Pasca perang banyak mantan stafnya yang kelimpungan mencari pekerjaan baru. Ibuka kemudian menyemangati mereka untuk membangun bisnis baru karena sulitnya mencari pekerjaan. Ia dan timnya membuka kantor di puing-puing bekas Shirokiya Department Store di Nihonbashi, Tokyo. Kantor itu sempit dan tak ada jendelanya. Bahkan nyaris tak punya pembatas.
Sebagai orang yang dibesarkan di bidang riset, di kantor itu pun Ibuka mendirikan lembaga yang tak jauh-jauh dari riset. Sebulan kemudian ia mendirikan Tokyo Tsushin Kenkyujo (Totsuken) atau Institut Penelitian Telekomunikasi Tokyo. Gaji yang diberikan Ibuka pada stafnya pun sangat kecil.
Untuk menjaga agar lembaganya bisa bertahan, Ibuka berusaha mencari pemasukan tambahan. Saat itu, suasana perang masih mencekam. Masyarakat Jepang begitu kelaparan akan berita baik dari dalam maupun luar negeri. Dari sinilah muncul usaha reparasi radio. Bahkan dari hasil utak-atiknya Ibuka bisa membuat sistem di mana radio bisa menerima berbagai macam gelombang radio. Ternyata permintaan terhadap modifikasi radio itu begitu tinggi. Pusat reparasi radio Ibuka pun kebanjiran order. Sampai-sampai ia diliput Asahi Shimbun.
Dari berita di koran itulah Akio Morita membaca kisah Masaru Ibuka. Ia tersentak karena Ibuka adalah teman lamanya saat sama-sama menjadi peneliti di Wartime Research Committee yang meneliti tipe-tipe senjata selama perang. Morita kemudian menyurati Ibuka dan akhirnya mereka kembali bertemu.
Akio Morita dan Masaru Ibuka
Pertemuan itu membuat mereka sepakat mendirikan suatu bisnis
bernama Tokyo Tsushin Kogyo (Totsuko) atau Tokyo Telecommunications
Engineering Corporation pada 7 Mei 1946 atau tepat 66 tahun lalu.
Perusahaan inilah yang sekarang menjadi Sony Corporation, salah satu
konglomerat dunia paling sukses dari Jepang.sumber : www.andriewongso.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar