Jumat, 13 Juli 2012

Nyanyian Parkit Kecil

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZet6dcs69peCRaG-5RclEg-ef2ypLk9OLxf3eatF9WviA5-n2Is_z9IykNCGh1Y_i-Za65Qaqy9XR-fIb9dFW5QvluUwFJIF8GGmo4jzGkM5gEfd0GyXgsbRk3oiU-eL-z5jQTA0e3bqs/s1600/Parkit.jpg
Ullu Kembung adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di tepi hutan Carang
Welas. Sehari-hari ia bekerja seorang diri mencari kayu bakar yang akan
dijual kepada penduduk desa.



Suatu hari ketika ia tengah sibuk mencari kayu bakar, tiba-tiba plok...
sesuatu terjatuh dari atas pohon tepat di depan kaki Ullu Kembung.



Ternyata seekor burung parkit kecil terjatuh karena sayapnya terluka. Ullu
segera memungut burung itu dan membawa pulang untuk merawat lukanya.



HARI berganti, luka burung itu pun kian membaik dan akhirnya pulih seperti
sedia kala. Ullu Kembung sangat senang, terlebih ketika memperdengarkan
suaranya.



”Alangkah merdu suara parkit kecil ini,” ujar Ullu Kembung.



Suara burung itu benar- benar merdu, membawa kebahagiaan bagi yang
mendengarnya.



”Aah..., bagaimana kalau aku membawa parkit kecil ini ke pasar dan membuat
pertunjukan memperdengarkan suaranya. Tentu banyak orang akan menyukainya,”
lanjutnya.



ULLU Kembung pun pergi ke pasar dan memperdengarkan suara merdu parkit
kecilnya, tentu dengan tambahan atraksi lain. Benar saja, banyak orang yang
menyukainya. Orang-orang itu juga melemparkan beberapa koin kepada Ullu
Kembung.



Seusai pertunjukan, Ullu Kembung menghitung pendapatannya. Ternyata banyak
sekali yang terkumpul. Keesokan harinya, Ullu mengadakan pertunjukan lagi
dan begitu seterusnya. Uang yang terkumpul semakin banyak dan ia gunakan
untuk memperbaiki rumahnya.



KEBERHASILAN Ullu Kembung membuat iri para tetangga, salah satunya adalah
Kluntung. Ia tidak rela Ullu Kembung yang dulu lebih miskin darinya, kini
kaya hanya karena seekor burung parkit kecil. Ia pun merencanakan mencuri
burung itu.



”Nanti malam aku akan ke rumah Ullu Kembung dan akan kucuri burung itu,”
ujarnya.



Malam pun tiba. Ketika Ullu Kembung terlelap dalam tidur, Kluntung
menjalankan rencananya. Ia mengendap-ngendap memasuki rumah Ullu Kembung.



Ullu Kembung lupa memasang penahan pada pintu sehingga dengan mudah
Kluntung masuk. Tak lama kemudian Kluntung keluar dengan membawa burung
parkit.



PAGINYA, Ullu Kembung kebingungan karena tidak menemukan parkit kecilnya.



”Di mana parkit kecilku? Aku sudah mencari ke setiap sudut rumah, tetapi
tetap tak menemukannya,” ujarnya kebingungan.



”Apakah ia telah kabur? Atau mungkin ada orang yang mencurinya?” lanjutnya.
Ia pun terus mencari dan bertanya kepada para tetangga.



SEMENTARA itu, Kluntung bersama burung yang ia curi mengadakan pertunjukan
di pasar. Tapi anehnya, parkit kecil itu tidak mau memperdengarkan suara
yang merdu seperti biasa.



”Ada apa dengan burung ini? Padahal tadi pagi aku telah memberi makan,
mengapa ia tidak mau bersuara?” ujarnya gusar.



”Ah..., aku akan memukulnya agar ia mau mengeluarkan suaranya.” Ia pun
memukul kepala burung itu dan



”Aaaaa...., sakit sekali,” tiba-tiba saja parkit kecil itu berteriak dan
anehnya suara teriakannya menyerupai suara manusia.



”Ti...ti...tidak mungkin. Tidak mungkin suara itu berasal dari burung bodoh
ini,” kata Kluntung tidak percaya.    Karena penasaran, Kluntung kembali
memukul burung yang malang itu. Kali ini ia melakukan dengan lebih keras
sehingga dengan sekali pukul saja burung itu langsung pingsan.



AKHIRNYA, Kluntung membawa burung itu pulang. Namun, karena parkit kecil
itu tidak kunjung siuman, Kluntung pun membuangnya ke tengah hutan.



”Dasar burung tidak berguna. Kubuang kau ke tengah hutan,” gerutunya
sembari melemparkan burung beserta sangkarnya. Ia pun pergi meninggalkan
burung yang malang itu.



Malamnya, Kluntung bermimpi dikejar seekor burung yang tiba-tiba berubah
menjadi seekor ular yang sangat besar.



Ia berlari ke sana-kemari sambil berteriak minta tolong, dan ia pun
terbangun dengan keringat yang bercucuran.



Keesokan hari, Kluntung bergegas pergi ke hutan untuk mencari burung yang
telah dibuang kemarin. Tetapi, apa yang terjadi? Burung itu berubah menjadi
seekor ular besar yang mengejar Kluntung, sama seperti mimpinya semalam.



”Ampuuun..., jangan makan aku...., jangan makan aku,” teriaknya sambil lari
terbirit-birit.



SEMENTARA di rumah, Ullu Kembung sangat sedih dan putus asa karena tidak
kunjung menemukan burung kesayangannya.



Dalam kesedihannya, ia pun tertidur. Ia memimpikan burung parkit kecil itu.
Dalam mimpinya, parkit kecil itu mengucapkan terima kasih kepada Ullu
Kembung karena telah mengobati dan merawat lukanya hingga sembuh.



Rupanya burung itu bukanlah burung sembarangan, ia adalah seorang bidadari
yang memiliki suara sangat merdu. Ketika sedang berkunjung ke Bumi,
tiba-tiba ada panah yang melesat tepat mengenai sayapnya, dan ternyata sang
pemburu itu adalah Kluntung.



Lalu bagaimana nasib Kluntung? Entahlah, tapi yang pasti ada hukuman untuk
pencuri yang juga suka menyiksa binatang.


oleh :
Winda Febriani Penulis Cerita Anak, Tinggal di Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar