Minggu, 17 Juni 2012

Istana di Atas Gunung


http://img.okezone.com/content/2011/02/04/409/421263/G0Sau1oBpR.jpg
Baginda Raja baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang
mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat
istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik
untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan
ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar.
Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas
yang amat cerdik di negerinya.



Tanpa membuang waktu Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda
Raja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda, “Abu
Nawas engkau harus memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih
leluasa melihat negeriku!” perintah Baginda sambil melirik reaksi Abu Nawas.



Abu Nawas tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak hingga keningnya
berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin
dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada
satu lagi, permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam
waktu sebulan. Abu Nawas pulang dengan hati masgul.



Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang.
Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam
hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini. Tetapi pada hari kesembilan ia tidak
lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. Ia
menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati
Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.



“Ampun Tuanku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk
memperlancar pekerjaan hamba nanti.” kata Abu Nawas.


“Apa usul itu?”


“Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul
Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi.”


“Kalau hanya usulmu, baiklah.” kata Baginda.


“Satu lagi Baginda…” Abu Nawas menambahkan.


“Apa lagi?” tanya Baginda.


“Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk
dibagikan langsung kepada para fakir miskin.” kata Abu Nawas. “Usulmu
kuterima.” kata Baginda menyetujui. Abu Nawas pulang dengan perasaan riang
gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila
waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda
Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun
Abu Nawas sanggup.



Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang
harap-harap cemas. Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan
Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pemah gagal melaksanakan
tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun ada beberapa
orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini. Saat-saat yang
dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk
melakukan sholat Hari Raya Idul Qurban.



Dan seusai sholat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu
dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin. Kini giliran Abu
Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju
istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya
kepada Baginda Raja, “Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak
ada orangnya lagi?”



“Tidak ada.” jawab Baginda Raja singkat. Kemudian Abu Nawas berjalan
beberapa langkah mendekati istana. Ia berdiri sambil memandangi istana. Abu
Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar. Baginda Raja
akhirnya tidak sabar.



“Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?” tanya Baginda
Raja.



“Hamba sudah siap sejak tadi Baginda.” kata Abu Nawas. “Apa maksudmu engkau
sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau
tunggu?” tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.



“Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang
hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan
memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah
Paduka.” Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu
Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum. []



Sumber: Tidak Dikatehui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar