Rabu, 21 Maret 2012

Pemancing Cilik

Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bermain-main.
Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam aliran air sungai yang sejuk. Si
anak terlihat sangat menikmati permainannya.

Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua
yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali
bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik
mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak
jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.

Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil
tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia
menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya,
sang paman menyapa duluan. "Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan
ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya
sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.

"Tidak, terima kasih, Paman," jawab si anak.

"Lo, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil
melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu,
kenapa engkau tolak?"

"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing
seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya
memancing?" tanya si anak penuh harap.

"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing
engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah.
Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita
mulai pelajaran memancingnya, ya?"

Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk
belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali
kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup... kail pun tenggelam ke
sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan
terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada
ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik
tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.

Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian
melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali,
melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari
mulut ikan, hingga sore hari tiba.

Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama
sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau
masih ada jurus yang lain?"

Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku,
kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah
kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan
konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama
dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama.
Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus
pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa
yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."

Pembaca yang budiman,

Sama seperti dalam kehidupan ini, sebenarnya untuk meraih kesuksesan kita
tidak membutuhkan teori-teori yang rumit, semua sederhana saja. Sepanjang
kita tahu apa yang kita mau, dan kemudian mampu memaksimalkan potensi yang
kita miliki sebagai modal, terutama dengan menggali kelebihan dan mengasah
bakat kita, maka kita akan bisa mencapai apa yang kita impikan dan
cita-citakan. Apalagi, jika semua hal tersebut kita kerjakan dengan senang
hati dan penuh kesungguhan.

Dengan mampu mematangkan kelebihan-kelebihan kita secara konsisten, maka
sebenarnya kita sedang memupuk diri kita untuk menjadi ahli di bidang yang
kita kuasai. Sehingga, dengan profesionalisme yang kita miliki, apa yang
kita perjuangkan pasti akan membuahkan hasil yang paling memuaskan. []

Sumber: Tidak Diketahui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar