Jumat, 30 November 2012

Sikap Pemimpin Mengatasi Kegagalan

Abdul Kalam adalah seorang ilmuwan dan insinyur terkemuka India yang pernah menjabat sebagai presiden India yang ke-11 periode 2002-2007. Ketika masih sangat aktif menjadi ilmuwan, dia punya kesempatan belajar bagaimana memimpin yang baik dan turut membekalinya menjadi seorang pemimpin tertinggi di negerinya. Beginilah pengalamannya.

Pada tahun 1973, saya menjadi direkur proyek program kendaraan peluncur satelit India, yang umumnya disebut SLV-3. Tujuan kami saat itu adalah menempatkan satelit India “Rohini” ke orbitnya pada tahun 1980. Saya diberikan dana dan sumber dayanya—tapi juga ada targetnya yang sangat jelas, yaitu pada tahun 1980, kami harus bisa meluncurkan satelit ke luar angkasa. Ribuan orang bekerja bersama dalam tim ilmiah dan teknis demi tujuan itu.
 
Pada tahun 1979, sepertinya waktu itu bulan Agustus, kami pikir kami sudah siap. Sebagai direktur proyek, saya pergi ke pusat kontrol dan pengendalian peluncuran. Empat menit sebelum satelit diluncurkan, komputer mulai mengecek daftar tahapan persiapan peluncuran. Satu menit kemudian, program peluncuran tiba-tiba tidak aktif; tampilannya menunjukkan bahwa sebagian komponen pengendali tidak berfungsi. Para tenaga ahli saya—ada sekitar empat atau lima orang—berkata agar saya tidak perlu khawatir karena mereka sudah melakukan perhitungan secara cermat dan masih ada bahan bakar cadangan yang cukup. Maka, saya abaikan tampilan di komputer itu, memindahkan ke mode manual, dan meluncurkan roket. Pada tahap awal, semuanya berjalan lancar. Masuk ke tahap kedua, alih-alih satelit meluncur ke orbit, seluruh sistem roket jatuh ke Teluk Bengal. Proyek itu gagal total.
 
Hari itu, Ketua Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (the Indian Space Research Organization), Prof. Satish Dhawan, menggelar konferensi pers. Peluncuran berlangsung pada jam 7 pagi, dan konferensi pers yang dihadiri para wartawan dari seluruh dunia, diadakan pada pukul 7.45 di tempat peluncuran satelit milik ISRO di Sriharikota (yang terletak di Andhra Pradesh di sebelah selatan India). Prof. Dhawan, pemimpin organisasi, memimpin konferensi pers itu seorang diri. Dia mengambil tanggung jawab atas kegagalan itu—dia menyatakan bahwa tim sudah bekerja sangat keras, tapi ternyata proyek ini masih membutuhkan dukungan teknologi yang lebih canggih lagi. Dia meyakinkan media bahwa di tahun berikutnya, tim akan benar-benar sukses. Kalau dipikir-pikir lagi, sayalah direktur proyek ini dan semua ini sebenarnya adalah kegagalan saya. Tapi Prof. Dhawan malah bersedia mengambil alih tanggung jawab atas kegagalan sebagai ketua organisasi.


Pada tahun berikutnya, tepatnya Juli 1980, kami mencoba kembali meluncurkan satelit—dan kali ini kami berhasil. Seluruh negeri bersorak gembira. Sekali lagi, digelarlah konferensi pers. Tapi kali ini Prof. Dhawan memanggil saya dan berkata, “Kau yang memimpin konferensi pers hari ini.”
 
Saat itu saya mendapat sebuah pelajaran yang sangat penting. Ketika terjadi kegagalan, pemimpin organisasi yang bertanggung jawab atas kegagalan itu. Tapi begitu sukses berhasil dicapai, dia memberikan itu pada timnya. Pelajaran manajemen terbaik yang saya pelajari bukan berasal dari buku teks, tapi malah melalui pengalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar