Senin, 15 Februari 2010

Kisah Nyata atau Dongeng?

Saya akan menceritakan beberapa kisah nyata dan saya jamin Anda akan
merasakannnya sebagai sekedar dongeng. Bukan karena Anda tidak mempercayai
saya atau sumber-sumber dari mana saya memperoleh kisah-kisah nyata itu;
namun terutama karena kita hidup di zaman yang jauh lebih absurd dari
dongeng. Atau karena kehidupan kita sudah sedemikian jauh meninggalkan
norma-norma nyata dalam kehidupan kemanusiaan.


Baiklah saya mulai saja. Anda sudah siap mengikuti kisah-kisah saya? Inilah:

1.

Suatu hari ada seorang tua miskin datang kepada Syeikh –kalau sekarang
mungkin dipanggil kiai-- Sa'id bin Salim, hendak menyampaikan sesuatu
keperluan meminta tolong kepada tokoh masyarakat yang disegani itu. Seperti
laiknya orang yang sudah tua renta, selama berbicara mengutarakan hajatnya,
si orang tua miskin itu bertelekan pada tongkat penopang ketuaannya. Dan
tanpa disadari, ujung tongkatnya itu menghunjam pada kaki syeikh Sa'id
hingga berdarah-darah. Seperti tidak merasakan apa-apa, Syiekh Sa'id terus
mendengarkan dengan penuh perhatian keluhan wong cilik itu.


Demikianlah; ketika orang tua itu sudah mendapatkan dari Syeikh apa yang ia
perlukan dan pergi meninggalkan majlis, orang-orang yang dari tadi memendam
keheranan pun serta-merta bertanya kepada Syeikh Sa'id: "Kenapa Syeikh diam
saja, tidak menegur, ketika orang tua tadi menghunjamkan tongkatnya di kaki
Syeikh?"


"Kalian kan tahu sendiri, dia datang kepadaku untuk menyampaikan
keperluannya;" jawab Syeikh Sa'id sambil tersenyum, "Kalau aku mengaduh atau
apalagi menegurnya, aku khawatir dia akan merasa bersalah dan tidak jadi
menyampaikan hajatnya."


Lihatlah. Bukankah kisah di atas bagaikan dongeng saja?! Mana ada pemimpin
atau tokoh masyarakat yang begitu tinggi menempatkan keperluan orang yang
memerlukan bantuan dalam perhatiannya? Kalau pun ada, mungkin untuk
menemukannya bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami sekarang ini.


2.

Syeikh Hasan Al-Bashari, siapa yang tak mengenal tokoh ulama dan sufi di
penghujung abad pertama ini? Beliau tinggal bertetangga dengan seorang
Nasrani. Apartemen si Nasrani di atas dan beliau di bawah. Bertahun-tahun
mereka bertetangga, belum pernah si Nasrani datang bertandang ke apartemen
Syeikh Hasan. Baru ketika Syeikh Hasan jatuh sakit, si Nasrani datang
menjenguk.


Ketika menjenguk itulah, si Nasrani baru tahu betapa sederhana kehidupan
Syeikh Hasan yang sangat terkenal kebesarannya itu. Tapi yang lebih menarik
perhatian si Nasrani adalah adanya sebuah baskom berisi air keruh yang
terletak di dekat balai-balai tempat tidur Syeikh Hasan. Apalagi ketika ada
tetesan air jatuh tepat dari atas baskom. Spontan si Nasrani teringat kamar
mandinya di atas. Dengan ragu-ragu si Nasrani pun bertanya: "Syeikh, ini
baskom apa?'


"Ah baskom itu, sekedar penampung tiris;" jawab Syeikh wajar-wajar saja,
"Setiap kali penuh baru saya buang."


"Sudah berapa lama Syeikh melakukan ini?" tanya si Nasrani lagi dengan suara
gemetar, "maksud saya menampung tiris dari atas ini?"


"Ya, kurang-lebih sudah dua puluh tahun;" jawab Syeikh kalem, "jadi sudah
terbiasa."


Mendengar itu, si Nasrani langsung menyatakan syahadat. Mengakui Tuhan dan
Rasul-nya Syeikh Hasan Al-Bashari, Allah swt dan Nabi Muhammad saw.


Seperti dongeng bukan? Dimana kini Anda bisa menjumpai orang yang menjunjung
tinggi ajaran menghormati tetangga seperti Hasan Al-Bashari itu?


3.

Datang seseorang melarat kepada sang pemimpin mengeluhkan kondisinya yang
sangat lapar. Sang pemimpin pun bertanya kepada isterinya kalau-kalau ada
sesuatu yang dapat disuguhkan kepada tamunya. Ternyata di rumah sang
pemimpin yang ada hanya air. Sang pemimpin pun bertanya kepada orang-orang
di sekelilingnya, "Siapa yang bersedia menjamu tamuku ini?"


"Saya;" kata seseorang. Lalu orang ini pun segera pulang ke rumahnya sendiri
membawa tamunya.


"Saya membawa tamunya pemimpin kita, tolong sediakan makanan untuk
menjamunya!" katanya kepada isterinya.


"Wah, sudah tidak ada makanan lagi, kecuali persiadaan untuk anak-anak
kita;" bisik sang isteri.


"Sibukkan mereka;" kata suaminya lirih, "kalau datang waktunya makan,
usahakan mereka tidur. Nanti kalau si tamu akan masuk untuk makan, padamkan
lampu dan kita pura-pura ikut makan, ya!"


Demikianlah keluarga itu menjalankan skenario kepala rumah tangganya. Dan
mereka menahan lapar mereka sendiri hingga pagi.


Esok harinya sebelum laporan, sang pemimpin yang tidak lain adalah
Rasulullah saw, sudah menyambut kepala rumah tangga –seorang shahabat
Anshor-- itu dengan tersenyum, sabdanya: "Allah takjub menyaksikan perlakuan
kalian berdua terhadap tamu kalian semalan."


Anda tahu kisah ini bukan dongeng, karena ini hadis muttafaq 'alaih yang
bersumber dari shahabat Abu Hurairah r.a. Tapi tetap saja kedengarannya
seperti dongeng, bukan ?!


Tiga kisah itu hanyalah sekedar contoh, yang lainnya masih banyak lagi. Anda
bisa dengan mudah menjumpainya di kitab-kitab Anda, di kitab suci Al-Quran,
di kitab-kitab Hadis, dan kitab-kitab salaf pegangan kita yang lain. Hampir
semuanya, bila Anda baca, Anda akan merasa seperti membaca contoh-contoh di
atas. Merasa seperti membaca dongeng. Kalau benar demikian, bukankah ini
pertanda bahwa kondisi kehidupan kita –masya Allah!—sudah semakin jauh saja
dengan kondisi ideal seperti yang dicontohkan oleh Salafunaas Shaalihuun,
para pemimpin dan pendahulu kita yang saleh-saleh.


Wallahu a'lam.

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

KH. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut
Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar