Sabtu, 20 April 2013

Tukang Sapu Mendadak Jadi Asisten Real Madrid

Jika mencintai sesuatu maka berilah ketulusan. Maka kejutan akan didapat. Hal inilah yang diterima Abel Rodriguez, 41 tahun, seorang tukang sapu di Metro Transportation, Los Angeles, yang mencintai klub sepakbola kenamaan Spanyol, Real Madrid.

Bentuk kecintaan pertama ia wujudkan dengan menjadi pekerja sukarela setiap kali Real Madrid mengadakan tur pra musim di Los Angeles. Awalnya ia hanya menyaksikan tim itu berlatih lalu melakukan pendekatan. Lama-lama ia bisa ikut membantu membereskan peralatan latihan Real Madrid. Besoknya ia datang lagi dan akhirnya mulai dikenal anggota tim itu sebagai tukang beres-beres. Abel tak mendapat bayaran. Meski begitu ia datang paling pagi, jam 05.00, dan pulang larut malam, jam 23.00.

Ia menyukai tim itu sejak kecil. Dan keinginan terbesarnya adalah nonton El Clasico (pertandingan Reald Madrid melawan Barcelona) di Madrid. Setelah sekian lama, tahun ini ia memberanikan diri datang ke Madrid, Spanyol, dengan target menonton El Clasico pada 2 Maret 2013. Ia tiba di Madrid pagi 28 Februari 2013. Segera setelah itu ia pergi ke tempat latihan Real Madrid di Valdebebas.

Namun ketika siang akan menyaksikan latihan Madrid, sekuriti di sana mengusirnya. Ia pun tak bisa apa-apa selain duduk di pinggir jalan di depan tempat latihan itu. Ia duduk di sana hampir lima jam hingga malam. Padahal saat itu suasana dingin karena malam sebelumnya turun salju.

Lalu keajaiban terjadi. Mourinho pulang menumpang mobil asistennya, Rui Faria. “Suatu keajaiban saya melihatnya,” kata Mourinho. “Saya melihat Abel duduk di pinggir jalan di luar tempat latihan. Saya pulang menumpang mobil asisten saya Rui Faria dan selalu banyak orang di sana. Tetapi saya bilang ke Rui, ‘Stop! Ada orang dari Los Angeles,” kata Mourinho.

Lalu Mourinho menyapanya. “Amigo (teman)! Apa yang Anda lakukan di sini?” tanyanya.

“Saya ke sini untuk mengunjungi Anda,” kata Abel. “Ini pertama kalinya saya ke Eropa, dan impian saya datang untuk melihat pertandingan. Saya berharap bisa nonton El Clasico,” katanya.

“Tapi tiketnya sudah habis,” sahut Mourinho. “Di mana Anda menginap?”

“Saya belum punya rencana. Prioritas saya bertemu Anda baru kemudian buat rencana. Jika saya tak bertemu Anda, saya akan datang ke stadion dan mencoba mendapatkan tiket. Jika tidak dapat juga, saya akan pulang,” papar Abel.

Lalu apa yang terjadi? Mourinho memanggil asistennya dan meminta mengurus Abel agar menginap di kamar mewahnya di hotel tempat menginap tim Real Madrid menjelang El Clasico itu. Mourinho kemudian meminta Abel istirahat di hotelnya dan besok paginya kembali bertemu di tempat latihan. Abel kemudian bisa makan malam bersama staf Real Madrid, dan ketika El Clasico berlangsung ia bisa menonton gratis.

Setelah pertandingan usai, Mourinho memberikan kejutan berikutnya. Karena Madrid akan bertanding di Liga Champions melawan Manchester United beberapa hari kemudian, ia akan mengajak Abel ke sana. Abel menolak. Mourinho setengah memaksa. “Saya bilang kepadanya, Anda ke Manchester bersama kami dan bekerja sebagai kit man,” katanya. “Anda bantu kami dan Anda akan mendapatkan mimpi lebih besar lagi dengan menonton Liga Champions,” kata sang pelatih itu.

Abel menolak karena ia tak punya uang. Kemudian Mourinho meyakinkannya. “Jika Anda bersama saya di Eropa, Anda tak perlu bayar,” katanya.

Maka Abel pun ikut rombongan Real Madrid ke Inggris sebagai kit man, alias orang yang bertugas membereskan barang-barang tim dalam perjalanan ke sana.

Kisah Abel yang inspiratif ini menjadi buah bibir. Ketulusannya membantu tim besar mendapat imbalan yang tak diduga. Selain bisa menonton El Clasico yang diimpikannya, ia bertemu dengan para bintang Real Madrid. Bahkan ia juga bertemu Maradona yang kebetulan nonton El Clasico. Juga bertemu pelatih MU Sir Alex Ferguson dan sejumlah pemain MU. Bahkan pemain asal Meksiko di MU, Javier "Chicharito" Hernandez, menghadiahinya kaos tim MU yang dipakainya dalam pertandingan.

Ketika Abel pulang ke AS ia membawa banyak oleh-oleh, berupa jersey Chicharito, Özil, Kaká dan Michael Essien. Dan tentu saja kenangan yang tak terlupakan. Barangkali itulah imbalan dari sebuah ketulusan.

_____

Sumber: Sportsillustrated.cnn.com
Foto: courtesy Abel Rodriguez via Sportsillutrated.cnn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar