Ia menjawab, "Ini
adalah Al-Qur'an, kitab sucinya orang Islam! " Jad sedikit tak percaya,
sekaligus merasa takjub, Jad lalu kembali bertanya, "Bagaimana caranya
menjadi seorang muslim?" Temannya menjawab, "Mengucapkan syahadat dan
mengikuti syariat!" Setelah itu, dan tanpa ada rasa ragu, Jad lalu
mengucapkan Syahadat, ia pun kini memeluk agama Islam! Islamkan 6 juta
orang Kini Jad sudah menjadi seorang Muslim, kemudian ia mengganti
namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani sebagai rasa takdzim pada kitab
Al-Qur'an yang begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh problema
hidupnya selama ini . Dan sejak saat itulah ia memutuskan akan
menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi menyebarkan ajaran Al-Qur'an.
Mulailah Jadullah mempelajari Al-Qur'an serta memahami isinya,
dilanjutkan dengan berdakwah di Eropa sampai berhasil mengislamkan enam
ribu Yahudi dan Nasrani. Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran
Al-Qur'an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba ia menemukan sebuah
lembaran bergambarkan peta dunia. Pada saat matanya tertuju pada gambar
benua Afrika, nampak di atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan bawah
tanda tangan itu tertuliskan ayat: ((ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة
الحسنة ...!!)) "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik!! ..." [ QS. An-Nahl; 125] Iapun yakin bahwa ini
adalah wasiat dari Ibrahim dan ia memutuskan untuk melaksanakannya.
Beberapa waktu kemudian Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah
ke negara-negara Afrika yang di antaranya adalah Kenya, Sudan bagian
selatan (yang mayoritas penduduknya adalah Nasrani), Uganda dan
negara-negara sekitarnya. Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari
6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zulu, ini baru satu suku, belum
dengan suku-suku lainnya. Akhir Hayat Jadullah Jadullah Al-Qur'ani,
seorang Muslim sejati, da'i hakiki, menghabiskan umur 30 tahun sejak
keislamannya untuk berdakwah di negara-negara Afrika yang gersang dan
berhasil mengislamkan jutaan orang. Jadullah wafat pada tahun 2003 yang
sebelumnya sempat sakit. Kala itu ia berumur 45 tahun, beliau wafat
dalam masa-masa berdakwah. Kisah pun belum selesai Ibu Jadullah Al
-Qur'ani adalah seorang wanita Yahudi yang fanatik, ia adalah wanita
berpendidikan dan dosen di salah satu perguruan tinggi. Ibunya baru
memeluk Islam pada tahun 2005, dua tahun sepeninggal Jadullah yaitu saat
berumur 70 tahun. Sang ibu bercerita bahwa-saat putranya masih hidup -
ia menghabiskan waktu selama 30 tahun berusaha sekuat tenaga untuk
mengembalikan putranya agar kembali menjadi Yahudi dengan berbagai macam
cara, dengan segenap pengalaman, kemapanan ilmu dan kemampuannya, akan
tetapi ia tidak dapat mempengaruhi putranya untuk kembali menjadi
Yahudi. Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim tua yang tidak berpendidikan
tinggi, mampu melunakkan hatinya untuk memeluk Islam, hal ini tidak lain
karena Islamlah satu-satunya agama yang benar. Yang menjadi
pertanyaannya, "Mengapa Jad si anak Yahudi memeluk Islam?" Jadullah
Al-Qur'ani bercerita bahwa Ibrahim yang ia kenal selama 17 tahun tidak
pernah memanggilnya dengan kata-kata: "Hai orang kafir!" atau "Hai
Yahudi!" bahkan Ibrahim tidak pernah untuk sekedar berbicara: "Masuklah
agama Islam!" Bayangkan, selama 17 tahun Ibrahim tidak pernah sekalipun
mengajarinya tentang agama, tentang Islam ataupun tentang Yahudi.
Seorang tua Muslim sederhana itu tak pernah mengajaknya diskusi masalah
agama. Akan tetapi ia tahu bagaimana menuntun hati seorang anak kecil
agar terikat dengan akhlak Al-Qur'an. Kemudian dari kesaksian Dr.
Shafwat Hijazi (salah seorang dai kondang Mesir) yang suatu saat pernah
mengikuti sebuah seminar di London dalam membahas problematika Darfur
dan solusi penanganan dari kristenisasi, beliau bertemu dengan salah
satu pimpinan suku Zolo. Saat ditanya apakah ia memeluk Islam melalui
Jadullah Al-Qur'ani?, ia menjawab; tidak! namun ia memeluk Islam melalui
orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani. Subhanallah, akan ada
berapa banyak lagi orang yang akan masuk Islam melalui orang-orang yang
diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani. Dan Jadullah Al-Qur'ani sendiri
memeluk Islam melalui tangan seorang muslim tua berkebangsaan Turki yang
tidak berpendidikan tinggi, namun memiliki akhlak yang jauh dan jauh
lebih luhur dan suci. Begitulah hikayat tentang Jadullah Al-Qur'ani,
kisah ini merupakan kisah nyata yang penulis dapatkan kemudian penulis
terjemahkan dari catatan Almarhum Syeikh Imad Iffat yang dijuluki
sebagai "Syaikh Kaum Revolusioner Mesir". Beliau adalah seorang ulama
Al-Azhar dan anggota Dewan Fatwa Mesir yang ditembak syahid dalam sebuah
insiden di Kairo pada hari Jumat, 16 Desember 2011 silam. Kisah nyata
ini layak untuk kita renungi bersama di masa-masa penuh fitnah seperti
ini. Di saat banyak orang yang sudah tidak mengindahkan lagi cara dakwah
Qur'ani. Mudah mengkafirkan, fasih mencaci, mengklaim sesat, menyatakan
bid'ah, melaknat, memfitnah, padahal mereka adalah sesama muslim. Dulu
da 'i-da'i kita telah berjuang mati-matian menyebarkan Tauhid dan
mengislamkan orang-orang kafir, namun kenapa sekarang orang yang sudah
Islam malah justru dikafir-kafirkan dan dituduh syirik? Bukankah kita
hanya diwajibkan menghukumi sesuatu dari yang tampak saja? Sedangkan
masalah batin biarkan Allah yang menghukumi nanti. Kita sama sekali
tidak diperintahkan untuk membelah dada setiap manusia agar mengetahui
tingkat iman yang dimiliki setiap orang. Mari kita renungi kembali surat
Thaha ayat 44 yaitu Perintah Allah. Musa dan Harun -
'alaihimassalam-saat mereka akan pergi mendakwahi fir'aun. Allah
berfirman, ((فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى)) "Maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan
ia ingat atau takut." Bayangkan, Fir'aun yang jelas-jelas kafir
laknatullah, namun saat dakwah dengan orang seperti ia pun harus tetap
dengan kata-kata yang lemah lembut, tanpa menyebut dia kafir
Laknatullah! Lalu apakah kita yang hidup di dunia sekarang ini ada yang
lebih Islam dari Nabi Musa dan Nabi Harun ? Atau adakah orang yang saat
ini lebih kafir dari Fir'aun, di mana Al-Qur'an pun merekam kekafirannya
hingga kini? Lantas alasan apa untuk kita untuk tidak menggunakan
dahwah dengan metode Al-Qur'an? Yaitu dengan Hikmah, Nasehat yang baik,
dan Diskusi menggunakan argumen yang kuat namun tetap sopan dan santun?
Maka dalam dakwah yang harus kita perhatikan adalah bagaimana cara kita
agar mudah menyampaikan kebenaran Islam ini. Oleh karenanya, jika
sekarang kita dapati ada orang yang kafir, bisa jadi di akhir hayatnya
Allah akan memberi hidayah kepadanya sehingga ia masuk Islam. Bukankah
Umar bin Khattab dulu juga pernah memusuhi Rasulullah? Namun Allah
berkehendak lain, sehingga Umar pun mendapat dan akhirnya memeluk Islam.
Lalu jika sekarang ada orang muslim, bisa jadi di akhir hayatnya Allah
mencabut hidayah darinya sehingga ia mati dalam kondisi kafir.
Na'udzubillah tsumma Na'udzubillahi min dzalik. Karena sesungguhnya dosa
pertama yang dilakukan iblis adalah sombong dan angkuh dan merasa diri
sendiri paling suci sehingga tak mau menerima kebenaran Allah dengan
sujud hormat kepada nabi Adam - 'alaihissalam- . Oleh karena itu, bisa
jadi Allah mencabut hidayah dari seorang muslim yang tinggi hati lalu
memberikannya kepada seorang kafir yang rendah hati. Segalanya tidak
mungkin bagi Allah! Marilah kita pertahankan akidah Islam yang telah
kita peluk ini, dan jangan pernah mencibir ataupun "menggerogoti "akidah
orang lain yang juga telah memeluk Islam serta bertauhid. Kita adalah
saudara seislam seagama. Saling mengingatkan adalah baik, saling
melindungi akidah sesama muslim adalah baik. Marilah kita senantiasa
berjuang bahu-membahu demi hal yang baik-baik saja. Wallahu Ta'ala A'la
Wa A'lam Bis-shawab. *
https://www.facebook.com/nur.hubbah/posts/3434651399699
Tidak ada komentar:
Posting Komentar