Jumat, 24 Januari 2014

Penutur Terakhir

Banyak bahasa sudah hilang dari muka bumi karena penutur terakhirnya meninggal. Entah berapa banyak bahasa yang sudah punah. Upaya untuk melestarikan bahasa-bahasa ini dilakukan berbagai pihak. Tonggaknya adalah kematian Marie Smith Jones pada 21 Januari 2008.

Jones adalah orang suku Eyak yang lahir di Cordova, Alaska, pada 14 Mei 1918. Suku Eyak yang tinggal di muara Sungai Copper, Alaska, AS, bertutur dengan bahasa Eyak. Suku ini pada saat itu hampir punah. Jones-lah orang suku Eyak murni terakhir.

Kepunahan bahasa Eyak menarik dicermati karena memberi gambaran bahwa penyebab punahnya suatu bahasa bukan oleh sebab faktor tunggal. Makin meluasnya pengguna bahasa Inggris memang salah satu sebabnya. Tetapi ada banyak faktor lain.

Jones menikah dengan seorang nelayan yang bukan dari suku Eyak, William F. Smith. Meski mereka dikaruniai sembilan anak, tak satu pun dari anak-anaknya berbicara dalam bahasa Eyak. Apalagi mereka kemudian pindah ke Anchoraga yang 83% penduduknya berbahasa Inggris.

Tekanan terhadap bahasa Eyak juga terjadi karena masuknya suku lain ke muara Sungai Copper. Di antaranya adalah suku Tiglit dan Alutiiq. Sejumlah orang dari suku Eyak menikah dengan suku pendatang. Tetapi ironisnya keturunan mereka banyak yang berbahasa pendatang.

Rupanya Jones menyadari akan ancaman punahnya bahasa Eyak. Ia kemudian bekerja sama dengan ahli bahasa Michael W Krauss untuk membuat kamus dan menyusun tata bahasa bahasa Eyak. Setelah itu Jones terjun ke dunia politik. Ia bicara di PBB mengenai perdamaian dan isu-isu bahasa pribumi.

Jones yang menjadi penutur terakhir bahasa Eyak meninggal dalam usia 89 tahun pada 21 Januari 2008. Kematiannya memberi inspirasi pada banyak pihak untuk berusaha mempertahankan bahasa daerahnya masing-masing dari kepunahan. Bahasa Eyak sendiri kemudian menjadi simbol kegiatan memerangi kepunahan bahasa di dunia.

www.andriewongso.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar