Senin, 25 Maret 2013

Ndilalah (Kebetulan)

Ada sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang sering kali kita dengar kalau terjadi sesuatu hal. Kata tersebut adalah ndilalah. Secara bahasa Indonesia, kata tersebut mungkin—disebut mungkin karena tidak ada arti yang paling pas—berarti “kebetulan”. Namun, uniknya, kebetulan dalam arti ndilalah itu bisa bermakna dua hal, baik positif maupun negatif. Dan, justru di sinilah keunikan kata ndilalah menjelma menjadi sebuah kata yang kaya makna.

Misalnya, dalam kondisi sedang lapar. Tiba-tiba seorang teman datang membawa makanan. Biasanya, akan terlontar ucapan: “Wah, pas lapar kok ya ndilalah kamu datang bawa makanan. Pas banget.” Ini sebuah arti yang positif di mana ndilalah yang terjadi adalah kondisi yang kebetulan membawa keadaan yang menyenangkan, yakni membebaskan diri dari rasa lapar. Sebaliknya, kadang kata ndilalah “muncul” bersama dengan kondisi yang kurang mengenakkan. Misalnya, ketika seseorang menghadapi ujian kenaikan kelas. Muncul ucapan: “Kok yang keluar soal ujian ini ya? Ndilalah pas saya kemarin tidak masuk ketika dijelaskan guru. Wah bisa jelek nilai saya…” Ini ungkapan ndilalah yang bernada kekecewaan akibat sebuah peristiwa yang dianggap kurang menyenangkan.

Di sinilah keistimewaan kata ndilalah. Ia bisa melekat pada sebuah kejadian yang bermakna ganda. Namun yang pasti, ia sering kali tak bisa diprediksi. Bahkan, hampir selalu datang setelah sebuah kejadian muncul. Di sini, ndilalah mengandung ketidakpastian. Sebagaimana sebuah masa depan yang sering kali kita cita-citakan. Ada kalanya benar-benar menjadi kenyataan. Sering pula tak sesuai dengan harapan.

Perjalanan hidup kita sebagai manusia pun pasti tak lepas dari berbagai “ndilalah-ndilalah” yang muncul bergantian. Ini yang menjadi tantangan kita sebagai manusia yang tak lepas dari ujian dan cobaan. Maka, kita barangkali perlu merenung. Ada berapa banyak hal yang telah kita lewati. Jika belum sesuai dengan rencana, tentu sudah jadi kewajiban kita untuk melakukan evaluasi dan mencoba memperbaikinya di waktu mendatang. Sebaliknya, jika target sudah tercapai, ada baiknya pula tetap kita evaluasi agar nilai-nilai yang membawa keberhasilan bisa kita pertahankan.

Saat “mendata” dan “menelusuri” kejadian yang sudah berlangsung, kita pasti akan bertemu dengan banyak ndilalah yang barangkali kita bisa mempertanyakan, bagaimana itu bisa terjadi? Kadang malah, kita sendiri terheran-heran mengapa semua itu bisa menjadi kenyataan? Menyikapi ini, saya menyebut, bahwa di balik kata ndilalah itu terdapat peran Sang Mahakuasa.

Saat kita sudah berusaha semaksimal mungkin, saat kita sudah berupaya sekeras mungkin, dan tiba-tiba belum menjadi kenyataan, kita tentu kecewa. Tapi, tak jarang, di tengah kekecewaan itu, ndilalah muncul hal yang tak disangka, sehingga kita mendapat “pengganti” atas usaha yang telah kita lakukan sebelumnya. Dan tak jarang, pengganti ini melebihi dari apa yang kita harapkan.

Menyikapi banyak ndilalah yang kerap kali kita temui, mari kita kembali merenungkan, betapa kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan pasti memiliki banyak kesempatan dalam hidup yang diberikan, baik berupa kebaikan atau juga sebaliknya, kejelekan. Jika kita mampu merenungi dan mengevaluasi itu semua, maka berbagai kemungkinan “ndilalah” yang akan datang—yang tak bisa kita tebak ujung pangkalnya—akan menjadikan kita selalu mampu menjadi manusia yang seutuhnya. Yakni, manusia yang mau bersyukur saat berada di atas, mau terus berjuang kala di bawah, dan mau terus berbagi untuk meraih kebahagiaan yang hakiki.

sumber : www.andriewongso.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar