Rabu, 21 Maret 2012

Goresan di Mobil

Ada seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah,
sebuah Jaguar yang mengkilap. Siang ini, sang pengusaha sedang menikmati
perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya
kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa
bangga.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain, namun ia tak
terlalu memperhatikan mereka.

Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah
mobil-mobil yang di parkir di jalan. Dan, "buk!" Aa..h, ternyata, ada
sebuah batu seukuran kepalan tangan menimpa Jaguar kesayangannya. Sisi
pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya
mobil itu menuju tempat asal batu keparat yang membuat mobil baru itu
tergores. Tentu bukan masalah besar bila saja goresan itu menimpa mobil
truk pengangkut barang yang biasa digunakan untuk mengangkut barang pesanan
koleganya. Tapi ini jaguar! Jaguar!

Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Ditariknya
anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan ditunjukkannya
kepada goresan yang ditimbulkannya.

"Apa yang telah kau lakukan? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku.
Lihat goresan itu!" Teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.

"Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di
bengkel untuk memperbaikinya," ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak
ingin memukul anak itu.

Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.

"Maaf, Pak. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus
melakukan apa". Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya memohon ampun.

"Maaf, Pak, saya melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau
berhenti".

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk
ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.

"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari
kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak
seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang
dia sedang kesakitan". Kini, anak kecil itu mulai terisak. Dipandanginya
pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.

"Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku
terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya."

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai
sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang
mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah.

Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, diangkatnya si cacat itu menuju
kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk
mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar
kesayangannya.

"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak."

Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar
menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang
mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar
miliknya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh
lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja
dilewatinya.

Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman
tadi menghentakkan perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus
goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan
agar pesan itu tetap nyata terlihat: janganlah melaju terlalu cepat,
karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu.

Sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu
untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi
berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita
dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya
untuk melihat sekitar?

Tuhan akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita.

Sering kita tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap
ujaran-Nya. Tak jarang pula kita terlalu sibuk dengan bermacam urusan,
memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang
melintas.

Suatu ketika, akan ada yang "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan
bisa berhenti sejenak.

Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya,
atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

Sumber: Tidak Diketahui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar