Billionaire PA”. Motivator dan pengusaha muda ini cukup sensasional. Itu karena ia berhasil mengubah hidupnya yang berantakan menjadi tokoh muda yang digandrungi banyak orang.

Shealey kecil, tinggal di daerah kelahirannya di Alabama, Amerika Serikat (AS). Lingkungannya terbilang tidak menguntungkan. Pergaulannya pun tak terjaga. Kehidupannya yang dipenuhi kenakalan remaja membuatnya harus berurusan dengan kepolisian.

Kehidupan yang menyengsarakan itu sebenarnya tidak ia kehendaki. Shealey bahkan menyadari bahwa jika terus-terusan hidup di lingkungan buruk seperti itu, masa depannya tak akan pernah menjadi lebih baik. “Saya bosan di lingkungan negatif itu. Saya percaya bahwa kita adalah gambaran dari pergaulan kita. Polisi akan bergaul dengan polisi, pemadam kebakaran bergaul dengan pemadam kebakaran, orang kaya bergaul dengan orang kaya, orang sejahtera bergaul dengan orang sejahtera, begitupun orang berantakan akan bergaul dengan orang berantakan juga. Saya putuskan untuk keluar dari lingkungan tersebut (ketika usianya menjelang 20 tahun) karena lelah,” katanya.

Untuk membangun hidup yang lebih baik ia pergi dari Alabama menuju Los Angeles, California, mencari pekerjaan. Untuk tidur di malam hari, ia gunakan mobilnya.

Sayangnya mencari pekerjaan di kota besar tidaklah mudah. Sudah puluhan orang ia temui untuk mempekerjakannya, sebanyak itu pula orang menolak. Latar belakangnya yang pernah berurusan dengan kepolisian membuat mereka tak berani mengangkatnya menjadi pekerja mereka. Situasi ini membuatnya frustrasi. Tetapi ia berusaha bertahan. Salah satu yang ia lakukan adalah selalu berpikiran positif. Setiap kali ditolak ia menasihati dirinya sendiri bahwa suatu saat kelak pekerjaan terbaik akan ia dapatkan. Tak hanya itu. “Ketika saya tiba di mobil saya, saya tempelkan  kalimat-kalimat inspirasional di langit-langit mobil saya. Ini supaya saya selalu dikelilingi hal-hal yang positif,” ujarnya. Ia menyebutnya “Dream Wall”.

Suatu kali, sepulang berburu lowongan kerja, ia pulang ke mobilnya. Entah bagaimana ketika itu ia merasa kecewa luar biasa.  Kisahnya, “Setelah wawancara ke-152 dan mereka bilang ‘No”, saya masuk ke mobil malam itu dan berteriak frustasi, ‘Saya tak akan mencari pekerjaan lagi, saya akan buat pekerjaan sendiri!’” Teriakan kekecewaan itu pada awalnya tak ia sadari benar-benar. Namun setengah jam kemudian ia menyadari bahwa mungkin itulah hal terbaik dalam hidupnya yang harus ia lakukan, yaitu membuat pekerjaan sendiri.

Keberuntungan mulai menghampiri. Esoknya, ia bertemu seseorang yang dulu dikenalnya. Orang tersebut investor real estate, yang dengan baik hati mempersilakan dirinya menumpang tidur di salah satu bagian rumahnya. “Berarti setelah 63 hari tinggal di dalam mobil, saya kembali bisa tidur di dalam rumah,” cerita Shealey.

Shealey pun mulai merancang “bisnis” yang bisa ia lakukan. Yang paling mudah adalah menjual T-shirt. Ia mendapatkan ide dari pengalaman dirinya memotivasi diri sendiri dengan kalimat-kalimat positif. T-shirt itu harus memuat tulisan yang motivasional. Awalnya ia mencetak beberapa T-shirt dengan tulisan “Damn a Recession, I’m in a Succession!”—kalimat yang menggambarkan bahwa tak peduli keadaan resesi, seseorang bisa saja sukses. T-shirt itu ia jajakan di sebuah perempatan kota Los Angeles. Ternyata laku. Hari-hari berikutnya ia kembali menjual T-shirt sejenis dan terus laku.

Untuk mengoptimalkan jualannya, ia membuat website. Ia juga menambah variasi kalimat yang dicetaknya pada T-shirt yaitu “God’s on my team; who’s on yours?” Yang luar biasa, hanya dalam tempo tiga bulan, ia bisa menjual 5 ribu T-shirt ke berbagai pembeli di seluruh dunia. Ini membuktikan bahwa kalimat-kalimat motivasional itu disukai banyak orang.

Motivator

Sukses di bisnis kaus, ia kemudian mencoba memproduksi aneka produk dengan basis kalimat-kalimat motivasional. Ratusan kalimat motivasional yang dulu ia tempelkan di atap mobilnya pun ia buatkan buku berjudul My Mind is Wealthy, dan laku keras. Ia juga menciptakan lagu, membuat film, dan menjadi pembicara di berbagai tempat. Ia mendorong anak-anak yang kurang mampu agar bisa bangkit dan membuat suksesnya sendiri.

“Saya senang menjalankan ini. Saya mendorong orang-orang di sekitar saya untuk menciptakan suksesnya masing-masing sehingga kelak saya bisa dikelilingi 10, 15, 20 miliarder yang pernah saya bantu,” paparnya.

Kini, Shealey punya brand sendiri. Ia ubah namanya menjadi Billionaire PA untuk menginspirasi orang menjadi miliarder (billionaire).  Ia juga memberi nama perusahaannya, "Wealthy Minds", karena ingin menginspirasi orang untuk berjuang mewujudkan mimpinya.


http://www.andriewongso.com/articles/details/13989/Sukses-Berkat-Kata-Kata-Positif

Karena Urusan Kecil, Kehilangan yang Besar




Suatu kali di sebuah kota maritim yang terkenal dengan hasil perikanannya, tampak dua orang pemuda yang bekerja sama membuat sebuah perahu. Kedua pemuda itu adalah dua kawan akrab yang hendak memulai usaha. Modal awalnya adalah dengan membuat perahu yang cukup besar untuk membawa mereka dan sejumlah pekerja ke tengah laut.

Saat membangun perahu tersebut, salah seorang pemuda menemukan salah satu kayu yang sedikit berlubang karena dimakan rayap. Namun, karena hanya kecil, mereka pun memutuskan untuk tetap memakai kayu tersebut dan hanya membersihkan ala kadarnya dari bekas rayap.

Saat perahu itu jadi, mereka pun rutin melaut. Hasilnya cukup membanggakan. Mereka bahkan mengatakan, bahwa perahu itu merupakan perahu keberuntungan mereka. Sebulan, dua bulan, hingga setahun kemudian, tanpa disadari ternyata salah satu kayu yang dulu dihinggapi rayap kembali berlubang. Rupanya, rayap yang dulu ada—dan dikira sudah dibersihkan dari kayu—berhasil meninggalkan bibit telur yang kemudian menetas dan berkembang biak. Awalnya lubang baru itu bisa segera ditambal. Tapi karena ternyata rayap sudah membiak sangat banyak, akhirnya lubang-lubang di perahu itu pun makin banyak.

Suatu saat, karena lubang yang makin banyak, beberapa bagian perahu itu pun makin rapuh. Saat di tengah laut, sebuah ombak yang cukup besar menghantam bagian lambung perahu yang paling rapuh termakan rayap. Perahu pun oleng dan pecah sehingga akhirnya karam.

Netter yang Luar Biasa,

Kisah tersebut menggambarkan, betapa hal remeh yang kadang acap tidak kita anggap ancaman, bisa menjadi sandungan bagi usaha kita di masa depan. Riak-riak kecil di antara para karyawan yang bersaing sehingga mendatangkan office politic yang saling sikut, sering membuat limbung perusahaan. Kebocoran kecil karena penggunaan dana-dana yang dianggap receh—pemborosan kertas, listrik, air, hingga telepon yang digunakan bukan untuk kepentingan perusahaan—kadang jika diaudit lebih detail, sering menghasilkan angka kerugian yang kerap mencengangkan. Datangnya pesaing yang masih kecil dan tak bermodal besar, kadang juga tiba-tiba malah menjadi pesaing berat saat tidak diantisipasi dengan baik.

Ada sebuah ungkapan bijak: “Berhati-hatilah dan berhematlah atas pengeluaran-pengeluaran kecil. Kebocoran kecil bisa mengaramkan kapal.” Maka, jika dirasa ada masalah kecil yang menimpa usaha kita, segera selesaikan. Jangan sampai karena urusan kecil, kehilangan yang besar. Jangan menunda atau menganggap remeh. Sebab, bisa jadi, bibit-bibit masalah kecil akan berakumulasi jadi kendala besar yang kelak bisa mengancam kelangsungan perusahaan.

Tetap waspada. Segera atasi persoalan. Cari solusi terbaik untuk tetap berkembang.

http://www.andriewongso.com/articles/details/14019/Karena-Urusan-Kecil-2C-Kehilangan-yang-Besar

Rabu, 22 Oktober 2014

Belajar dari Pensil (5 Prinsip Agar Tenang Menjalani Hidup)

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.

"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?"

Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, "Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai."

"Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi.

Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

"Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu

Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini."

"Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini."

Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya.

Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik.

Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar.

Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu.

Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda atau goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan.


https://www.facebook.com/pages/Dahsyatnya-Bangun-Pagi-Tahajud-Subuh-dan-Dhuha/507751389268034 

Jumat, 26 September 2014

Pria Ini Rela Tinggalkan Gaji Rp 99 Miliar/Bulan Demi Anak

Sosok ayah teladan tampaknya melekat erat pada Mohamed El-Erian yang rela melepaskan jabatan pimpinan di perusahaan investasi dunia demi sang anak. Tanpa rasa sesal dia melepaskan jabatan dengan gaji puluhan miliar rupiah demi menghabiskan waktu lebih banyak dengan sang anak.
Mengutip laman Daily Mail, Kamis (25/9/2014), Mantan CEO Pimco Mohamed El-Erian membongkar alasan mengapa dirinya rela melepaskan jabatan tertinggi di perusahaan investasi yang mengelola dana hingga US$ 2 triliun tersebut. Pekerjaan dengan pendapatan sekitar US$ 8,4 juta atau Rp 99,2 miliar/bulan itu ditinggalkan begitu saja demi satu alasan, demi sang anak.
Puteri Mohamed yang baru berusia 10 tahun mengatakan, sang ayah telah melewati hari pertamanya di sekolah, parade Haloween, pertandingan sepakbola pertamanya dan banyak acara yang telah dia lewatkan. Semua karena sang ayah terlalu sibuk bekerja.


Pengunduran diri Mohamed pada Mei 2013 memang sangat mengejutkan dunia keuangan. Baru-baru ini, dia baru menceritakan betapa puteri kecil dan istrinya, Jamie merupakan alasan utama dia mengambil keputusan mengejutkan tersebut.

Cerita di Balik Pengunduran Diri

Sekitar satu tahun lalu, Mohamed sebenarnya masih sering memberikan perhatian pada putrinya dengan menyuruh dia sikat gigi atau membereskan mainan. Dia pikir perhatian tersebut sudah cukup mengingat anaknya sangat penurut dan tak pernah membantah.
Tapi pada suatu malam, sang anak meminta ayahnya jangan dulu tidur dan pergi ke kamarnya.
"Dia kembali dari kamar dan membawa selembar kertas yang berisi daftar berbagai acara penting dalam hidupnya yang saya lewatkan. Berbagai kegiatan penting di mana saya tak bisa menemainya karena terlalu sibuk bekerja," kenang dia.
Meski memberikan kertas tersebut dengan halus, tapi isinya tampak seperti tamparan keras bagi investor ternama itu. Mohamed mengaku saat itu dirinya merasa telah menjadi ayah sangat buruk meski alasannya untuk bekerja memenuhi kebutuhan sang anak.
"Terdapat 22 kegiatan dan acara dalam daftarnya, mulai dari hari pertama ke sekolah hingga rapat orangtua dengan para guru. Saya sebenarnya punya alasan tepat seperti rapat penting, telepon mendadak dan perjalanan bisnis, tapi saya tetap merasa sangat bersalah waktu itu," kisahnya.
Mohamed merasa pekerjaannya telah membuat dia melewatkan berbagail hal yang lebih penting. Semakin sibuk dirinya, maka dia semakin melukai hubungannya dengan orang-orang paling spesial dalam hidupnya, anak dan istri.
"Saya tak pernah meluangkan cukup waktu untuk menemaninya," sesal dia.
Maklum, dia bekerja dari jam 9 malam hingga jam 1 pagi. Lalu dia bangun untuk menulis sebagai kolumnis di sebuah surat kabar. Pukul 4.30 dia mulai memperhatikan pergerakan saham dan sudah berada di kantor pukul 9 pagi menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan.
Kini dia telah bekerja sebagai Kepala Penasehat Ekonomi di Allianz di mana waktu kerjanya 50 persen lebih luang dibandingkan saat masih bekerja di PIMCO.

Sejak mengundurkan diri, kini investor tersebut mengatakan lebih dekat dengan sang anak. Bahkan bersama sang istri, mereka berdua membangunkan dan menyiapkan sarapan untuk putrinya.
Dia bahkan telah merencanakan liburan bertiga saja. Sang anak juga merasa lebih bahagia karena Mohamed meluangkan banyak waktu menemai hari-harinya. (Sis/Ndw)

https://id.she.yahoo.com/pria-ini-rela-tinggalkan-gaji-162241922.html

Rabu, 17 September 2014

Steve Jobs Batasi Anak Gunakan iPhone dan iPad

Rabu, 17 September 2014

Mungkin sebagian besar orang tua memimpikan anak-anak mereka, kecil atau sudah dewasa, memiliki gadget (smartphone) super canggih dalam kesehariannya. Impian ini seperti hal lumrah. Selain menunjukkan status, keluarga modern akan terasa kurang jika anak-anak mereka tak “dipersenjatai” dengan gadgets canggih tersebut.

Barangkali banyak orang yang menduga, keluarga siapa yang rumah dan anak-anak mereka memiliki fasilitas teknologi canggih. Rasa penasaran itu pernah dialami seorang wartawan New York Times saat berkesempatan mewawancarai pendiri Apple Inc., Steve Jobs. Sang wartawan, Nick Bilton, sempat menungkapkan angan-angannya bahwa sebagai pencinta produk Apple ia ingin anak-anaknya juga memiliki iPad atau iPhone, dua produk Apple yang paling terkenal.

Bilton mengakui sebelumnya ia membayangkan rumah keluarga Jobs pastilah paling canggih di dunia. Dinding dan meja makan di rumah mereka dipenuhi layar sentuh. Saat tidur pun mereka tak akan jauh-jauh dari produk-produk canggih dengan layar sentuh. Tetapi apa jawaban Jobs?

Jobs yang meninggal tahun 2011 itu, justru membatasi anak-anaknya bersentuhan dengan produk-produk digital canggih semacam itu. "Kami sangat membatasi anak-anak menggunakan produk teknologi di rumah,” katanya. Walter Isaacson, penulis buku Steve Jobs, yang sempat menginap berhari-hari di rumah Jobs dalam rangka menuliskan buku itu, menyaksikan sendiri bagaimana Jobs tak “segila” yang dibayangkan orang dengan membiarkan anak-anaknya menjadi pecandu teknologi. Ia tahu bahayanya kecanduan teknologi yang berada di genggaman tangan itu yang bisa merusak mental anak-anaknya.

Bisa Menurunkan Kemampuan Sosial

Tak hanya Jobs, yang bersikap seperti itu. Para pengusaha teknologi lain pun melakukan hal serupa. Mereka tahu jika anak-anak terlalu banyak menggunakan perangkat smartphone atau produk digital yang canggih itu akan menurunkan kemampuan sosial mereka, seperti tingkat sosialisasinya rendah, kuram empati pada orang lain, kurang peduli, dan sebagainya.

Di Amerika Serikat sendiri, sebuah penelitian yang hasilnya baru-baru ini dipublikasikan, menyebutkan bahwa anak-anak di sana rata-rata menggunakan smartphone atau layar elektronik selama 7,5 jam sehari. Ini membuat kemampuan sosial mereka menurun drastis. Namun ketika akses terhadap perangkat itu dibatasi, kemampuan sosial mereka kembali naik. Bisa dibayangkan jika anak-anak itu dibiasakan menggunakannya secara terus-menerus tanpa jeda.

"Setiap malam Steve Jobs makan malam di meja panjang besar di dapur mereka, mendiskusikan buku dan sejarah, serta berbagai hal. Tidak ada yang pernah mengeluarkan iPad atau komputer. Anak-anak tampaknya tidak kecanduan sama sekali pada perangkat-perangkat itu," ujar Isaacson.

Kita semua tahu Steve Jobs adalah orang jenius dan produk teknologi yang diciptakannya digandrungi dunia. Tetapi ia tak mau membiarkan anak-anaknya menjadi pecandu teknologi. Ia lebih suka memanusiakan anak-anak mereka meski harus membatasi akses mereka terhadap produk-produk Apple yang dibuatnya. Luar biasa!

 www.andriewongso.com

Kamis, 29 Mei 2014

Perdebatan yang Tiada Guna


Alkisah di suatu padepokan, ada seorang guru yang sangat dihormati karena sikapnya tegas dan bijaksana. Suatu hari, dua orang murid menghadap kepadanya. Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3 x 7. Murid pandai mengatakan hasilnya 21. Murid bodoh bersikukuh bahwa 3 x 7 hasilnya adalah 27.

Kata murid bodoh dengan sengit, "Guru. Muridmu mohon keadilan. Jika benar bahwa 3 x 7 = 27 maka kawanku ini harus dicambuk 6 kali oleh Guru. Tetapi kalau dia yang benar bahwa 3 x 7 = 21 maka muridmu ini bersedia untuk memenggal kepala sendiri!!" Murid yang bodoh ini sangat yakin dengan pendapatnya bahwa 3 x 7 adalah 27.

"Katakan Guru, mana yang benar?" desak murid bodoh bersemangat.

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, sang guru menjawab, “Pelajaran hari ini bukan siapa salah atau benar. Tapi tentang kebijaksanaan. Bagi murid yang tidak bijak, Guru putuskan hukuman cambuk 6 kali.” Si murid pandai jelas saja protes keras.

"Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu.. tapi karena kamu tidak cukup bijak. Mau-maunya berdebat dengan orang bodoh yang tidak tahu kalau 3x7 adalah 21!!"

Sang guru melanjutkan, "Lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi arif, daripada harus melihat satu nyawa terbuang sia-sia! Ini peringatan buat kamu agar jangan lagi melakukan perdebatan yang sia-sia".

Sering kita sibuk memperdebatkan sesuatu yang tak berguna, entah dengan pasangan kita, rekan kerja atau teman sendiri. Selain hanya membuang waktu & energi untuk hal yang tidak perlu, malahan sering berakhir dengan kemarahan, kejengkelan bahkan kebencian bagi yang kalah, atau kesombongan dan tindakan menghina bagi yang menang. Sungguh tidak berguna alias sia-sia.

Mari membuka diri untuk terus belajar hal yang positif. Tidak merasa kalah saat pendapatnya tidak diterima dan tidak menjadi takabur saat terjadi yang sebaliknya. Selalu bisa menerima dan memahami kelemahan orang lain dan mampu memahami kelebihan orang lain tanpa harus berdebat dengan sia-sia.


www.andriewongso.com

Mundur untuk Melompat Jauh


Suatu hari, seorang murid diajak berkeliling oleh gurunya. Di sepanjang perjalanan, sang guru memberikan berbagai wejangan kehidupan pada muridnya, yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Rupanya, inilah hari terakhir sang murid sebelum turun gunung dan mengamalkan berbagai ilmu yang didapatnya.

Kemudian di tepi sebuah hutan, mereka menemukan sebuah sungai kecil yang tidak memiliki jembatan. Karena sungainya tidak terlalu lebar, sang guru dan murid tanpa kesulitan melompatinya sampai ke seberang. Hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya belum sehebat sang guru, si murid harus mengambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.

Mereka pun meneruskan perjalanan sembari terus membicarakan banyak hal. Tanpa terasa, jalan mereka pun terus naik dan mendaki hingga kemudian sang guru berhenti di sebuah tebing jurang yang cukup tinggi.

“Nah, kita sudah hampir tiba di tempat tujuan. Sekarang, kita melompat ke ujung bukit di sana,” pesan sang guru yang tiba-tiba langsung melompat tinggi dan mendarat mulus di seberang. “Ayo, lompat!”

Si murid sejenak melongok ke dalam jurang. Meski tak terlalu dalam, tapi itu cukup untuk membuatnya sedikit ketakutan. Melihat itu, gurunya berujar, “Ayo, jangan takut! Itu jaraknya sama dengan sungai yang kita lewati tadi.”

Meski ragu, si murid pun berusaha menuruti gurunya. Ia merasa tak punya pilihan lain. Apalagi, gurunya mengatakan, jaraknya tak lebih lebar dari saat ia menyeberang di sungai yang tadi dengan mudah dilompatinya. Namun, saat berlari hendak melompat, tiba-tiba ia berhenti. Ia ragu-ragu, karena jika salah ambil ancang-ancang, akibatnya jauh lebih fatal dibanding saat melompati sungai.

Karena itu, si murid mencoba mengambil langkah mundur lebih jauh. Setidaknya, ia mundur hampir sepuluh langkah agar ia bisa berlari kencang sebelum melompat. Ketika mengambil jarak lebih jauh, kecepatan larinya berhasil membuat ia berhasil melompat jauh hingga sampai ke seberang dengan selamat.

Sembari mengelus kepala si murid dengan penuh kasih, sang guru memberi wejengan lain. “Muridku, kamu tahu apa yang membedakan lompatanmu saat di sungai dan di tebing jurang tadi? Meski jaraknya sama, keduanya punya tantangan yang berbeda.  Maka, kamu mengambil ancang-ancang mundur lebih jauh saat di tebing jurang untuk memastikan keselamatanmu.

Begitu juga dengan kehidupan ini. Kadang, saat tantangan yang lebih hebat menghadang, kita perlu mundur sedikit lebih jauh. Ini semata adalah upaya kita untuk bisa melompat lebih jauh dan tinggi. Maka, suatu kali nanti, jika kamu merasa mengalami kemunduran, kegagalan, kesulitan, bahkan jatuh.. jangan pernah berputus asa. Barangkali, itu justru langkah mundurmu agar bisa belajar melompat lebih tinggi.”

Netter yang Bijaksana,

Cerita di atas tepat sekali untuk menggambarkan sebuah pepatah bijak: “以退为进 / yǐ tuì wéi jìn” (mundur, untuk melompat jauh ke depan). Jika diresapi maknanya, akan melahirkan kekuatan di tengah hadangan dan terjangan badai kehidupan yang sering terjadi. Bahkan, saat mundur itulah, masa paling suram itulah, jika kita tahan, terus maju, ulet, makin kerja keras maka pintu sukses akan terbuka lebar.

Mari, jadikan setiap momen kesulitan, ujian, dan cobaan sebagai masa belajar dan evaluasi untuk memperbaiki keadaan. Jangan sesali dan jangan pernah mengeluh. Sebab, bisa jadi, ujian terberat itu justru membuka banyak peluang di masa depan.

www.andriewongso.com

Sabtu, 24 Mei 2014

Berani Mimpi


Dikisahkan di sebuah desa miskin, ada satu sekolah dasar. Hanya sedikit muridnya, karena kebanyakan anak-anak membantu orangtuanya mencari nafkah. Hari itu, salah satu guru sedang memberi pelajaran mengarang.

“Anak-anak, tugas hari ini adalah mengarang dengan judul ‘Cita-citaku’.”

Seorang murid senang sekali dengan judul yang menantang itu. Maka dengan cepat sekali  dia menulis di bukunya tentang cita-citanya tersebut.  Murid ini mengarang, “Nanti kalau dewasa, aku ingin punya rumah besar di atas bukit dengan pemandangan yang indah, berdampingan dengan vila-vila kecil untuk tempat peristirahatan. Di sana, banyak pepohonan yang rindang. Ada taman bunga dan kebun buah.”

Setelah dibaca , sang guru menegur, “Yang kamu tulis itu bukan cita-cita, tetapi itu impian yang tidak mungkin terjadi. Maka, kamu harus menulis ulang tentang cita-citamu yang sebenarnya.”

Murid itu pun menjawab, “Bu Guru, ini adalah cita-citaku yang sebenarnya. Ini bukan mimpi. Kelak, ini bisa menjadi kenyataan.”

“Kamu jangan bermimpi. Yang masuk akal dong, kalau bikin karangan. Jika tidak kamu perbaiki, maka ibu guru akan memberi nilai jelek.”

Walaupun diancam oleh ibu guru, si murid kecil tetap ngotot tidak mau mengubah sikapnya. Akhirnya, ia mendapat nilai paling jelek di kelas.

Puluhan tahun kemudian, sang guru yang masih tetap mengajar di sekolah itu, mengajak murid-muridnya berwisata di kebun buah di atas bukit yang sangat terkenal. Ia dan murid-muridnya berdecak kagum memandangi kebun buah dan taman bunga di atas bukit itu. Apalagi di dekatnya berdiri sebuah bangunan yang berdiri megah dan sangat indah.

“Orang yang membangun rumah ini pastilah orang yang sangat hebat,” gumam sang guru. Tiba-tiba terdengar jawaban, “Bukan orang hebat, hanya seorang bocah bandel yang berani bermimpi. Tapi pasti, yang lebih hebat adalah guru yang mendidik dia. Mari Bu, ajak murid-murid yang lain masuk ke dalam rumah,” ujar pemilik rumah dengan rendah hati. Sang gurupun terhenyak dan baru tersadar siapa yang berdiri di depannya. Tidak lain adalah si murid kecil yang keras kepala, yang mendapat nilai jelek waktu itu.



Kalau kita mau menyadari, sebenarnya banyak sekali prestasi spektakuler dari abad sebelum Masehi sampai abad Millenium ini. Semua itu lahir dari sebuah embrio: yaitu berani mimpi!

Karena keberanian bermimpi dari Wright bersaudara maka pesawat terbang berhasil diciptakan. Karena mimpi jugalah, kita bisa menikmati kecanggihan komputer dan berkomunikasi dengan telepon tanpa kabel.

Karena impian pula, kehidupan saat ini bisa kita ubah menjadi hidup yang lebih berkecukupan dan lebih berkualitas. Tentu untuk merealisasikan setiap mimpi jadi nyata, kita membutuhkan dukungan dari kekuatan lainnya, yaitu kekuatan keberanian: berani mencoba, berani berjuang, berani gagal dan yang terakhir.. berani sukses! Selamat berjuang!


http://www.andriewongso.com/articles/details/13327/Berani-Mimpi

Langkah Kehidupan


Alkisah, suatu hari seorang professor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Setiba di bandara, sang profesor dijemput oleh seorang prajurit muda yang ditugaskan untuk melayani kebutuhannya selama kunjungannya di sana.

Setelah berjumpa dan saling memperkenalkan diri, mereka pun menuju ke tempat pengambilan koper. Sepanjang perjalanan, si prajurit sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya secara spontan. Ia membantu seorang wanita tua yang kopernya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat atraksi yang digelar di hari-hari tertentu di bandara tersebut. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali ia kembali ke sisi sang profesor tampak raut puas dan senyum lebar menghiasi bibirnya.

"Anak muda, bapak sungguh terkesan dengan kebaikan hatimu. Darimana kamu belajar melakukan hal-hal seperti itu?" tanya sang profesor penasaran menyaksikan ulah lincah si prajurit.

"Melakukan apa, Prof?" tanya si prajurit.

"Begitu sibuk memperhatikan dan menolong orang lain. Darimana Anda belajar untuk hidup seperti itu?"

"Oohh, selama masa perang saya kira," jawab si prajurit sambil tiba-tiba mengerutkan kening, seakan mengingat banyak kejadian buruk di masa perang. Kemudian dia bertutur tetang kisah perjalanan tugasnya selama di medan perang. Saat itu dia ditugaskan untuk ikut serta membersihkan ladang ranjau. Di situ, dia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya tanpa dia bisa berbuat sesuatu apa pun. Sungguh luka hati dan duka yang tidak bisa diterimanya selama ini.

"Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah," katanya dengan nada tercekat. "Saya tidak pernah tahu, apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan ketika mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah perjudian antara hidup dan mati, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini. Saya ingin bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi siapa saja selama saya masih diberi waktu oleh kehidupan ini. Karena saya rasakan begitu banyak hal-hal yang masih ingin saya lakukan dan begitu sedikit yang telah saya kerjakan. Sedangkan berkaca dari pengalaman, seakan begitu sedikit waktu dan kesempatan yang tersedia dan masih tersisa".



Kesadaran akan nilai waktu, kadang dipicu karena pengalaman di kehidupan ini. Saat sebuah kehidupan dimulai, kepastian yang akan datang adalah kematian. Kita tidak pernah tahu kapan itu akan terjadi karena itu adalah rahasia Tuhan.

Sebelum semua terlambat dan kata sesal mengikutinya, mari bersama kita manfaatkan waktu yang masih kita punyai untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, dan tentunya bagi banyak orang. Agar di kehidupan ini peranan kita sebagai manusia punya arti positif dan nilai yang hakiki.




http://www.andriewongso.com/articles/details/13321/Langkah-Kehidupan

Selasa, 11 Maret 2014

Kontrol Emosi


Di suatu pagi yang sibuk, seorang pemuda tampak tergesa-gesa menyetop sebuah taksi di jalan. Sebuah taksi berhenti menghampiri pemuda tersebut.

“Selamat siang. Hendak pergi ke mana Dik?” sapa sang sopir ramah.

“Ke gedung jalan utama, tolong cepat ya pak, hampir terlambat nih!” seru si pemuda.

“Baik. Saya cari jalan alternatif biar bisa lebih cepat sampai.”

Saat mobil bergegas meluncur, tiba-tiba sebuah mobil dari arah berlawanan melintas dengan kencang. Hampir saja terjadi senggolan. Sopir taksi yang kaget menginjak rem mendadak. Begitu pun si pemuda, merasa sangat terkejut.

Sopir mobil yang hampir menyerempet segera berteriak kasar, memaki sopir taksi yang dianggap berbuat salah. Mendengar umpatan kasar itu, penumpang taksi di belakang ikut marah.

“Ladeni, Pak. Orang dia yang salah kok malah maki-maki. Dasar nggak tahu aturan!”

Sopir taksi membuka jendela dan menjawab dengan jawaban yang mengejutkan.
“Silakan lewat Pak. Hati-hati di jalan!”

Si pemuda terheran-heran berkata, “Bapak, kok bisa sabar gitu siiih….?”

Dengan senyum tertahan, sang sopir menjawab. “Saya bisa saja ikut marah dan emosi, tapi buat apa? Kita kan mau buru-buru.. Kalau berantem bisa jadi malah terlambat. Saya sih memilih jadi 'truk bak sampah' saja. Menampung  buangan ‘sampah’ dari orang, tapi kan itu sementara. Semua akan berlalu di tempat pembuangan akhir. Dengan begitu, semua masalah kan bisa diselesaikan dengan damai, kan?”

Apakah kita tidak boleh marah? Pasti boleh. Tapi harus belajar untuk marah yang terkendali, dan tanpa ditumpangi dengan kebencian dan dendam. Emosi marah yang terkendali adalah gejolak rasa yang dilandasi dengan niat baik.

Tanyakan ke diri sendiri, apakah dengan marah bisa menyelesaikan masalah? Atau sebaliknya, dengan marah akan menambah parah?

Mari, hadapi semua dengan ketenangan hati, keluasan jiwa, dan terangnya pikiran. Kalau pun terpaksa menerima ‘sampah’—baik berupa masalah, halangan, atau rintangan—kita justru akan jadi insan yang kreatif sehingga bisa “mendaur-ulang” sampah jadi barang penuh berkah. Sehingga kita senantiasa bisa menjadi pribadi yang terkendali dan penuh suka cita.


www.andriewongso.com

Jumat, 28 Februari 2014

Menghargai Orang Lain


Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut,

Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata 'tolong', setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan 'maaf', saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya mengubahnya menjadi kebaikan. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan 'terima kasih' kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak. Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin.

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.

Netter yang Luar Biasa,

Tiga kata 'terima kasih', 'maaf', dan 'tolong” adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Pemimpin bukan sekadar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu kita semua perlu membiasakan mengucapkan tiga kata pendek tersebut dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain. minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.

Salam sukses Luar Biasa!


www.andriewongso.com


Sabtu, 08 Februari 2014

MULIAKAN IBUMU....

MULIAKAN IBUMU....

Dengan mengingat Ibu, hati kita jadi menangis,
Barangkali juga kita suka mengeluh tentang sifat buruk orang tua, entah karena ibu nya cerewet, suka ikut campur, suka nyuruh-nyuruh, tidak gaul dan lain sebagainya. Jika seperti ini maka tragis. Kenapa tragis? Karena terlalu fokus dengan secuil kekurangan orang tua dan melupakan segudang kebaikan yang telah diberikan kepada kita selama ini.

BUKANLAH tidak mungkin jika sangatlah banyak orang orang sukses di seluruh dunia ini lantaran mempunyai hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya terlebih kepada ibu. Kenapa ? Karena ridha Allah ialah ridha orang tua, dan doa ibu itu sungguh tanpa hijab di hadapan Allah mudah menembus langit. Sehingga doa seorang ibu yang ia dipanjatkan untuk anaknya boleh jadi sangat mudah untuk Allah kabulkan.

Mungkin sebagian orang masih tidak sadar bahwa kemungkinan kesuksesan-kesuksesannya selama ini adalah buah dari doa seorang ibu kepada Allah tanpa ia ketahui. Dan seorang ibu itu tanpa disuruh pasti akan selalu mendoakan anaknya di tiap nafasnya kala bermunajat kepada Allah. Tapi seorang anak belum tentu selalu berdoa untuk orang tuanya.

Di luar sana mungkin ada orang-orang di pinggir jalanan, di bawah kolong jembatan dan di tempat lainnya mereka juga suka mengeluh, tapi yang mereka keluhkan ialah bukan karena sifat orang tua atau ibu mereka, tapi mereka mengeluh karena mereka tidak punya lagi orang tua.

Bersyukurlah jika masih mempunyai orang tua. Jika ingin tahu rasanya tidak punya ibu, coba tanyakan kepada mereka yang ibu nya telah tiada. Mungkin perasaan mereka sangat sedih dan kekurangan motivasi dalam hidup.

Coba bayangkan jika kita tidak punya ibu, ketika kita akan pergi ke luar rumah untuk sekolah atau bekerja, tidak ada lagi tangan yang bias kita cium. Jika tidak punya ibu mungkin tidak ada lagi makanan yang tersedia di meja makan saat kita pulang. Jika kita tidak punya ibu lagi ketika hari lebaran rumah terasa sepi dan lebaran terasa tanpa makna. Jika kita tidak punya ibu barangkali kita hanya bisa membayangkan wajah tulusnya di pikiran kita dan melihat baju-bajunya di lemarinya.

Banyak di antara kita suka mengeluh tentang sifat negatif ibu kita, tapi kita tidak pernah berfikir mungkin hampir setiap malam ibu kita di keheningan sepertiga malam bangun untuk shalat tahajud mendoakan kita sampai bercucuran air mata agar sukses dunia dan akhirat.

Mungkin di suatu malam beliau pernah mendatangi kita saat tidur dan mengucap dengan bisik “nak, maafkan ibu ya… ibu belum bisa menjadi ibu yang baik bagimu” kita mungkin juga lupa di saat kondisi ekonomi rumah tangga kurang baik, ibu rela tidak makan agar jatah makannya bisa dimakan anaknya. Ketika kita masih kecil ibu kira rela tidur dan lantai dan tanpa selimut, agar kita bisa tidur nyaman di kasur dengan selimut yang hangat.

Setelah semua pengorbanan telah diberikan oleh ibu kita selama ini, lalu coba renungkan apa yang kita perbuat selama ini kepada ibu kita? Kapan terakhir kita membuat dosa kepadanya? Kapan terakhir kita membentak-bentaknya? Pantaskah kita membentak ibu kita yang selama Sembilan bulan mengandung dengan penuh penderitaan? Oleh karena itu maka berusahalah untuk berbakti kepada orang tuamu khususnya kepada Ibumu. Karena masa depan kita ada di desah doa-doanya setiap malam. Dan ingat perilaku kita dengan orang tua kita saat ini akan mencerminkan perilaku anak kita kepada diri kita nanti.

Dan doa ibu itu mampu menembus langit, sangat mustajab di hadapan Allah. maka muliakanlah ibumu.

Semoga kita selalu mendapatkan ilmu, hidayah dan perlindungan Allah Subhana wata’ala dimanapun kita berada... Aamiin ya Rabbal’alaamiin....

Kamis, 30 Januari 2014

4 Tahapan Orang Bekerja Menurut Salah Satu Orang Terkaya Indonesia

http://images.detik.com/content/2014/01/29/4/113030_20140128_103745s.jpg
Jakarta -Salah satu orang terkaya di Indonesia, Tahir, memiliki filosofi unik soal pekerjaan. Menurutnya, orang yang bekerja itu terdiri dari 4 tahapan.

Tahir yang baru saja memberikan hibah bantuan uang Rp 6 miliar ke pemprov DKI Jakarta untuk penanggulangan banjir ini menganggap kerja berdasarkan hobi adalah kelas manusia terendah. Itu adalah pemikiran yang terlalu kebarat-baratan.

"Pertama yang paling rendah adalah kerja sesuatu atas hobi. Itu sangat pemikiran barat, be yourself. Saya tidak setuju. Saya kerja sesuatu bukan karena hobi. Kalau begitu itu kelas terendah," kata suami dari Rosy ini saat berkunjung ke kantor detikcom di Jakarta, Selasa (28/1/2014).

Tahir yang juga pendiri Mayapada Group mengatakan kedua adalah tahapan orang yang bekerja karena tanggung jawab. Orang yang bekerja karena tanggung jawab berada satu tahap lebih tinggi dibanding yang berdasarkan hobi. Ini merupakan hal yang wajib.

"Naik satu tingkat di atas adalah kerja karena tanggung jawab. Kalau saya berani nikah, saya harus bisa menjadi suami bertanggung jawab. Kalau nggak, saya jangan naik ring (tinju/menikah)," lanjutnya.

Ketiga adalah bekerja karena ahli. Orang kaya dermawan ini mengatakan, kerja berdasarkan ahli merupakan hasil dari bekerja karena tanggung jawab.

"Misalkan saya kerja di mobil. Saya tidak senang tapi karena saya tanggung jawab saya kerja di situ, pelan-pelan saya menjadi ahlinya. Mungkin suatu hari saya bisa buka pabrik assembling dan lainnya," lanjut pria kelahiran 1952 ini.

Terakhir, yang terpenting menurut Tahir adalah bekerja yang memiliki visi. Seolah percuma bagi Tahir jika bekerja tidak memiliki visi atau tujuan yang jelas.

"Menjadi presiden, orang kaya, terkenal, menteri itu bukan tujuan hidup. Itu hanya jalan alat yang kita pakai untuk sebuah tujuan. Tujuan semua sama, yaitu membawa berkah untuk orang lain. Mulai dari keluarga dulu. Orang yang bisa benahin keluarga baru bisa benahin negara," tambahnya.

"Hanya visioner yang bisa mengubah negara ini," tutupnya.(zul/ang)

Zulfi Suhendra - detikfinance
http://finance.detik.com/read/2014/01/29/112919/2481627/4/

Rabu, 29 Januari 2014

Mengelola Uang Ala Keturunan Tionghoa

Sekitar 7 dari 10 orang terkaya di Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Filipina adalah keturunan Tionghoa. Tentu kesuksesan mereka tak lepas dari latar belakang budayanya.

Di saat Tahun Baru Cina ini, mari melongok nilai positif dari Kebudayaan Tionghoa, khususnya terkait pengelolaan uang. Apa yang membuat mereka sukses?

Saya yang bukan keturunan Tionghoa, banyak bergaul dengan mereka. Terutama saat di perguruan tinggi. Satu dari banyak rekan Tionghoa saya adalah pemilik perusahaan furnitur besar di Indonesia. Dari dia, saya banyak belajar budaya Tionghoa yang ia terapkan dalam bisnis dan mengelola uang.

Tak bisa dimungkiri, keturunan Tionghoa  yang sukses secara finansial memiliki beberapa prinsip dasar yang dipegang teguh. Baik dari agama maupun budaya leluhur mereka, walaupun kebudayaan aslinya akan melebur dengan kebudayaan lokal di mana mereka tinggal.

Hemat dan cermat dalam mengelola uang
Banyak yang berpendapat keturunan Tionghoa pelit. Sebenarnya tidak seperti itu. Mereka cermat mengeluarkan uang. Kalau saya menganjurkan 10-20% pendapatan disisihkan untuk tabungan masa depan, keturunan Tionghoa mampu minimal 50%.

Teks Cina klasik Dao De Jing menyatakan, tiga harta terbesar yang dapat dimiliki adalah cinta, berhemat, dan kemurahan hati. Berhemat merupakan bagian integral dari budaya Tionghoa. Materi seperti mobil atau rumah mewah tak mampu membuat mereka merasa nyaman secara finansial. Tapi, jumlah rekening tambun yang membuatnya merasa aman.

Takut Akan Ketidakpastian di Masa Depan
Ketika banyak masyarakat memilih hidup hanya untuk saat ini, orang Tionghoa justru takut terhadap ketidakpastian masa depan. Mereka berusaha menyambut kehidupan di kemudian hari dengan persiapan yang baik.

Hal ini berasal dari nilai Konghucu: "Di masa damai bersiaplah untuk perang”. Prinsip ini  kemudian diletakkan dalam perspektif untuk selalu bersiap-siap akan datangnya masa sulit, bahkan pada saat hidup berlimpah harta.

Mengerti Cara Membuat Uang Tumbuh
Menjadi masyarakat yang sangat gemar menabung menjadikan keturunan Tionghoa faham bagaimana cara membuat uang bekerja untuk mereka. Mereka tahu, menabung saja tidak membuat mereka sukses secara finansial.

Karena itu, mereka lebih senang berbisnis. Kalaupun bekerja, keturunan Tionghoa akan mencari produk keuangan yang memberikan imbal hasil paling besar. Mereka sadar, beda 0,5% saja akan memberi pengaruh besar dalam membentuk kekayaan secara jangka panjang.

Mengejar Jumlah
Kebanyakan keturunan Tionghoa tidak berbisnis yang canggih. Namun, yang dibutuhkan banyak orang. Bagi mereka, pada awalnya, prinsip yang dipegang adalah lebih baik cuan (untung) sedikit tetapi sering daripada untung besar namun hanya sekali.

Mereka juga menyadari untuk memiliki sumber pemasukan sebanyak mungkin dan pengeluaran seminim mungkin. Pebisnis Tionghoa akan terus mengembangkan bisnisnya pada berbagai instrumen sehingga memiliki multi income.

Tidak Berutang
Keturunan Tionghoa bangga untuk menjadi bebas utang.  Bagi mereka, meminjam uang dari teman atau bahkan kerabat adalah opsi terakhir dari masalah finansial.

Mereka malu berutang.  Bila tak bisa dihindari, mereka berusaha melunasinya segera. Kegagalan memenuhi kewajiban justru lebih memalukan. Mereka tidak akan berani menodai nama baik.

Tidak tabu membicarakan uang
Keturunan Tionghoa terbuka mengenai kondisi finansial. Mengungkapkan gaji atau pendapatan bukanlah sesuatu hal yang tabu. Bahkan bisa menjadi bahan pembicaraan di saat Anda baru saling mengenal.

Bukan tidak sopan. Namun, untuk menilai lebih jauh bagaimana seseorang hidup dengan suatu pendapatan dan pada akhirnya tahu siapa yang harus dibantu.

Selalu Menawar untuk Mendapat Nilai Terbaik
Di negara maju, saat kita menawar sering kali dianggap pelit. Di Cina, tawar-menawar adalah cara hidup. Jika Anda pernah mengunjungi negara tersebut dan masuk toko, sebaiknya tawar harga awal hingga 50-70%.

Walaupun belakangan ini banyak yang menerapkan "tidak ada tawar-menawar ", Anda tetap masih akan menemukan vendor lain yang bersedia negosiasi. Hal ini dilakukan demi mendapatkan harga terbaik dari barang yang ingin mereka miliki.

Memberi yang Terbaik Untuk Orang Tua dan Guru
Satu hal yang paling saya kagumi dari banyak keturunan Tionghoa adalah penghormatan terhadap orang tua dan guru karena dianggap berjasa. Tidak ada tawar-menawar untuk memberikan yang terbaik kepada mereka. Diyakini, berbakti kepada orang tua dan guru akan memberikan kedamaian dan kehidupan yang lebih baik.

Nah, jika kita ingin sukses, perbanyaklah belajar dari keberhasilan orang lain. Sepanjang tidak merugikan orang dan mendatangkan manfaat, mengapa tidak?

To Serenity,



undefined
Dwita Ariani, MM, RFA, RIFATwitter: @BundaWita
Financial educator dari Zelts Consulting

http://id.berita.yahoo.com/mengelola-uang-ala-keturunan-tionghoa--065022743.html

Senin, 27 Januari 2014

Kisah Seorang Yahudi yang Mengislamkan Jutaan Orang

Di suatu tempat di Prancis sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada seorang berkebangsaan Turki berumur 50 tahun bernama Ibrahim. Ia adalah orangtua yang menjual makanan di sebuah toko makanan. Toko tersebut terletak di sebuah apartemen di mana salah satu penghuninya adalah keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak bernama "Jad" berumur 7 tahun. Jad, si anak Yahudi Hampir setiap hari mendatangi toko tempat di mana Ibrahim bekerja untuk membeli kebutuhan rumah. Setiap kali hendak keluar dari toko-dan Ibrahim dianggapnya lengah-Jad selalu mengambil sepotong cokelat milik Ibrahim tanpa seizinnya. Pada suatu hari usai belanja, Jad lupa tidak mengambil cokelat ketika mau keluar, kemudian tiba-tiba Ibrahim memanggilnya dan mengatakan kalau ia lupa mengambil sepotong cokelat sebagaimana biasanya. Jad kaget, karena ia mengira bahwa Ibrahim tidak mengetahui apa yang ia lakukan selama ini. Ia pun segera meminta maaf dan takut jika saja Ibrahim melaporkan perbuatannya tersebut kepada orangtuanya. "Tidak apa, yang penting kamu berjanji untuk tidak mengambil sesuatu tanpa izin, dan setiap saat kamu mau keluar dari sini, ambillah sepotong cokelat, itu adalah milikmu", ujar jad sebagai tanda persetujun. Waktu berlalu, tahun pun berganti dan Ibrahim yang seorang Muslim kini menjadi layaknya seorang ayah dan teman akrab untuk Jad si anak Yahudi Sudah menjadi kebiasaan Jad saat menghadapi masalah, ia selalu datang dan berkonsultasi kepada Ibrahim. Dan setiap kali Jad selesai bercerita, Ibrahim selalu mengambil sebuah buku dari laci, memberikannya kepada Jad dan kemudian menyuruhnya untuk membukanya secara acak. Setelah Jad membukanya, kemudian Ibrahim membaca dua lembar darinya, menutupnya dan mulai memberikan nasehat dan solusi dari permasalahan Jad. Beberapa tahun pun berlalu dan begitulah hari -hari yang dilalui Jad bersama Ibrahim, seorang Muslim Turki yang tua dan tidak berpendidikan tinggi. 14 Tahun Berlalu Jad kini telah menjadi seorang pemuda gagah dan berumur 24 tahun, sedangkan Ibrahim saat itu berumur 67 tahun. Alkisah, Ibrahim akhirnya meninggal, namun sebelum wafat ia telah menyimpan sebuah kotak yang dititipkan kepada anak-anaknya di mana di dalam kotak tersebut ia meletakkan buku yang selalu ia baca setiap kali Jad berkonsultasi kepadanya. Ibrahim berwasiat agar anak-anaknya nanti memberikan buku tersebut sebagai hadiah untuk Jad, seorang pemuda Yahudi. jad baru mengetahui wafatnya Ibrahim ketika putranya menyampaikan wasiat untuk memberikan sebuah kotak. Jad pun merasa terguncang dan sangat bersedih dengan berita tersebut, karena Ibrahim-lah yang selama ini memberikan solusi dari semua permasalahannya, dan Ibrahim lah satu-satunya teman sejati baginya. Hari- haripun berlalu, Setiap kali dirundung masalah, Jad selalu teringat Ibrahim. Kini ia hanya meninggalkan sebuah kotak. Kotak yang selalu ia buka, di dalamnya tersimpan sebuah buku yang dulu selalu dibaca Ibrahim setiap kali ia mendatanginya. Jad lalu mencoba membuka lembaran-lembaran buku itu , akan tetapi kitab itu berisikan tulisan berbahasa Arab sedangkan ia tidak bisa membacanya. Kemudian ia pergi ke salah seorang temannya yang berkebangsaan Tunisia dan memintanya untuk membacakan dua lembar dari kitab tersebut. Persis sebagaimana kebiasaan Ibrahim dahulu yang selalu memintanya membuka lembaran kitab itu dengan acak saat ia datang berkonsultasi. Teman Tunisia tersebut kemudian membacakan dan menjelaskan makna dari dua lembar yang telah ia tunjukkan. Dan ternyata, apa yang dibaca oleh temannya itu, mengena persis ke dalam permasalahan yang dialami Jad kala itu. Lalu Jad bercerita mengenai permasalahan yang tengah menimpanya, Kemudian teman Tunisianya itu memberikan solusi kepadanya sesuai apa yang ia baca dari kitab tersebut. Jad pun terhenyak kaget, kemudian dengan penuh rasa penasaran ini bertanya, "Buku apa ini?"

Ia menjawab, "Ini adalah Al-Qur'an, kitab sucinya orang Islam! " Jad sedikit tak percaya, sekaligus merasa takjub, Jad lalu kembali bertanya, "Bagaimana caranya menjadi seorang muslim?" Temannya menjawab, "Mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat!" Setelah itu, dan tanpa ada rasa ragu, Jad lalu mengucapkan Syahadat, ia pun kini memeluk agama Islam! Islamkan 6 juta orang Kini Jad sudah menjadi seorang Muslim, kemudian ia mengganti namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani sebagai rasa takdzim pada kitab Al-Qur'an yang begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh problema hidupnya selama ini . Dan sejak saat itulah ia memutuskan akan menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi menyebarkan ajaran Al-Qur'an. Mulailah Jadullah mempelajari Al-Qur'an serta memahami isinya, dilanjutkan dengan berdakwah di Eropa sampai berhasil mengislamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani. Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran Al-Qur'an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba ia menemukan sebuah lembaran bergambarkan peta dunia. Pada saat matanya tertuju pada gambar benua Afrika, nampak di atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan bawah tanda tangan itu tertuliskan ayat: ((ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة ...!!)) "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik!! ..." [ QS. An-Nahl; 125] Iapun yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim dan ia memutuskan untuk melaksanakannya. Beberapa waktu kemudian Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika yang di antaranya adalah Kenya, Sudan bagian selatan (yang mayoritas penduduknya adalah Nasrani), Uganda dan negara-negara sekitarnya. Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zulu, ini baru satu suku, belum dengan suku-suku lainnya. Akhir Hayat Jadullah Jadullah Al-Qur'ani, seorang Muslim sejati, da'i hakiki, menghabiskan umur 30 tahun sejak keislamannya untuk berdakwah di negara-negara Afrika yang gersang dan berhasil mengislamkan jutaan orang. Jadullah wafat pada tahun 2003 yang sebelumnya sempat sakit. Kala itu ia berumur 45 tahun, beliau wafat dalam masa-masa berdakwah. Kisah pun belum selesai Ibu Jadullah Al -Qur'ani adalah seorang wanita Yahudi yang fanatik, ia adalah wanita berpendidikan dan dosen di salah satu perguruan tinggi. Ibunya baru memeluk Islam pada tahun 2005, dua tahun sepeninggal Jadullah yaitu saat berumur 70 tahun. Sang ibu bercerita bahwa-saat putranya masih hidup - ia menghabiskan waktu selama 30 tahun berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan putranya agar kembali menjadi Yahudi dengan berbagai macam cara, dengan segenap pengalaman, kemapanan ilmu dan kemampuannya, akan tetapi ia tidak dapat mempengaruhi putranya untuk kembali menjadi Yahudi. Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim tua yang tidak berpendidikan tinggi, mampu melunakkan hatinya untuk memeluk Islam, hal ini tidak lain karena Islamlah satu-satunya agama yang benar. Yang menjadi pertanyaannya, "Mengapa Jad si anak Yahudi memeluk Islam?" Jadullah Al-Qur'ani bercerita bahwa Ibrahim yang ia kenal selama 17 tahun tidak pernah memanggilnya dengan kata-kata: "Hai orang kafir!" atau "Hai Yahudi!" bahkan Ibrahim tidak pernah untuk sekedar berbicara: "Masuklah agama Islam!" Bayangkan, selama 17 tahun Ibrahim tidak pernah sekalipun mengajarinya tentang agama, tentang Islam ataupun tentang Yahudi. Seorang tua Muslim sederhana itu tak pernah mengajaknya diskusi masalah agama. Akan tetapi ia tahu bagaimana menuntun hati seorang anak kecil agar terikat dengan akhlak Al-Qur'an. Kemudian dari kesaksian Dr. Shafwat Hijazi (salah seorang dai kondang Mesir) yang suatu saat pernah mengikuti sebuah seminar di London dalam membahas problematika Darfur dan solusi penanganan dari kristenisasi, beliau bertemu dengan salah satu pimpinan suku Zolo. Saat ditanya apakah ia memeluk Islam melalui Jadullah Al-Qur'ani?, ia menjawab; tidak! namun ia memeluk Islam melalui orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani. Subhanallah, akan ada berapa banyak lagi orang yang akan masuk Islam melalui orang-orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani. Dan Jadullah Al-Qur'ani sendiri memeluk Islam melalui tangan seorang muslim tua berkebangsaan Turki yang tidak berpendidikan tinggi, namun memiliki akhlak yang jauh dan jauh lebih luhur dan suci. Begitulah hikayat tentang Jadullah Al-Qur'ani, kisah ini merupakan kisah nyata yang penulis dapatkan kemudian penulis terjemahkan dari catatan Almarhum Syeikh Imad Iffat yang dijuluki sebagai "Syaikh Kaum Revolusioner Mesir". Beliau adalah seorang ulama Al-Azhar dan anggota Dewan Fatwa Mesir yang ditembak syahid dalam sebuah insiden di Kairo pada hari Jumat, 16 Desember 2011 silam. Kisah nyata ini layak untuk kita renungi bersama di masa-masa penuh fitnah seperti ini. Di saat banyak orang yang sudah tidak mengindahkan lagi cara dakwah Qur'ani. Mudah mengkafirkan, fasih mencaci, mengklaim sesat, menyatakan bid'ah, melaknat, memfitnah, padahal mereka adalah sesama muslim. Dulu da 'i-da'i kita telah berjuang mati-matian menyebarkan Tauhid dan mengislamkan orang-orang kafir, namun kenapa sekarang orang yang sudah Islam malah justru dikafir-kafirkan dan dituduh syirik? Bukankah kita hanya diwajibkan menghukumi sesuatu dari yang tampak saja? Sedangkan masalah batin biarkan Allah yang menghukumi nanti. Kita sama sekali tidak diperintahkan untuk membelah dada setiap manusia agar mengetahui tingkat iman yang dimiliki setiap orang. Mari kita renungi kembali surat Thaha ayat 44 yaitu Perintah Allah. Musa dan Harun - 'alaihimassalam-saat mereka akan pergi mendakwahi fir'aun. Allah berfirman, ((فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى)) "Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut." Bayangkan, Fir'aun yang jelas-jelas kafir laknatullah, namun saat dakwah dengan orang seperti ia pun harus tetap dengan kata-kata yang lemah lembut, tanpa menyebut dia kafir Laknatullah! Lalu apakah kita yang hidup di dunia sekarang ini ada yang lebih Islam dari Nabi Musa dan Nabi Harun ? Atau adakah orang yang saat ini lebih kafir dari Fir'aun, di mana Al-Qur'an pun merekam kekafirannya hingga kini? Lantas alasan apa untuk kita untuk tidak menggunakan dahwah dengan metode Al-Qur'an? Yaitu dengan Hikmah, Nasehat yang baik, dan Diskusi menggunakan argumen yang kuat namun tetap sopan dan santun? Maka dalam dakwah yang harus kita perhatikan adalah bagaimana cara kita agar mudah menyampaikan kebenaran Islam ini. Oleh karenanya, jika sekarang kita dapati ada orang yang kafir, bisa jadi di akhir hayatnya Allah akan memberi hidayah kepadanya sehingga ia masuk Islam. Bukankah Umar bin Khattab dulu juga pernah memusuhi Rasulullah? Namun Allah berkehendak lain, sehingga Umar pun mendapat dan akhirnya memeluk Islam. Lalu jika sekarang ada orang muslim, bisa jadi di akhir hayatnya Allah mencabut hidayah darinya sehingga ia mati dalam kondisi kafir. Na'udzubillah tsumma Na'udzubillahi min dzalik. Karena sesungguhnya dosa pertama yang dilakukan iblis adalah sombong dan angkuh dan merasa diri sendiri paling suci sehingga tak mau menerima kebenaran Allah dengan sujud hormat kepada nabi Adam - 'alaihissalam- . Oleh karena itu, bisa jadi Allah mencabut hidayah dari seorang muslim yang tinggi hati lalu memberikannya kepada seorang kafir yang rendah hati. Segalanya tidak mungkin bagi Allah! Marilah kita pertahankan akidah Islam yang telah kita peluk ini, dan jangan pernah mencibir ataupun "menggerogoti "akidah orang lain yang juga telah memeluk Islam serta bertauhid. Kita adalah saudara seislam seagama. Saling mengingatkan adalah baik, saling melindungi akidah sesama muslim adalah baik. Marilah kita senantiasa berjuang bahu-membahu demi hal yang baik-baik saja. Wallahu Ta'ala A'la Wa A'lam Bis-shawab. *

https://www.facebook.com/nur.hubbah/posts/3434651399699